Dia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang raja.
Namun jiwa seorang pemimpin sudah melekat sejak kecil dalam dirinya. Dan darah seorang raja mengalir dalam tubuhnya.
Carlos, seorang pemuda yang menjadi pewaris dan penerus dari kakek moyangnya Atalarik attar.
Namun tidak semudah seperti apa yang dibayangkan, rintangan demi rintangan harus ia hadapi. Mampukah Carlos menghadapinya?
Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini hanya fiksi belaka tidak ada kaitannya dengan dunia nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Keduanya berjalan memasuki hutan. Sofia berada di depan sedangkan Carlos di belakang.
Carlos memperhatikan sekeliling hutan ini seperti belum pernah di jamah oleh orang lain selain Sofia dan kakek Bahram.
"Apa disini ada hewan buas?" tanya Carlos.
"Ada, apa kamu takut?"
"Kamu takut?"
"Aku sudah terbiasa dengan hutan ini, hanya hewan sebagai temanku."
"Kalau kamu tidak takut, aku juga tidak takut."
"Masa sih? Aku panggil teman ku ya? Aku ingin lihat kamu takut atau tidak?"
"Hah, temanmu hewan buas?" tanya Carlos.
Sofia mengangguk, sedang Carlos tersenyum tanpa disadari oleh Sofia. Sofia kemudian berteriak memanggil temannya.
"Jaguar...!"
Seekor macan hitam berlari dengan cepat saat namanya di panggil. Carlos masih tenang-tenang saja.
Semak-semak bergerak saat macan hitam itu semakin mendekat. Carlos memperhatikan dengan seksama, namun beberapa detik kemudian hewan itu pun terlihat.
Hewan itu duduk memperhatikan Sofia dan Carlos sambil menggoyangkan ekornya seakan ingin diajak bermain.
"Jaguar, ada yang ingin berkenalan denganmu," kata Sofia.
Macan hitam itupun berlari kearah Carlos dan langsung berdiri saat didekat Carlos. Sofia memekik karena mengira hewan itu akan memangsa Carlos.
Tapi beberapa detik kemudian, Carlos dengan santai memeluk hewan itu. Mata Sofia melotot melihat pemandangan di depannya.
"Kamu ...?"
"Sepertinya dia menyukaiku," jawab Carlos memotong pertanyaan Sofia.
Sofia merasa lega karena hewan itu terbilang buas. Hanya dia yang berani berteman dengan hewan itu.
"Carikan seekor kelinci untukku," pinta Carlos pada hewan itu. Jaguar pun berlari kembali ke dalam hutan.
Tidak berapa lama jaguar datang lagi dengan membawa kelinci di mulutnya. Ajaibnya, kelinci itu masih hidup dan tidak terluka sedikitpun.
"Kamu mengerti bahasa hewan?" tanya Sofia tidak percaya. Carlos meminta hewan itu untuk menangkap kelinci, ternyata jaguar menurutinya.
"Aku tidak mengerti, tapi hewan mengerti bahasa manusia. Ini sebagai bukti jika dia suka sama aku," jawab Carlos.
Kemudian Carlos meminta jaguar untuk pergi. Lagi-lagi Sofia heran karena jaguar menurutinya.
Carlos menyerahkan kelinci itu kepada Sofia, Sofia pun menggendong kelinci tersebut. Tiba-tiba ia merasa sayang untuk membunuhnya.
"Mau kamu apakan kelinci itu?" tanya Carlos.
"Karena kelinci ini tidak terluka, jadi mau aku jual ke pasar. Biasanya aku jual dagingnya, sekarang aku mau jual hidup," jawab Sofia.
"Eh, tunggu! Aku pelihara saja deh," imbuhnya. Carlos tersenyum melihat tingkah Sofia.
Sofia menahan tubuh Carlos agar berhenti melangkah. Dia menyerahkan kelinci itu pada Carlos dan bersiap-siap dengan busur dan anak panahnya.
Carlos memperhatikan cara Sofia membidik targetnya. Dalam hati ia memuji gadis itu hebat. Tidak seperti kebanyakan cewek-cewek yang hanya bergaya memamerkan kecantikannya.
Syut ... anak panah pun melesat dan tepat mengenai sasaran. Sofia berlari kecil menghampiri hewan buruannya itu.
Seketika ia tersenyum saat melihat kelinci yang didapatkannya. Carlos pun menyusul dan melihat kelinci itu yang terkena panah.
"Kamu bisa menembak?" tanya Carlos.
Sofia menggeleng. "Kakek tidak mengajarkan aku untuk menggunakan senjata api."
"Apa saja yang kakek ajarkan?"
"Pertahanan diri, kakek bilang kita harus kuat agar bisa membela diri."
