NovelToon NovelToon
Pewaris Dewa Perang

Pewaris Dewa Perang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: Junot Slengean Scd

Langit di atas Lembah Seribu Pedang selalu berkabut, seolah-olah para roh pedang zaman kuno sengaja menutupinya dari mata dunia luar. Di balik kabut itu, terdapat sebuah lembah yang luas, terjal, dan dipenuhi bangunan megah terbuat dari batu hitam. Di puncak-puncak tebingnya, ratusan pedang kuno tertancap, bersinar samar seperti bintang yang tertidur. Konon, setiap pedang telah menyaksikan darah dan kemenangan yang tak terhitung jumlahnya sepanjang ribuan tahun sejarah klan ini.

Di tempat inilah, klan terbesar dalam benua Timur, Klan Lembah Seribu Pedang, berdiri tegak sebagai simbol kekuatan, kejayaan, dan ketakutan.

Klan ini memiliki struktur kekuasaan yang ketat:

Murid luar, ribuan pemula yang menghabiskan waktunya untuk latihan dasar.

Murid dalam, mereka yang telah membuktikan bakat serta disiplin.

Murid senior, para ahli pedang yang menjadi pilar kekuatan klan.

Murid elit, generasi terpilih yang berhak memegang pedang roh dan mempelajari teknik pamungkas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB.5 Serangan Tengah Malam

Angin malam berhembus pelan, membawa aroma bunga persik yang menenangkan. Namun, Xio Lun tidak bisa tidur. Ia berdiri di atas atap bangunan tamunya, menatap bulan yang separuh tertutup awan hitam.

Di dalam tenangnya malam, ia merasakan sesuatu yang asing…

Tekanan membunuh.

Energi iblis.

Pemburu dalam kegelapan.

“Mereka datang…” gumamnya dengan suara serendah desah angin.

Sosok bayangan melintas cepat di balik pepohonan, hampir tak terdeteksi. Tapi Xio Lun bisa melihat dengan jelas — aura yang meneteskan niat pembantaian itu.

Klan Tengkorak Merah.

Mereka tidak akan pulang tanpa kembali menyerang.

Sudut bibir Xio Lun terangkat dingin.

💥 BOOMMM!

Suara ledakan memecah keheningan. Api melahap beberapa paviliun bagian belakang istana. Teriakan pengawal terdengar bagaikan badai datang mendadak.

“Musuh menyerang!! Lindungi Putri Xi Shi!!”

Ratusan pengawal berlari keluar, namun panik menyebar terlalu cepat. Klan Tengkorak Merah menyerang seperti serigala lapar yang telah mengintai selama berhari-hari.

Di salah satu atap, berdiri seorang pria dengan jubah merah gelap. Topeng tengkoraknya memancarkan kilauan membunuh. Aura kultivasinya bergejolak…

Ranah Raja.

Tetua terkuat yang dikirim Hong Ju.

Mata Tengkorak Raja itu menyapu istana… hingga tertuju pada satu titik:

—Paviliun pribadi Putri Xi Shi.

“Bawa kepalanya.”

“Ambil peta itu.”

Suara serak pria topeng itu menggema seperti perintah iblis.

🔥 Xio Lun bergerak

Dalam sekejap, tubuh Xio Lun melesat turun seperti kilat senyap. Energi kultivasinya ia tekan keras—hanya memperlihatkan kekuatan seorang Grand Master.

Tidak boleh ada yang tahu kekuatan leluhurnya terbangun… Belum saatnya.

Tetapi kecepatan dan ketepatan langkahnya sudah cukup menjadi ancaman mematikan.

“Berani sekali kalian menyentuh klan yang memberiku tempat.” bisiknya dingin.

Tiga penyerang mengarah kepadanya. Mengayunkan pisau panjang dan cakar besi berbentuk tengkorak.

CLANG!

BAM!

CRACK!

Dalam tiga gerakan halus—

Ia mematahkan lengan penyerang pertama

Menendang dada penyerang kedua hingga terpental dan menghantam tembok

Menusuk tenggorokan penyerang ketiga dengan pedang pendek yang ia rebut

Tanpa membuang satu napas pun.

