Sweet Alexsandra, seorang gadis yang memiliki sifat dingin. Ia dipaksa untuk menikahi seorang lelaki kejam demi keuntungan bisnis orang tuanya. Perusahaan lelaki itu begitu sulit ditaklukkan. Sehingga gadis itu digunakan sebagai alat. Sweet harus rela melepaskan segala mimpinya. Menjadi seorang istri dari lelaki yang sama sekali tidak menganggap dirinya ada. Lelaki yang selalu menganggapnya sebagai pecinta harta.
Hidup tanpa cinta sudah menjadi hal lumrah baginya. Mungkinkah ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Sweet turun dari dalam mobil sedikit terhuyung. Kepalanya sangat pusing karena mabuk perjalanan.
Ini semua ulah orang tua itu! Aku membencinya. Tunggu pembalasanku. Batin Sweet. Ia berusaha menormalkan dirinya.
"Bagaimana, Sayang? Kau menyukainya?" tanya Alex sambil bersandar dimobilnya. Ia tersenyum puas karena berhasil mengerjai gadisnya.
"Iwh, jangan memanggilku dengan sebutan itu. Sangat menjijikan." Umpat Sweet berjalan mendahului Alex menuju ballroom. Saat ini mereka berada di hotel The Ritz-Carlton, Berlin.
"Hey, Nona. Kau tidak akan bisa masuk tanpaku."
Sweet tidak mengindahkan perkataan Alex. Ia semakin mempercepat langkahnya.
"Maaf, Nona. Mohon tunjukkan kartu undangan anda?" Pinta salah seorang penjaga pintu masuk.
"Saya tidak punya." Jawab Sweet dingin.
"Maaf, Nona. Anda tidak bisa masuk," ucap sang penjaga.
"Syukurlah, kalau begitu aku bisa pulang."
"Sayang, kenapa tidak menungguku?" Suara itu berhasil membuat para penjaga terkejut. Tangan kekar milik Alex melingkar sempurna dipinggang Sweet. Gadis itu terlonjak kaget. Ia mencoba melepaskan tangan itu untuk menjauh. Namun sekuat tenaga ia berusaha, tangan itu semakin erat memeluknya.
"Ma... Maaf, Tuan. Saya tidak tahu jika wanita ini adalah kekasih Anda." Ucap sang penjaga begitu gugup.
"Hemmn, ini salahku. Besok temui HRD langsung. Aku tidak ingin melihatmu lagi di sini," kata Alex begitu santai. Sontak semua orang yang ada di sana terkejut. Termasuk Sweet.
"Hey, dia tidak bersalah. Apa kau gila?" bisik Sweet tak terima jika Alex memecat penjaga itu.
"Peraturan tetap peraturan," ucap Alex langsung membawa Sweet ke dalam.
"Lepas!" Sweet terus berusaha untuk melepaskan tangan Alex.
"Berhenti berontak, semua orang melihat kita."
"Bukan urusanku. Cepat lepas," sahut Sweet semakin kesal. Lalu pandangannya tak sengaja menangkap segerombolan orang yang begitu familier.
"Dad, Mom, kenapa mereka semua ada di sini?" gumam Sweet melihat keberadaan orang tuanya dan beberapa keluarga besar Santonio.
"Ini hari besar kita, sudah pasti keluarga besar harus hadir," bisik Alex.
"Apa makasudmu?" ketus Sweet. Ia tidak mengerti dengan ucapan Alex.
"Kau akan tahu nanti," sahut Alex tersenyum penuh kemenangan. Lalu ia beranjak pergi, meninggalkan Sweet yang masih bingung.
Suara pengisi acara pun mulai terdengar diseluruh penjuru ballroom. Sweet menghampiri kedua orang tuanya.
"Mom, Dad." Sapanya. Jeremy dan Charlote langsung menoleh.
"Hi, Sweety. Kau sangat cantik," Charlote memeluk putrinya dengan lembut.
"Mom, bagaimana kalian ada di sini?" tanya Sweet menatap kedua orang tuanya bergantian.
"Ah, sebaiknya kamu hampiri Tuan Digan. Sekarang kau pasangannya, tidak baik berjauhan." Jeremy mendorong pelan tubuh mungil Sweet agar mendekati Alex.
Dengan perasaan kesal, Sweet menghampiri Alex yang sedang berbincang dengan rekannya. Alex yang menyadari kehadiran Sweet sama sekali tak menghiraukan gadis itu.
Sial! Sepertinya orang tua ini akan terus mempermalukanku. Gerutu Sweet dalam hati.
