NovelToon NovelToon
Warisan Dari Sang Kultivator

Warisan Dari Sang Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Harem / Balas Dendam
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sarif Hidayat

Seorang pemuda berusia 25 tahun, harus turun gunung setelah kepergian sang guru. Dia adalah adi saputra.. sosok oemuda yang memiliki masa lalu yang kelam, di tinggalkan oleh kedua orang tuanya ketika dirinya masih berusia lima tahun.

20 tahun yang lalu terjadi pembantaian oleh sekelompok orang tak di kenal yang menewaskan kedua orang tuanya berikut seluruh keluarga dari mendiang sang ibu menjadi korban.

Untung saja, adi yang saat itu masih berusia lima tahun di selamatkan okeh sosok misterius merawatnya dengan baik dari kecil hingga ia berusia 25 tahun. sosok misterius itu adalah guru sekaligus kakek bagi Adi saputra mengajarkan banyak hal termasuk keahliah medis dan menjadi kultivator dari jaman kuno.

lalu apa tujuan adi saputra turun gunung?

Jelasnya sebelum gurunya meninggal dunia, dia berpesan padanya untuk mencari jalan hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarif Hidayat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 Balap liar

Di pinggiran kota yang lengang, dua mobil mewah melaju kencang, siluetnya berkejaran seperti predator di malam hari. Di dalamnya, dua gadis cantik tampak begitu bersemangat, memanfaatkan jalanan sepi untuk sebuah balapan liar yang memacu adrenalin.

"Ayolah, Kak Amel! Bukankah kemampuan mengemudimu semakin bagus?" seru seorang gadis dari mobil berwarna biru tua, ia baru saja berhasil menyalip mobil sepupunya.

"Gadis bodoh! Biar kuperlihatkan padamu siapa Dewi Jalanan yang sesungguhnya!" Dengan senyum samar yang menantang, gadis cantik yang mengendarai mobil merah itu langsung menginjak gasnya. Suara deru mesin yang menggelegar memecah kesunyian jalanan.

Brum! Brum!

Dua mobil sport mewah itu meliuk-liuk, bergantian memimpin barisan depan, terus melaju dengan kecepatan mematikan. Kecepatan mobil merah kian menjadi-jadi, meninggalkan mobil biru tua di belakang. Namun, nahas, tiba-tiba mobil merah itu kehilangan kendali.

Jauh di depan sana, seorang pemuda tengah berjalan santai di tepi jalan, pikirannya melayang memikirkan rencana selanjutnya.

"Guru, aku masih belum tahu apa yang harus kulakukan" Gumam pemuda itu dalam hati, "Aku juga tidak mungkin mendatangi keluarga itu. Dulu, mereka mengusir ayah dan ibuku. Kebencian pun kembali muncul di hatinya.

Tin! Tin! Tin!

"Sial! Kenapa pemuda gila itu tiba-tiba ada di sana?!"

"Hei! Cepat menyingkir! Apakah kau ingin segera mati?!" teriak Amelia dari dalam mobil merah. Ia berusaha menginjak rem, tetapi karena kecepatan yang terlampau tinggi, rem mobilnya tidak berfungsi dengan baik.

''Ap-apaan! Apakah orang itu ingin membunuhku?' Tersadar dari lamunannya, Rayan bereaksi dalam sepersekian detik. Ia langsung meloncat ke dahan pohon terdekat, menghindari benturan maut.

"Akhhhhhh...!" Amelia berteriak panik, membanting setir mobilnya ke kanan hingga mobil itu melaju dan menabrak sebatang pohon besar.

Brakkk!

"Tidak! Kak Amel!" teriak gadis di mobil biru tua itu. Meskipun tertinggal jauh di belakang, ia masih melihat jelas apa yang terjadi pada mobil sepupunya.

Asap mulai mengepul dari kap mobil merah itu. Bagian depan mobil tampak remuk tak berbentuk setelah menghantam keras batang pohon.

"Huhu... Kak Amel, ja-jangan membuatku takut!" Sosok gadis cantik berseragam SMA itu—Shela—bergegas keluar dari mobil birunya dan berlari menghampiri mobil sepupunya.

"Ahhh... apa yang harus kulakukan? Tidak! Kak Amel, bertahanlah! Aku akan mencari bantuan!" Setelah berusaha membuka pintu mobil merah yang ringsek, Shela semakin panik karena pintu itu terkunci dan macet.

Ia buru-buru meraih ponselnya.