🌸 “Xio Lun!”

Pintu paviliun Xi Shi terbuka. Ia keluar mengenakan gaun tidur merah muda, wajahnya masih pucat. Begitu melihat api dan darah… ia terpaku.

“Ini… serangan kedua…”

Xio Lun mendekatinya. “Tetap di belakangku.”

Xi Shi mengangguk cepat, meski tangannya gemetar. Ia mengaktifkan sedikit kultivasinya — Ranah Grand Master — cukup untuk membela diri sementara.

Namun dari atap lain, suara berat terdengar:

“Jadi ini anak yang menyela misi kami?”

Pria bertopeng Ranah Raja melayang turun, senjatanya berupa sabit raksasa berurat merah gelap, memancarkan energi kematian.

Aura pembunuhan begitu pekat hingga kelopak bunga yang jatuh di udara ikut layu.

Xi Shi menelan ludah, wajahnya pucat. “Dia… Tetua nomor tiga Klan Tengkorak Merah…”

Xio Lun berdiri tegak di depan Xi Shi seperti benteng baja.

“Dia yang membunuh para pengawalmu?” tanyanya datar.

Xi Shi menggertakkan gigi. “Ya…”

Sebelum ia selesai menjawab—

Tetua Tengkorak sudah menghilang dari pandangan.

Kecepatan Ranah Raja… luar biasa.

⚡ SERANGAN KILAT

CRESSH!!

Sabit raksasa muncul tepat di belakang Xi Shi, siap membelah tubuhnya.

Mata Xi Shi melebar. Ia hanya bisa menutup mata—

Tetapi…

Xio Lun sudah ada di sana.

TARRR!!

Tangannya menangkap bilah sabit dengan telapak kosong.

Darah menetes dari jemarinya…

Tetapi pedang itu tidak bergerak satu inci pun.

Mata pria topeng itu terbelalak.

“Itu… mustahil! Grand Master tak akan mampu—”

Xio Lun menatap lurus ke mata musuhnya.

Dalam tatapan itu —

terdapat tebing kematian

dan neraka pembantaian.

“Aku menyuruhmu menjauh…” suaranya serak dingin.

“…dari Xi Shi.”

Ledakan kekuatan menghentak keluar dari tubuhnya. Aura Leluhur seperti naga yang terbangun dari tidur ribuan tahun.

WUUUUAAAAARRRGHHHH!!!

Energi gelap pekat menyelimuti dirinya seperti jubah dewa kegelapan.

Seluruh istana gemetar.

Pengawal, tetua, bahkan Patriark Xi Bong yang berada jauh di ruang utama langsung menoleh ke arah energi itu dengan kaget.

“Ranah… Leluhur?!”

“Tidak mungkin!”

“Dari mana kekuatan seperti itu?!”

Tapi Xio Lun tak mendengar apa-apa.

Fokusnya hanya satu:

Menghabisi musuh yang ingin menyentuh gadis di belakangnya.

🔥 TEBASAN SATU GARIS

Xio Lun mengangkat tangan kosong ke udara…

seolah menggenggam pedang tak terlihat.

Suara angin berubah seperti raungan iblis.

“Jurus Pertama…

Gelap Ngampar.”

SHHHRRAAAAKKK!!!

Cahaya hitam menyambar — bukan cahaya, tapi ketiadaan cahaya — membelah udara dan ruang.

Sabit musuh patah menjadi debu.

Baju perangnya robek.

Tubuhnya terpotong tanpa sempat berdarah.

Tetua Tengkorak menatap Xio Lun dengan ngeri yang tak dapat dijelaskan.

“A-Apa itu…? Teknik apa….”

Tubuhnya rubuh terbelah dua sebelum kata-katanya selesai.

Semua penyerang yang tersisa melihat akhir tetua terkuat mereka…

dan rasa percaya diri mereka runtuh.

“L-lari!!”

Mereka kabur satu per satu bagai tikus kehilangan tempat sembunyi.