Gadis itu berjalan menuju meja yang dipenuhi berbagai cake dan minuman. Ia mengambil segelas moctail. Kemudian kembali menghampiri Alex. Senyum seringai tercipta dibibir tipisnya.
Byur!
Alex sangat terkejut saat tuxedo miliknya terkena tumpah moctail dari tangan Sweet.
"Ya ampun, Sayang. Aku minta maaf, tadi kakiku tidak seimbang." Sweet mengusap tuxedo Alex dengan tisu. Ia berpura-pura merasa bersalah. Semua orang yang melihat itu cukup terkejut. Termasuk kedua orang tuanya. Saat ini Alex menjadi pusat perhatian semua orang. Wajahnya telihat memerah.
Sweet mengulas senyuman devil. Ia sangat puas karena berhasil membalas perlakuan Alex padanya.
"Sayang, aku akan panggilkan pelayan dulu." Sweet hendak pergi. Namun dengan cepat Alex mencekal lengannya.
"Maaf semuanya, ini kesalahan istri saya. Kami harus berganti pakaian dulu," ucap Alex pada seluruh tamu undangan dengan begitu santai. Sontak semua tamu berbisik ria. Mengutarakan rasa terkejut mereka.
Sweet juga ikut terkejut, ia tak pernah menyangka jika ulahnya akan mempersulit diri sendiri.
Istri? Apa lagi yang ingin dia lakukan? Sepertinya aku tidak bisa melawan orang tua ini, batin Sweet.
Alex menarik Sweet, membawanya masuk kesebuah kamar hotel. Sweet mulai panik. Rasa takut mulai menyelimuti dirinya.
Sesampainya dikamar, Alex mendorong Sweet hingga membentur dinding. Sweet sedikit meringis. Sedangkan Alex mengukung tubuh mungil itu dengan kedua tangannya. Alex sedikit membungkuk karena tinggi Sweet hanya sebatas dadanya. Hembusan napas keduanya saling beradu. Alex mengunci pandangan Sweet. Sorotan matanya membuat nyali Sweet ciut.
"Buka!"
"Apa?" tanya Sweet bingung.
Alex terlihat semakin kesal. Alex membuka tuxedo miliknya. Sweet yang melihat itu semakin panik.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Sweet memalingkan wajahnya.
"Berganti pakaian, memangnya apa yang kau pikirkan?"
"Ti ... tidak ada." Sweet menjauh dari Alex. Namun, Alex kembali mencekal tangannya.
"Bantu aku ganti pakaian, kau harus bertanggung jawab."
"Apa kau gila?" seru Sweet.
"Jangan kau pikir, aku tidak tahu kau melakukannya dengan sengaja. Bahkan aku tahu apa yang sedang kau pikirkan," ujar Alex menunjuk kening Sweet. Gadis itu terdiam.
"Cepat bantu aku," perintah Alex menatap Sweet tajam. Gadis itu berdecak kesal. Tangan mungilnya mulai membuka satu per satu kancing kemeja Alex. Alex memperhatikan wajah sweet yang tanpa ekspresi.
"Berapa banyak lelaki yang kau sentuh?" tanya Alex. Sweet yang mendengar itu langsung memberikan tatapan tajam. Namun, ia sama sekali tak menjawab pertanyaan konyol itu. Bahkan, ini pertama kalinya ia begitu dekat dengan seorang lelaki.
"Berapa kali kau naik ke ranjang lelaki? Sepuluh, lima puluh atau seratus?"
Sweet sama sekali tidak menganggapi pertanyaan Alex. Ia hanya bisa menghela napas berat.
Alex merasa kesal karena diabaikan. Dengan kasar ia menarik dagu Sweet. Gadis itu kembali meringis kesakitan.
"Jawab aku!"
"Banyak, kau puas!" Jawab Sweet ketus. Ia menepis kasar tangan Alex. Alex tersenyum getir mendengarnya.
Sweet pergi meninggalkan Alex yang masih berdiri ditempat. Sweet menahan langkah kakinya.
"Oh iya, segera ganti pakaianmu. Sebelum aku benar-benar naik ke atas ranjangmu." Ujar Sweet yang lebih mirip dengan ancaman. Lalu ia langsung bergegas pergi.
Alex tersenyum getir, ia melempar kemejanya asal. Untuk pertama kalinya ia mendapat ancaman dari seorang wanita.
"Nissa, kau lihatlah sekarang. Bahkan tidak ada wanita setulus dan secantik dirimu," gumam Alex. Ia meraup wajahnya dengan kasar. Bayangan wajah wanita yang selalu bersarang dihatinya kembali melintas. Alex benar-benar prustasi.