Gadis Incaran Vampir

"Kenapa melamun terus sih?" tanya Aline yang gemas melihat Angel yang terus diam dan melamun setelah sarapan.

"Hem, tidak apa-apa!"

"Beberapa hari lagi, kamu dan Olivia sudah akan masuk kuliah. Bagaimana kalau besok kita lihat asrama di kampus. Jaraknya memang tidak jauh, tapi kalau kita punya kendaraan. Kalau tidak punya kendaraan, akan lebih baik tinggal di asrama. Supaya tidak terlambat!"

"Tapi bibi pasti akan kesepian?" tanya Angel.

"Benar, waktu itu ada kak Gerald yang menemani ibu. Apa lebih baik aku juga tidak usah tinggal di asrama?" tanya Aline.

"Bagaimana kalau kita beli sebuah mobil? yang biasa saja, yang bisa kita gunakan ke kampus. Aku bisa mengemudi!" kata Angel.

Dia memang bisa mengemudi, sejak dia memiliki surat ijin mengemudi. Ayahnya bahkan membiarkan dia mengemudi sendiri saat di ibukota.

"Ahh, itu ide bagus! aku akan telepon kak Darryl, dia pasti mau bantu kita cari mobil!" kata Aline yang langsung masuk ke dalam rumah.

"Hah, kenapa menghubungi kakak Olivia? bukannya kalau mau cari mobil harusnya pergi ke dealer mobil?" tanya Angel tapi Aline sudah tidak mendengarnya.

Aline sudah masuk ke dalam rumah dan tidak mendengar apa yang Angel katakan. Tak lama kemudian Aline sudah keluar dari dalam, dan langsung menarik tangan Angel. Meminta gadis itu segera berdiri.

"Ayo ganti baju Angel, kita akan di antarkan kak Darryl ke dealer mobil"

"Tapi..."

"Cepatlah!" kaya Aline sangat bersemangat.

Dan tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti di depan pekarangan rumah bibi Martha. Seorang pria dengan jas semi formal tampak keluar.

"Kak Darryl!" sapa Aline yang sudah melambaikan tangannya.

Sementara Martha dan Angel baru keluar bersama dari dalam.

"Selamat siang bibi Martha, Aline, Angel!" sapa pria tampan itu.

Angel mengangguk dan tersenyum.

"Selamat siang kak Darryl!" balasnya.

"Maaf merepotkanmu nak Darryl, dua gadis ini tiba-tiba saja memutuskan untuk membeli mobil. Mereka tidak ingin tinggal di asrama kampus! tapi bibi ada pekerjaan di peternakan..."

"Bibi Martha. Tidak apa-apa. Aku senang bisa membantu Aline. Aku sudah anggap dia adik sendiri, aku akan jaga mereka berdua" kata Darryl.

"Terimakasih kalau begitu!"

Bibi Martha tampak tegang. Dia memang sangat percaya pada Darryl.

Darryl berjalan ke arah mobilnya, dia membuka pintu mobil penumpang bagian depan dan memanggil Angel.

"Angel, masuklah!" kata Darryl.

Aline tadinya mau duduk di depan, banyak yang ingin dia bicarakan dan katakan pada kakak Olivia itu. Tapi karena Darryl memanggil Angel. Tentu saja dia harus segera mengambil tempat di belakang.

Aline memberikan sedikit dorongan pada Angel.

"Masuklah" katanya sambil membuka pintu penumpang bagian belakang.

Martha yang Mash berada di depan pintu melihat itu. Debora, ibunya Darryl memang sempat mengatakan, kalau sepertinya Darryl suka pada Angel. Dia cukup senang mendengar itu, karena selama 20 tahun lebih mereka bertetangga, Martha tahu seperti apa Darryl. Dia pria yang baik, tidak aneh-aneh. Dia sekolah dan bekerja dengan prestasi yang cukup baik. Tidak memiliki track record buruk.

Tapi, tetap saja. Martha selalu membebaskan semua anak-anak memilih apapun yang mereka ingin lakukan dan sukai.

