Kirana Aulia, seorang asisten junior yang melarikan diri dari tekanan ibu tirinya yang kejam, tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan pahit, ia hamil setelah insiden satu malam dengan CEO tempatnya bekerja, Arjuna Mahesa.
Sementara Kirana berjuang menghadapi kehamilan sendirian, Arjuna sedang didesak keras oleh orang tuanya untuk segera menikah. Untuk mengatasi masalahnya, Arjuna menawarkan Kirana pernikahan kontrak selama dua tahun.
Kirana awalnya menolak mentah-mentah demi melindungi dirinya dan bayinya dari sandiwara. Penolakannya memicu amarah Arjuna, yang kemudian memindahkannya ke kantor pusat sebagai Asisten Pribadi di bawah pengawasan ketat, sambil memberikan tekanan kerja yang luar biasa.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!
IG : @Lala_Syalala13
FB : @Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
JADWAL UPLOAD BAB:
• 06.00 wib
• 09.00 wib
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKSP BAB 5_Bayangan yang Terlalu Jelas
Sejak peristiwa sidak Departemen Marketing, Kirana Aulia hidup dalam ketakutan yang mencekik. Ia tidak hanya takut dipecat oleh CEO barunya yang terkenal kejam, tetapi ia juga takut dikenali oleh pria yang memberinya malam paling memalukan dalam hidupnya.
Strategi Kirana kini sangat sederhana: Menjadi bayangan.
Kedatangan dan Kepulangan: Ia menjadi karyawan pertama yang datang dan yang terakhir pulang. Tujuannya adalah menghindari jam-jam sibuk di lobi lift dan di kantor yang berpotensi membuatnya berpapasan dengan Arjuna.
Zona CEO Terlarang: Ia selalu memilih lift karyawan biasa, bahkan jika itu berarti menunggu lebih lama. Lantai eksekutif dan pantry di lantai atas adalah zona terlarang, seolah-olah ditaburi ranjau darat.
Pakaian Penyamaran: Ia kini selalu mengenakan pakaian yang lebih tertutup, mengikat rambutnya erat-erat, dan sebisa mungkin menundukkan kepala. Ia bahkan mulai memakai kacamata baca tebal, meskipun matanya baik-baik saja, demi mengubah penampilannya.
Setiap kali ada pengumuman mendadak bahwa Arjuna Mahesa akan mengunjungi lantai mereka, Kirana langsung menyelinap ke toilet atau ruang arsip. Jantungnya selalu berdebar kencang, takut Arjuna tiba-tiba menoleh dan ingat bahwa ia pernah melihat wajah ini tanpa sehelai benang pun, beberapa malam lalu.
"Kenapa kamu seperti tikus, Ra? Ada apa?" tanya Lita, rekan kerjanya, suatu sore saat melihat Kirana hampir terjungkal karena buru-buru menyembunyikan diri.
"Aku... aku takut CEO baru itu, Lit. Katanya dia suka memecat sembarangan. Aku nggak mau jadi target. Aku lagi butuh banget kerjaan ini," jawab Kirana, beralasan. Ia bersyukur Lita menerima alasan itu karena semua orang di MJN memang sedang berada di bawah bayang-bayang ketakutan yang sama.
Namun, di tengah ketakutan dan upaya penyamaran itu, ada hal lain yang mulai mengganggu Kirana. Ia sering merasa mual di pagi hari mual yang tidak berhubungan dengan rasa mabuk. Ia juga merasa sangat lelah, bahkan setelah tidur tujuh jam. Ia mengira itu hanya gejala stres akibat tekanan di rumah dan di kantor.
Di lantai eksekutif yang sunyi, Arjuna Mahesa sedang duduk di kursinya, mencoba fokus pada analisis pasar yang rumit. Namun, pikirannya terus-menerus kembali pada satu hal yang mengganggu: wanita di bar itu.
Sejak hari sidak di Departemen Marketing, Arjuna merasa tidak nyaman. Ia yakin wanita itu, yang sempat bertukar pandang dengannya, adalah wanita yang ia tinggalkan di apartemennya. Namun, ia tidak bisa mengingat namanya. Ia hanya ingat ekspresi ngeri dan mata yang tampak familiar itu.
Arjuna Mahesa dikenal karena daya ingatnya yang fotografis, terutama mengenai data dan wajah orang-orang yang mungkin penting untuk bisnis. Kegagalannya mengingat detail wanita itu terasa seperti anomali, sebuah cacat yang tidak bisa ia toleransi.
Ia memanggil Bayu, Kepala Staf Khususnya.
"Bayu, waktu saya meminta file ringkasan staf Marketing, apakah sudah termasuk foto dan background singkat?" tanya Arjuna, suaranya terdengar biasa, namun ada nada mendesak yang tersembunyi.
"Sudah, Pak. Saya menyusunnya dalam format tabel, lengkap dengan foto terbaru mereka. Bapak ingin saya tampilkan di layar?"