Lagi-lagi Carlos tersenyum, ia benar-benar mengagumi gadis itu. Kemudian Sofia pun mengajak Carlos pulang.
Carlos memperhatikan jalan yang mereka lewati berbeda. Namun Carlos tetap mengikuti Sofia. Ternyata Sofia membawanya ke suatu tempat.
"Kamu tunggu disini, aku mau ambil buah itu," ucap Sofia sambil menunjuk sebatang pohon yang sedang berbuah.
"Eh ...." Carlos tidak meneruskan ucapannya. Ia hanya melongo melihat Sofia memanjat pohon tersebut.
"Gadis yang unik," gumam Carlos.
Pohon itu lumayan tinggi, namun Sofia dengan santainya memanjat pohon tersebut. Hingga ia berhasil mendapatkan buahnya, barulah ia turun.
"Buah apa ini?" tanya Carlos.
"Gak tahu, aku lihat ada hewan lain memakannya jadi aku pun memakannya ternyata rasanya manis dan sedikit asam," jawab Sofia.
Sofia merasa senang karena punya teman, biasa ia sendiri. Dan terkadang bicara sendiri, jika bosan dia akan mengajak jaguar bermain.
Sofia menceritakan jika ia berteman dengan jaguar sudah lama, dari hewan itu kecil yang ditinggal mati oleh induknya. Kemudian Sofia dengan baik hati merawatnya.
Seiring berjalannya waktu, jaguar itu tumbuh semakin besar. Sofia pun membiarkan nya didalam hutan. Namun saat dipanggil, jaguar itu akan segera datang.
"Kamu hebat bisa berteman dengan hewan buas," puji Carlos.
"Gak juga, tapi aku salut sama kamu. Kamu bisa memerintahkan jaguar untuk menangkap kelinci. Dan bahkan kelinci itu tidak terluka sedikitpun," kata Sofia balik memuji.
Carlos hanya tersenyum saja, ia terus mengikuti Sofia yang berjalan di depan. Karena Carlos tidak tahu daerah hutan di sini.
"Kamu sekolah?" tanya Carlos. Sofia menggeleng, tapi ia bisa membaca dan menulis karena sang kakek selalu mengajari nya.
Jadi Sofia meskipun tidak sekolah, dia tidak buta huruf. Bahkan jika ingin ke pasar, ia harus menyamar dan merubah penampilannya menjadi jelek.
"Sudah pulang?" tanya kakek Bahram saat Carlos dan Sofia sudah sampai di rumah gubuknya.
"Iya kek, mau masak ini," jawab Sofia memperlihatkan kelincinya yang sudah mati.
Kakek Bahram tersenyum melihat cucunya begitu ceria. Biasanya juga ceria, namun kali ini terlihat berbeda ceria nya.
Kakek Bahram pun membersihkan bulu kelinci itu dan membuang kotorannya. Sementara Carlos membuat kandang untuk kelinci yang hidup.
"Ini kok bisa hidup dan tidak terluka?" tanya kakek Bahram.
"Ini hadiah dari jaguar kek," jawab Carlos.
Diyan membantu Carlos mengumpulkan anak kayu untuk membuat kandang, setelah merasa cukup mereka kembali ke gubuk.
"Sepertinya disini cukup menyenangkan," kata Diyan. Carlos tidak menjawab dan hanya fokus mengikat kayu dan menggabungkan nya.
Beberapa jam kemudian kandang pun siap, Sofia pun mengajak mereka makan karena kelinci yang dimasak sudah matang.
"Aku belum pernah makan daging ini," kata Diyan.
"Makan saja jangan banyak omong," ujar Carlos. Diyan pun terdiam, kebetulan mereka sedang makan memang tidak bicara.
Sementara di istana ...
"Bagaimana? Apa sudah kamu dapatkan lencana itu?" tanya raja William.
"Lencana itu tidak ada Yang Mulia, mungkin terjatuh saat pengawal membawa pemuda itu," jawab perdana menteri.
"Dasar gak becus, begitu saja tidak bisa!" bentak raja William.
Perdana menteri hanya tertunduk, dalam hati ia mengutuk keras raja itu. Selama ini ia bertahan hanya karena tidak memiliki pendukung untuk memberontak.
Sejak raja yang dulu di penjara, perdana menteri harus menahan sabar disamping raja William.
"Aku tidak mau tahu, cari lencana itu sampai dapat. Darimana anak itu mendapatkan lencana itu?" tanya raja William.
"Saya juga tidak tahu Yang Mulia," jawab perdana menteri.
Raja William melambaikan tangannya agar perdana menteri segera pergi. Perdana menteri mencari waktu yang tepat untuk datang ke hotel tempat Carlos menginap dan mengambil barang-barang Carlos.
mending perang apa bunuh²an aja .. wkkwkw