["H-halo... Kakek! Huhu, Kak Amel, Kakek! Cepat tolong Kak Amel! Huhu..."]

["Halo. Ada apa, Shela? Apa yang terjadi? Bicaralah dengan jelas!"] terdengar suara seorang pria tua di seberang sana.

["Kakek, huhu... Kak Amel dia-dia...?"]

Tut. Tut.

Belum sempat Shela menjelaskan, teleponnya terputus.

"Akh, sial!" Gadis itu merasa putus asa, ternyata baterai ponselnya telah habis.

"Huhu... Kak Amel, a-apa yang haru kulakukan?"

Melihat jalanan yang sepi, keputusasaan Shela semakin menjadi. Ia mencoba kembali membuka pintu mobil, tetapi tetap tak berhasil. Ia tidak tahu bagaimana keadaan sepupunya di dalam sana.

"Berhentilah menangis. Biar aku coba membukanya."

Shela terkejut atas kemunculan pemuda itu di belakangnya. Sekelebat ingatan berputar di kepalanya. Pemuda inilah yang membuat sepupunya membanting setir.

"Kau! Kau gelandangan tidak tahu diri! Semua ini salahmu! Kau—kau pantas mati!"

"Akh! Bajingan! Aku akan membunuhmu!" Gadis itu langsung meraung marah saat melihat Rayan. Saat aksi balapan tadi, ia melihat jelas dari belakang bahwa pemuda gembel inilah yang menyebabkan Kak Amel membanting setir hingga menabrak pohon.

"Hei, Nona, apa yang kau bicarakan? Kenapa kau menyalahkanku?" Rayan tidak habis pikir. Jelas-jelas ia yang hampir menjadi korban jika tidak cepat menghindar, tetapi gadis ini malah menyalahkannya secara sepihak.

"Kau masih berani mengelak?! Jelas kau yang membuat Kak Amel membanting setir! Tunggu saja, jangan harap kau bisa melarikan diri!" ucap Shela dengan dada naik turun karena emosi.

Brak!

Tanpa menghiraukan gadis itu, rayan langsung menarik pintu mobil tersebut dengan satu sentakan kuat hingga terlepas dari engselnya.

"Kau...!" Gadis itu terkejut melihat pemuda itu bisa dengan mudahnya merobek pintu mobil.

"Tenanglah, Nona. Bukankah kau ingin menolong temanmu ini?" ujar rayan sembari melepaskan sabuk pengaman yang melingkar di tubuh Amelia.

Dengan keahlian medisnya, rayan dapat langsung melihat bahwa kedua kaki gadis itu patah karena terjepit oleh bagian depan mobil sport tersebut. Bukan hanya itu, tampak luka cukup serius di kepalanya yang mengakibatkan darah terus mengalir membasahi wajah Amelia.

"Kau! Kau mau apa?!" Melihat pemuda itu tampak memeluk tubuh Amelia, Shela langsung menarik rayan. Ia berpikir, gelandangan bau ini berani-beraninya memanfaatkan kesempatan untuk melakukan hal memalukan pada sepupunya.

"Hei, bisakah kau tenang sedikit saja, Nona? Lihatlah keadaan temanmu ini. Aku hanya ingin menolongnya!" rayan mulai merasa kesal dengan sikap gadis itu.

"Apanya yang menolong?! Jelas-jelas kau ingin melecehkan kakakku! Kau dasar gembel tidak tahu diri! Cepat menyingkir dari kakakku!" Shela menarik rayan agar menjauh dari Amelia.

Brum!

Tepat saat itu juga, sebuah mobil berwarna hitam berhenti di lokasi. Tak lama kemudian, keluar sosok pria paruh baya dengan empat orang pengawal di belakangnya.

"Kakek! Huhu... akhirnya Kakek datang juga!" Melihat sosok yang datang adalah kakeknya, Shela langsung menghambur ke pelukan pria paruh baya itu.

"Shela, apa yang terjadi?" tanya pria paruh baya itu. Melihat mobil Ferrari merah menabrak pohon, ia terkejut. Mobil itu adalah milik cucu pertamanya.

"Huhu... Kakek, ce-cepat selamatkan Kak Amel!" Tangis Shela pecah. Ia merasa bersalah karena ialah yang menantang sepupunya untuk balapan liar sepulang sekolah.

"Tenanglah. Apakah kau sudah memanggil ambulans?" tanya pria paruh baya itu, tetapi mendapat gelengan dari Shela. Gadis itu menjelaskan bahwa ponselnya kehabisan baterai.