"Tidak. Cari file itu, dan saya mau kamu carikan satu nama dari sana. Ini agak sensitif. Saya ingin tahu latar belakangnya," kata Arjuna, sengaja membuat permintaan itu terdalam nada yang seolah itu adalah bagian dari audit.
"Siap, Pak. Siapa namanya?"
Arjuna terdiam sesaat. Ia tidak ingat nama Kirana.
"Dia... seorang asisten junior di Marketing. Saya melihatnya saat sidak, dia duduk di barisan belakang. Dia memiliki ekspresi yang tidak biasa, terlihat seperti sangat tertekan atau… ketakutan. Saya khawatir dia adalah salah satu elemen yang menghambat efisiensi," Arjuna berbohong dengan tenang, menyamarkan rasa ingin tahu pribadinya dengan alasan profesionalisme.
Bayu mengangguk sigap. "Ekspresi ketakutan. Baik, Pak. Saya akan coba persempit daftarnya berdasarkan data psikologi karyawan jika ada, atau saya bisa meminta HRD mengidentifikasi berdasarkan deskripsi Bapak."
"Tidak perlu melibatkan HRD. Cukup kamu cari sendiri, Bayu. Ini adalah perintah rahasia," tegas Arjuna. "Dan kirimkan padaku file-nya. Saya ingin memeriksanya sendiri malam ini."
Arjuna merasa sedikit lega setelah memberikan perintah itu. Ia perlu mengetahui nama dan latar belakang wanita itu, bukan karena ia peduli secara pribadi, tetapi karena ia perlu mengendalikan situasi. Jika wanita itu adalah karyawannya, ia harus memastikan bahwa one night stand itu tidak akan pernah menjadi bom waktu yang bisa merusak citra profesionalnya.
Malam itu, pukul 23:00, Bayu mengirimkan file yang diminta. Setelah menyaring beberapa nama yang paling mungkin menunjukkan tanda-tanda stres, Bayu mempersempit daftar menjadi tiga nama teratas, lengkap dengan foto dan riwayat pekerjaan.
Arjuna, yang sedang menyesap kopi hitam di mejanya, membuka file itu satu per satu.
Nama pertama: Pria paruh baya, riwayat kesehatan buruk. Tidak cocok.
Nama kedua: Wanita muda yang baru lulus, terlalu ceria di foto. Tidak cocok.
Arjuna membuka file terakhir. Foto seorang wanita muda, rambut cokelat panjang, mata yang besar dan cerah. Di bawah foto itu, tertulis:
Nama: Kirana Aulia
Posisi: Asisten Marketing Junior
Latar Belakang: Lulusan terbaik, bekerja di MJN sejak 2 tahun lalu. Terkenal sangat tekun, namun sering mengambil cuti singkat tanpa keterangan yang jelas.
Saat melihat foto itu, semua detail malam itu kembali menyerbu ingatan Arjuna. Mata cerah yang kini tampak lelah dan sedikit takut. Rambut lembut yang ia sentuh. Dan tubuh mungil yang semalam ia peluk.
Kirana Aulia.
Arjuna menjatuhkan gelas kopinya di meja. Cairan hitam itu tumpah, namun ia tidak peduli. Ia menatap nama itu dengan guncangan yang nyata.
Ia tidak hanya tidur dengan wanita asing. Ia tidur dengan karyawannya sendiri, seorang junior yang bekerja di departemen yang kini sedang ia audit untuk perombakan. Sialnya lagi, Kirana adalah salah satu staf yang paling ia curigai tidak produktif karena riwayat cuti singkat yang 'mencurigakan' (sebenarnya Kirana sering cuti karena disiksa Wulan).
Arjuna merasa marah, terutama pada dirinya sendiri, karena telah melanggar prinsip profesionalismenya. Ia menyadari bahaya besar yang mengintai: jika berita ini bocor, reputasinya akan hancur, dan posisinya sebagai CEO baru akan terancam.
Ia harus mengendalikan situasi ini, dan ia harus melakukannya sekarang, sebelum Kirana Aulia menyadari betapa berbahayanya rahasia yang mereka bagi.
Ia meraih ponselnya, mengetik pesan pada Bayu:
Arjuna (23:45): Batalkan semua rencana audit Marketing untuk minggu depan. Ganti dengan rapat tertutup. Saya ingin bertemu dengan semua Asisten Junior secara pribadi. Mulai dengan nama Kirana Aulia besok pagi jam 09:00.
Di sisi lain kota, Kirana Aulia sedang meringkuk di kamarnya yang kecil. Perutnya terasa mual lagi. Ia memegang perutnya dan berdoa agar ia bisa melewati hari esok tanpa bertemu dengan Sang CEO.
Ia tidak tahu, takdir kejam baru saja mengirimkan undangan resmi padanya untuk bertemu empat mata dengan pria yang paling ia takuti di dunia.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
trs knp di bab berikutnya seolah² mama ny gk tau klw pernikahan kontrak sehingga arjuna hrs sandiwara.
tapi ya ga dosa jg sih kan halal
lope lope Rin hatimu lura biasa seperti itu terus biar ga tersakiti