Athaya, seorang gadis mungil yang tinggal di pelosok desa. Berlari tunggang langgang kala ketahuan mencuri mangga tetangganya.
"Huuu dasar tua bangka pelit! Minta dikit aja gaboleh!" sungutnya sambil menatap jalanan yang ia tapaki tadi—menjauhi massa penduduk yang mengejarnya.
Athaya adalah gadis desa yang hidup sebatang kara di tengah masyarakat yang menganut budaya nepotisme.
Dimana, mereka lebih memikirkan kerabatnya, daripada orang susah yang ada di sekitarnya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Athaya untuk bertahan hidup.
Sampai akhirnya, ia mengalami hal di luar nalar saat masuk ke hutan. Ia masuk ke dalam portal misterius dan berakhir masuk ke dalam tubuh seorang selir yang sedang di siksa di tengah aula paviliun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mur Diyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Elios bimbang
Paginya, seluruh kawasan Istana Timur langsung heboh dengan kabar tentang Putra Mahkota Elios yang tidak keluar dari kamar selir semalaman.
Itu adalah rekor tertinggi per-seliran. Dimana, Selir Elise lah yang mendapatkan keperjakaan Elios.
"Kamu sudah dengar belum kabar ini dari salah satu pengawal Putra mahkota?" desis dayang A berbisik sambil terkekeh jaim.
"kenapa-kenapa? Memangnya ada apa dengan putra mahkota?" jawab dayang B.
"Katanya, putra mahkota tadi malem ngalkuin ehmm sama Selirnya!!" bisiknya lagi histeris. Berjingkrak lirih saking hangatnya berita lagi ini.
Dayang B terkejut sekaligus melongo. "Seriusan? Berarti Selir Elise lebih dicintai dong daripada putri mahkota?" bisiknya melotot tak percaya.
Dayang A tersenyum yakin. "Iya, selama 3 bulan pernikahan Putra Mahkota dan Putri Mahkota. Belum ada kabar sama sekali mereka berdua tidur bersama. Tapi sekarang kabar itu justru tertuju sama Selir Elise. Bukankah ini—"
"Ngobrol apa kalian! Kerja!" bentak putri mahkota secara tiba-tiba di belakang mereka.
Mereka berdua pun seketika terkejut ketakutan. Merunduk sambil memohon maaf, lalu berbalik meninggalkan area itu.
Elana, meremat kuat ujung gaun miliknya. Desas desus itu sudah sampai di telinganya. Dan ia benar-benar tak menyangka, Elios menyentuh Elise lebih dulu daripada dirinya.
"Elise sialan! Berani-beraninya dia menggoda Putra Mahkota!!" serunya berteriak histeris.
Dayang kepercayaannya hanya bisa merunduk takut. Tapi juga merasa iba pada putri mahkota. Bagaimanapun juga, Elana adalah kandidat permaisuri masa depan. Tapi justru Elise lah yang mendapatkan keperjakaan Elios lebih dulu.
"Ba-bagaimana jika Selir Elise melahirkan anak laki-laki, Putri." lirih Dayang Ema merasa iba.
Telinga Elana semakin panas sekarang. "Ngga akan aku biarkan! Harus dari rahimku lah putra mahkota selanjutnya dilahirkan!" ucapnya tak terima.
Elana benar-benar tak menyangka dengan Elios. Lelaki itu bilang tidak pernah Sudi menyentuh tubuh Elise seujung kuku pun. Tapi apa ini? Ia mendengar putra mahkota tidak keluar dari kamar selir semalaman?! Anak kecil pun tau apa yang mereka lakukan jika seperti itu!
"Elios! Kamu bilang kamu mencintaiku, tapi kamu bahkan tak mau menyentuhku! Kamu malah lebih memilih menyentuh selir rendahan itu?! Apa kamu mau menggeser posisiku, Elios!" geramnya emosi.
Matanya melirik cepat pada vas bunga di samping kolam ikan. Ia langsung meraih vas itu dan memecahkannya hingga bunga dan tanah berhamburan.
"AKKKHHH!! AKU GA TERIMA!!!" Teriaknya emosi.
****
Sementara di kamar paviliun anggrek plum. Elise terbangun. Ia pun beranjak duduk sambil memegangi pinggangnya yang nyaris remuk. Bahkan kepemilikannya sampe nyeri saking brutalnya Elios menggaulinya tadi malam.
"Dasar gila! Putra mahkota sinting, akhh!" pekiknya kala merasakan nyeri di bawah yang luar biasa.
Ia menoleh ke samping kala melihat kaki seseorang. Matanya langsung melotot kala melihat Elios masih tertidur dengan baju yang compang-camping di sampingnya.
Refleks Elise menendang pinggang Elios hingga terjerembab ke bawah. Elios seketika mengaduh. Mencoba berdiri sambil memegangi pinggangnya yang begitu nyeri.
Ia meringis sambil melotot ke arah Elise. "Kamu!"
