Ia adalah Echo bernama Jae, idol pria berwajah mirip dengan jake Enhypen. Leni terlempar kedua itu dan mencari jalan untuk pulang. Namun jika ia pulang ia tak akan bertemu si Echo dingin yang telah berhasil membuat ia jatuh cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kim Leni, Pewaris yang Hilang
Leni berdiri terpaku di tengah lobi gedung yang begitu mewah sampai rasanya seluruh udara di situ menolak keberadaannya. Van hitam yang membawa dirinya dan “Jae” sudah pergi entah ke mana. Kini ia hanya berdiri sendirian, memakai seragam minimarket yang kusam dan sneakers yang solnya sudah hampir copot, di dalam gedung yang lantainya saja mungkin lebih mahal dari kontrakan rumahnya setahun.
Dinding kaca menjulang tinggi. Cahaya lampu memantul di marmer putih mengilap. Ada instalasi seni abstrak di sudut ruangan—yang kalau dilihat sekilas, mirip coretan anak TK, tapi harganya mungkin bisa buat bayar kuliah tiga tahun. Di meja resepsionis, beberapa wanita berseragam rapi sibuk menjawab telepon dan mengetik cepat, seakan tak punya waktu memedulikan gadis asing yang berdiri di tengah ruangan seperti anak hilang.
Leni menelan ludah. Ia merasa seperti plastik kresek bekas yang kebetulan terbawa angin masuk ke hotel bintang lima.
“Doragaya hae… eotteohke jip-e dol-agaji,” gumamnya lirih. Aku harus pulang… tapi gimana caranya?
Tangan Leni bergerak refleks meraih ponsel dari saku. Ia rindu tampilan Google Maps yang sederhana—tinggal ketik “jalan pulang”, dan ia akan dibawa kembali ke gang sempit rumahnya. Tapi saat peta muncul, yang terpampang di layar bukan Indonesia, melainkan Seoul. Ia memandang layar itu lama, seolah menunggu peta itu berubah sendiri ke tempat yang ia kenal.
Tidak berubah.
Leni membuka aplikasi Gallery. Ia berharap melihat foto kue lapis Ibu, selfie wajah kusut sebelum shift malam, atau screenshot promo mie instan.
Yang muncul justru foto-foto mewah. Ratusan. Ada dirinya di Eropa, di restoran mahal, di pesta dengan lampu temaram. Ada foto dirinya bersama seorang wanita dewasa elegan yang jelas bukan Ibunya. Ada foto dirinya dengan gaun mahal, rambut tertata seperti putri raja.
“Ini apa…?” Leni berbisik. Tenggorokannya kering.
Ia membuka aplikasi pesan. Nama-nama yang muncul: Paman Kang—Pengacara, Sekretaris Choi, Nenek. Tidak ada nama Ibunya. Tidak ada Rizky. Tidak ada siapa pun yang familier.
Jantung Leni berdetak semakin cepat.
Ketika membuka browser, sebuah artikel langsung terbuka. Berita lokal Korea. Judulnya besar dan mencolok:
[Eksklusif] Kim Leni, Cucu Tunggal CEO J-Cosmetic, Ditemukan Setelah Empat Hari Menghilang!
Leni mengerjap. Ia membaca cepat, matanya berlari mengikuti tiap baris:
“Kim Leni (22), satu-satunya pewaris J-Cosmetic Group, dikabarkan ditemukan setelah menghilang selama empat hari. Gadis yatim piatu itu kehilangan kedua orang tuanya lima tahun lalu. Sejak mewarisi saham perusahaan, ia dikenal tertutup dan sulit dijangkau…”
Hampir seluruh tubuh Leni tiba-tiba terasa ringan seperti kapas.
Yatim piatu? Pewaris? CEO?
Ia buru-buru membuka Gallery lagi. Menatap foto-foto itu lebih lama. Wajah itu memang wajahnya. Tubuh itu tubuhnya. Tapi di foto-foto itu, dirinya tampak jauh lebih elegan, dingin, rapi—bukan Leni versi minimarket yang suka menempel sticky note curhat ke poster Jake.
Dari semua kemungkinan yang melintas di kepalanya, ada satu yang paling masuk akal dalam kekacauan ini:
Mungkin… pria yang mengejarku itu memang bukan orang jahat. Mungkin dia sedang mencari “Kim Leni” yang hilang… dan aku nyasar ke tubuh orang itu?
Leni memegang seragam kerjanya. Rasanya jadi sangat kecil. Sangat asing.
Ia bahkan merasa… kotor.
Saat ia masih tercengang, suara langkah sepatu hak tinggi mendekat. Seorang wanita paruh baya dengan setelan hitam rapi berjalan cepat, wajahnya tegang namun matanya tampak lega. Di belakangnya, dua pria berjas besar mengikutinya seperti bayangan.
Wanita itu langsung memegang lengan Leni.
“Aigoo, Agassi! Eodiss-eoss-eo?” serunya. Ya ampun, Nona! Ke mana saja Anda?
“Kau membuat Paman Kang panik! Semua orang mencarimu!”
Leni tersentak. Tangan itu agak dingin, tapi genggamannya kuat.
“Naneun… naneun Kim Leni-ga aniya,” gumam Leni pelan—bahasa Koreanya terpeleset, putus-putus. Aku… aku bukan Kim Leni.
Wanita itu—yang seingatnya bernama Sekretaris Choi—langsung menatapnya tajam. Sorotnya seperti guru killer yang mendengar alasan murid paling tidak masuk akal.
“Jangan bicara omong kosong begitu,” katanya cepat. “Katakan padaku, apa yang terjadi dengan Tuan Jae?”
Leni tertegun. Nama itu—Jae.
Orang misterius yang membawanya naik mobil. Orang yang wajahnya samar-samar mengingatkan pada… Jake?
“Dia… menurunkanku,” jawab Leni lirih.
Sekretaris Choi menghela napas panjang, seperti seseorang yang sudah terlalu sering menghadapi ulah pewaris manja.
“Sudahlah, kita pulang sekarang. Tuan Jae ingin Anda kembali ke rumah. Anda tidak dalam kondisi baik.”
Wanita itu memberi isyarat pada dua pria tinggi besar. Leni bahkan tidak sempat berkata apa pun ketika mereka menuntunnya—atau lebih tepatnya menyeretnya secara halus—menuju pintu samping.
Di luar, sebuah mobil hitam mewah menunggu dengan pintu belakang sudah terbuka.
Leni sempat menoleh ke arah dinding kaca lobi sebelum masuk. Di sana, pantulannya terlihat jelas: wajahnya sendiri, tapi berbeda. Kim Leni. Pewaris yang dikabarkan hilang. Gadis kaya dengan hidup berantakan.
Dan entah bagaimana takdir telah menjejalkan dirinya ke dalam hidup gadis itu.
Kalau ia ingin kembali ke Ibunya, ke kue basah dan minimarketnya, ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Jae dan… Jake.
Apa hubungan mereka? Kenapa keduanya terasa seperti benang yang saling menyambung?
Ia tak punya pilihan selain masuk ke mobil itu.
Dan dari situ, perjalanan menuju “rumah” Kim Leni pun dimulai—rumah yang bukan miliknya, namun kini satu-satunya tempat yang mungkin menyimpan jawaban.
...****************...