Namun Xio Lun tidak mengejar.

Ia memalingkan wajahnya pada Xi Shi yang masih terdiam kaku — tubuhnya gemetar menyaksikan kekuatan yang tak mampu ia bayangkan.

Tubuh Xio Lun menggoyang sebentar.

Darah menetes dari ujung jarinya.

Penggunaan kekuatan leluhur tanpa kontrol penuh memberi dampak balik yang besar.

Tepat saat ia hampir jatuh…

Xi Shi menangkapnya.

“Xio Lun!”

Ia membungkuk panik, memeluk tubuh pemuda itu dengan kedua tangannya.

“Kau… melindungiku lagi…”

Xio Lun mengatur napas pelan. Dahi mereka hanya beberapa inci saling bersentuhan. Mata Xi Shi basah oleh air mata ketakutan dan… rasa kagum.

Dia berbisik sangat pelan…

“Tolong… jangan mati. Aku… aku belum sempat berterima kasih.”

Xio Lun tersenyum tipis.

“Aku tidak akan mati… sebelum menagih dendamku.”

Xi Shi menggenggam tangannya lebih erat — seolah takut jika melepasnya, ia akan menghilang.

⚔️ Xi Bong datang

Patriark Xi Bong melompat ke halaman, diikuti para tetua. Mereka semuanya menatap Xio Lun seperti menatap monster suci yang baru turun dari langit.

Tetapi Xi Bong…

mata yang biasanya keras…

berubah sedikit lunak.

“Kau menyelamatkan putriku… untuk kedua kalinya.”

Xio Lun berdiri tegak, meski tubuhnya penuh luka.

“Klan Tengkorak Merah… tidak akan berhenti.” ujarnya lirih.

Xi Bong mengangguk berat.

“Aku akan membalas mereka.”

“Tidak.”

Xio Lun memotong.

“Mereka mengejar Xi Shi… karena harta karun leluhur kalian. Jika aku tidak ada di sisinya… Xi Shi akan tetap menjadi target.”

Xi Bong menatap putrinya yang masih menggenggam tangan Xio Lun erat-erat.

Kini ia mengerti.

Takdir sudah mengikat keduanya.

Dan ia…

tidak mampu mencegah itu.

“Mulai sekarang,”

kata Xi Bong perlahan namun tegas,

“kau bukan hanya pelindung Putri Xi Shi…

kau adalah pahlawan Klan Bunga Persik.”

Para tetua terdiam… lalu menundukkan kepala — meski dengan berat hati.

Xi Shi tersenyum… begitu manis hingga membuat jantung Xio Lun hampir berhenti.

Namun di sudut bibirnya… tersisa rasa pahit.

Karena ia tahu, semakin ia dekat dengan Xi Shi…

semakin besar bahaya yang akan datang.

Ia mengepalkan tangan—mengingat wajah ibunya.

Darah ayahnya.

Pengkhianatan klannya.

“Aku akan menjadi pedangmu, Xi Shi.”

“Dan aku…”

Xi Shi membalas malu-malu,

“…akan menjadi alasanmu tetap hidup.”

Hujan kelopak bunga jatuh di sekitar mereka.

Malam itu… bukan hanya perang yang meledak.

Takdir pun mulai bergerak.

1
Nanik S
di Cerita ini harusnya kata subuh tidak ada Tor
Nanik S
Peta
Nanik S
Siap Balas Dendam
Nanik S
apakah Xiao Lun akan dilenyapkan
Nanik S
Awal yang menarik
Ibad Moulay
Pengawal Timur
Ibad Moulay
Lorong Batu
Ibad Moulay
Formasi Penyegel Darah
Ibad Moulay
Penjaga Kuno
Ibad Moulay
Kuil Bayangan
Ibad Moulay
Menara Langit Ilahi
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Gerbang Bintang
Ibad Moulay
Pusaran
Ibad Moulay
Jalur Utara
Ibad Moulay
Penjaga
Ibad Moulay
Ledakan
Ibad Moulay
Altar
Ibad Moulay
Cahaya Putih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!