"Kalian! Cepat keluarkan cucuku dari mobil!" perintah pria paruh baya itu pada keempat pengawalnya, sementara dirinya segera menghubungi sebuah nomor telepon.

"Kakek, dia! Dialah yang menyebabkan Kak Amel kecelakaan!" Shela segera menjelaskan secara singkat, sembari menunjuk ke arah rayan.

Tak lama kemudian, mobil ambulans tiba dan segera membawa Amelia yang sudah tak sadarkan diri dan berlumuran darah.

Melihat keadaan cucunya, pria paruh baya itu langsung menatap tajam ke arah rayan dan berkata kepada dua pengawalnya, "Bawa anak itu."

"Maaf, Tuan. Bisakah saya menjelaskan terlebih dahulu?"

"Sebenarnya apa yang gadis itu katakan tidaklah benar. Justru mereka berdualah yang mengemudi ugal-ugalan, dan pengendara mobil merah itu hampir menabrak saya. Jadi...?" rayan mencoba menjelaskan, tetapi langsung dipotong oleh pria paruh baya itu.

"Siapa yang mengizinkanmu bicara?"

"Ikutlah dengan patuh, atau kau akan menyesalinya." Aura yang tampak tidak bisa ditolak memancar dari pria paruh baya itu, bahkan membuat keempat pengawalnya merasa ketakutan.

"Maaf, saya tidak bersalah, jadi saya tidak memiliki alasan untuk ikut dengan kalian," jawab rayan acuh tak acuh. Menurutnya, orang-orang ini sangat tidak masuk akal. Ia tidak menyangka setelah turun gunung, ia akan mengalami kejadian seperti ini.

Pria paruh baya itu menyipitkan matanya. Ini adalah pertama kalinya ia diabaikan oleh seseorang yang usianya masih sangat muda. Belum lagi, ia telah memancarkan sedikit tekanan aura bela dirinya. Jika orang lain, pasti mereka akan ketakutan dan menuruti perkataannya. Tetapi, anak muda ini selain tidak menurut, bahkan tidak ada jejak ketakutan di wajahnya.

"Kau! Beraninya kau tidak mengikuti perintah Kakek! Apakah kau tidak takut mati?!" Shela langsung memarahi pemuda itu, kebenciannya semakin bertambah.

"Sudah saya katakan, saya tidak akan ikut dengan kalian. Jangan coba memprovokasiku," ujar rayan dengan tatapan yang agak berbeda. Tatapan itu seketika membuat Shela merasa seolah berada di jurang kematian.

"K-kau...!" Tanpa sadar, Shela mundur beberapa langkah. Ini adalah pertama kalinya ia merasa takut hanya dengan ditatap oleh seseorang.

''Apa yang terjadi? Kenapa tatapannya membuatku takut "? pikirnya.

"Ikutlah. Melihat penampilanmu, sepertinya kamu bukan berasal dari kota ini," ujar pria paruh baya itu lagi, sambil mengeluarkan seluruh tekanan aura bela dirinya.

"Saya hanya akan meminta beberapa penjelasan darimu. Setelah kamu terbukti tidak bersalah, saya tidak akan menahanmu untuk pergi."

Rayan cukup terkejut merasakan aura pria paruh baya itu. Meskipun ia tidak tahu di tingkat apa kekuatan pria paruh baya ini, tetapi kekuatannya memang cukup tinggi. Rayan pun menjadi penasaran tentang para ahli bela diri di kota ini. Dulu, gurunya pernah berkata padanya bahwa di zaman ini hanya sedikit ahli kultivasi seperti dirinya, dan keberadaan mereka cukup tersembunyi. Sementara kebanyakan orang-orang kuat di zaman ini adalah para ahli bela diri, dan Rayan menebak, pastilah pria paruh baya ini adalah seorang ahli bela diri yang tingkatannya cukup tinggi.

"Baiklah. Tetapi, jangan coba untuk menyulitkanku," ucap rayan. Karena ia memang tidak mempunyai tujuan, tidak ada salahnya ikut dengan pria paruh baya ini. Dengan begitu, ia akan sedikit berkeliling kota tanpa berjalan kaki.

Ekspresi pria paruh baya itu tidak berubah, tatapannya tetap dingin, tetapi dalam pikirannya ia bergumam, "Pemuda ini sepertinya tidak tahu siapa aku."

Kemudian, rayan pun ikut bersama mereka menuju rumah sakit terbesar di kota.

1
Jujun Adnin
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!