Angel sudah masuk ke dalam, dia segera mengenakan sabuk pengaman. Darryl juga sudah masuk dan menyalakan mesin mobil.

"Mau pergi ke dealer mana?" tanya Darryl.

"Seperti mobil kakak ini saja!" kata Aline bersemangat.

Darryl menoleh ke arah Angel. Dan Angel hanya mengangguk setuju.

Cukup lama perjalanan yang mereka lalui. Aline yang cerewet memang mampu menghidupkan suasana. Setelah tiba di dealer mobil, Angel dan Aline juga sudah menentukan mobil yang mereka ingin beli. Tapi mereka masih harus menunggu segalanya di proses.

Minggu depan mobil itu dan suratnya akan di kirim ke alamat bibi Martha.

"Sudah selesai, jadi... mau makan malam bersama dulu sebelum pulang?" tanya Darryl.

Angel pikir, dia memang harus setuju. Bagaimanapun Darryl sudah membantunya. Bukankah seharusnya dia memang mentraktir Darryl makan malam.

"Iya" kata Angel.

Mereka sampai di sebuah restoran, dimana tempat itu adalah salah satu restoran milik keluarga Valleroy.

Saat mereka bertiga duduk, mereka baru akan memanggil seorang pelayan. Tapi sebuah troli penuh dengan makanan sudah menghampiri meja mereka.

"Maaf, seperti kalian salah mengantarkan pesanan! kami bahkan belum memesan!" kata Darryl pada pelayan itu.

"Tuan dan nona-nona ini adalah tamu ke 100 hari ini. Ini adalah hadiah untuk kalian!" kata pelayan itu dengan sangat sopan.

Angel tertegun, sedangkan Aline terlihat bertepuk tangan senang.

"Wah, selamat ya. Pelanggan kalian banyak sekali, sampai seratus. Restoran ini memang luar biasa!" puji Aline yang langsung meraih gelas dan botol minuman mahal yang ada di troli di dekatnya.

"Begitukah?" tanya Darryl.

"Benar. Selamat menikmati makanannya!" kata pelayan itu yang mengkomando pelayan yang lain untuk segera menata makanan di atas meja.

Aline sangat senang. Dia benar-benar langsung menyantap makanan premium itu.

"Angel, kamu tidak makan?" tanya Darryl yang berniat memotong steak yang ada di piring Angel.

Tapi seorang pelayan tampak datang lagi.

"Nona, steak ini salah. Ini tingkat kematangannya kurang pas. Saya akan bawa yang tepat untuk anda!" kata pelayan itu mengangkat hanya piring Angel saja.

Aline memotong steak di piringnya.

"Ini matang, oh... mungkin punya kamu setengah matang ya Angel!"

"Bisa jadi!" sahut Darryl.

Angel hanya diam. Dia sejak tadi juga melihat ke sekeliling. Dia merasa seperti ada yang sedang mengawasinya. Tapi setelah dia melihat ke segala arah, sepertinya tidak ada. Semua pelanggan tampak sibuk dengan urusan mereka, tidak ada yang menoleh ke arah Angel bahkan.

"Nona, ini steak anda!" kata pelayan itu.

Angel melihat ke arah piring di depannya. Steak itu sudah dipotong kecil-kecil.

"Terimakasih" kata Angel.

"Emm, sudah dipotong. Enak sekali! mungkin mereka merasa tidak enak tadi, sudah mengambil steak darimu!" kata Aline.

Angel mengangguk setuju.

"Mungkin" sahutnya pelan.

Sementaranya dari sebuah ruangan yang dinding kacanya adalah dinding kaca satu arah. Pria berambut perak tampak mengeraskan rahangnya.

"Hanya aku yang boleh memotong steak untukmu!" gumamnya sambil melihat ke arah Angel.

Deg

Angel merasa benar-benar ada yang memperhatikannya. Tapi tetap saja, dia tidak bisa menemukan orang itu.

'Kenapa seperti ini? sebenarnya apa yang salah denganku? hal-hal aneh terus terjadi!' batinnya risau.

***

Bersambung...