"Apa aku!" makinya melotot kesal. "Ini semua gara-gara kamu tau!" teriaknya emosi.
Elios pun terbungkam. Ia perlahan berdiri sambil memegangi pinggangnya yang masih terasa sakit. Sementara Elise hanya melirik sinis sambil berlalu turun dari ranjang. Tak merasa bersalah sedikit pun atas ulahnya.
Elise berjalan sedikit mencak-mencak ke arah kamar mandi. Sementara Elios mulai merapikan bajunya dan berjalan sedikit terseok akibat pinggangnya yang masih terasa sakit.
"Dasar selir sinting! Bisa-bisanya dia menendangku?!" desisnya emosi.
Ia membuka pintu paviliun perlahan. Dimana di depannya. Para prajurit pribadinya berbaris rapi. Menatap dirinya yang keluar dari kamar.
Mereka semua sontak membulat. Tak terkecuali Komandan Lu Zhen yang sedikit membulat melihat kondisi tuannya yang tidak sepantasnya untuk dilihat.
Seluruh dayang dan para tukang kebun yang lewat menatap ke arah paviliun sambil berbisik. Wajah mereka syok kala melihat keadaan putra mahkota yang compang-camping bajunya sehabis melakukan hubungan dengan Elise.
"Wahh, ngga bisa dibayangin sih sebrutal apa putra mahkota dan selirnya berhubungan." desis dayang A.
"Sudah, jangan ngobrol disini. Gaenak dilihat orang!" nasihat yang lainnya.
Elios menatap ekspresi bawahannya penuh tanya. Ada sedikit kesal, namun juga ia merasa puas dengan service selirnya tadi malam. Hingga tak sadar membuat bibirnya tersenyum tipis.
Sementara Elise kini sedang memaki-maki dirinya sendiri.
"Dasar Athaya bodoh! Kenapa kamu ngga ngelawan bego!!" makinya pada diri sendiri, sambil menggosok tubuhnya yang terasa lengket sambil berendam di bak mandi.
Ia merutuki segala kenikmatan yang tubuhnya terima tadi malam. Tidak bisa ia pungkiri. Tadi malam adalah pengalaman pertamanya. Dan ia masih begitu bodoh untuk melawan.
Saking kesalnya, ia menggosok bagian bawah hingga terasa nyeri. Ia benar-benar merasa ternodai sekarang. Meskipun status mereka sudah menikah. Tapi yang memiliki tubuh ini adalah Athaya, gadis 18 tahun yang bahkan tidak pernah ada pikiran akan melakukan hal seperti tadi malam.
Sementara Elios, kini sedang berhadapan dengan Elana yang menangis di depannya.
"Kenapa?! Kenapa kamu menyentuh dia bukan aku?! Bukankah aku istri yang paling kau cintai?! Bukankah kamu menikahi dia karena terpaksa?! Elios katakan! Jangan bilang kamu mencintainya!?" seru Elise menggebu di istana timur.
Elios, terdiam membisu. Ia sama sekali tak melawan segala seruan kasar yang keluar dari bibir Elana. Bagaimanapun juga, ia sudah bersalah disini. Ia menjaga Elana bak berlian yang tak boleh ternodai sedikitpun. Namun ternyata bagi Elana, itu tidaklah cukup.
"Aku cuma menganggap dia pelampiasan kekesalan sesaat ku, Elana. Jadi tenanglah, aku sama sekali tak mencintainya." ucapnya.
Elana menatap Elios nanar. Ia masih belum mempercayai ucapan Elios seutuhnya.
"kalo gitu sentuh aku." ucapnya menatap Elios penuh damba.
Elios seketika membulat kecil. Berdehem ringan kala mendengar ucapan Elana.
Apalagi, kini gadis itu mulai sedikit demi sedikit membuka pakaiannya.
Tak bisa di teruskan. Elios segera menahan tangan Elana membuka pakaian lebih lanjut. Hal itu membuat tebakan Elana semakin benar.
"Jangan seperti ini, Elana."
"Kamu memang tidak mencintaiku kan, Elios! Kalo kamu mencintaiku kamu pasti akan memilih menyentuhku bukan dia!" teriaknya menangis frustasi.
Elios membuang nafas kasar. Mengusak rambutnya frustasi. Ia menatap Elana nanar kala Elana menangis meraung di depannya. Namun entah mengapa, itu tidak menggerakkan hasratnya untuk menyentuhnya.
Bahkan saat Elana sudah membuka setengah bajunya sekalipun, miliknya sama sekali tak bereaksi. Sementara saat dengan Elise yang masih memakai baju utuh saja, miliknya sudah meronta di dalam sana.
"Ck, sebenarnya aku kenapa?!" desisnya bingung pada dirinya sendiri.
"Elios jahat!" teriak Elana merasa terhina—menangis sejadi-jadinya sembari membenarkan pakaiannya. Berlari keluar dari kamar Elios.
Sementara Elios masih terduduk di atas ranjang sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. "Entahlah, aku sendiri pun bingung dengan diriku sendiri."