NovelToon NovelToon
SNIPER CANTIK MILIK TUAN MAFIA

SNIPER CANTIK MILIK TUAN MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Mafia / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Olivia Xera Hilson, gadis cantik dan berwibawa yang tumbuh dalam bayang-bayang kekuasaan, terpaksa menerima tawaran pernikahan dari Vincent Lucashe Verhaag seorang pria karismatik sekaligus pewaris tunggal keluarga bisnis paling berpengaruh di Amerika.
Namun di balik cincin dan janji suci itu, tersembunyi dua rahasia kelam yang sama-sama mereka lindungi.
Olivia bukan wanita biasa ia menyimpan identitas berbahaya yang dia simpan sendiri, sementara Vincent pun menutupi sisi gelap nya yang sangat berpengaruh di dunia bawah.
Ketika cinta dan tipu daya mulai saling bertabrakan, keduanya harus memutuskan. apakah pernikahan ini akan menjadi awal kebahagiaan, atau perang paling mematikan yang pernah mereka hadapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Sesuai janjinya, setelah jam makan siang, Vincent menjemput Olivia di kafe kecil di samping kantornya. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk bertemu diam-diam di sana, menghindari pandangan publik.

Olivia belum ingin hubungan mereka terekspos. Ia tahu, sekali hubungan itu muncul di berita, tak akan ada ruang tenang untuk bernapas.

Begitu Olivia masuk ke dalam mobil, aroma parfum khas Vincent langsung menyelimuti ruang sempit itu dingin, mahal, dan menenangkan sekaligus menusuk. Vincent menoleh sekilas, tatapan matanya seperti biasa: datar, penuh wibawa.

Tanpa banyak bicara, mobil itu melaju perlahan meninggalkan area parkir.

“Besok aku akan mengumumkan pernikahan kita,” ucap Vincent tenang, suaranya dalam dan terukur.

Olivia menatap jalan di depan, menarik napas pelan sebelum menjawab,

“Baiklah,” ucapnya singkat.

Setelah itu, kesunyian mengisi kabin mobil. Hanya suara mesin yang terdengar, berirama dengan detak jam di pergelangan tangan Vincent. Dua puluh menit kemudian, mobil hitam itu berhenti di depan sebuah bangunan megah bertuliskan Leroux Jewel Atelier salah satu butik perhiasan paling eksklusif di kota itu.

Tanpa menunggu, Vincent keluar lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Olivia. Ia melangkah masuk, anggun dan tenang seperti biasa.

Begitu keduanya melewati pintu kaca, aroma lembut dari lilin wangi bercampur udara dingin pendingin ruangan menyambut mereka.

“Selamat datang, Tuan muda, Nona,” sambut seorang karyawan dengan sopan, menunduk hormat.

Vincent hanya mengangguk tipis. Olivia membalas dengan senyum ramahnya yang khas senyum yang mampu meluluhkan siapa pun yang melihatnya.

“Apakah ada yang bisa saya bantu, Tuan, Nona?” tanya manajer toko yang langsung menghampiri, tampak gugup namun tetap profesional. Mereka diarahkan duduk di area tamu VVIP sofa kulit lembut berwarna krem dengan meja kaca di tengahnya.

Vincent menatap singkat manajer itu, lalu berkata datar,

“Bawakan aku sepasang cincin nikah dan koleksi perhiasan terbaru kalian.”

“Segera, Tuan,” jawab manajer itu dengan sopan, lalu memberi isyarat pada karyawannya.

Beberapa menit kemudian, meja di depan mereka telah dipenuhi kotak-kotak beludru hitam berisi perhiasan mewah. Pelayan juga datang membawa teh hangat dan camilan kecil.

Olivia menatap koleksi di depannya kilau permata di bawah cahaya lampu tampak seperti serpihan bintang.

“Ini semua koleksi terbaru kami, Tuan, Nona,” ucap sang manajer dengan nada bangga.

Vincent mengangguk singkat. Pandangannya bergeser pada Olivia, seolah memberi izin tak bersuara agar ia memilih sendiri.

Dengan jari lentik, Olivia membuka satu kotak, lalu satu lagi. Akhirnya matanya berhenti pada sepasang cincin simple namun elegan, terbuat dari platinum putih dengan satu permata yang berkilau lembut.

Cincin itu tidak berlebihan, tapi justru di situlah pesonanya.

“Yang ini,” bisik Olivia, senyum tipis terukir di bibirnya.

Lalu pandangannya beralih pada perhiasan lain satu set kalung, anting, dan gelang dengan buliran permata yang indah. Kalung itu berbentuk ular melingkar, detailnya halus dan mewah, memberi kesan misterius tapi tetap feminin.

Ia menunjukkannya pada Vincent.

“Bagaimana menurutmu?” tanya Olivia, matanya menatapnya dengan lembut.

Vincent menatap sekilas, lalu menjawab santai,

“Tidak buruk.”

Olivia tersenyum samar. Ia tahu, di balik sikap dinginnya, Vincent menyukai pilihannya.

“Kalau begitu, aku ambil yang ini,” ucap Olivia kepada manajer, menunjuk cincin dan set perhiasan itu.

“Baik, Nona,” jawab manajer itu dengan ramah.

Vincent tanpa banyak bicara mengeluarkan black card miliknya simbol kekuasaan yang membuat siapa pun di ruangan itu menunduk hormat.

Transaksi selesai. Dengan tenang, mereka meninggalkan butik berlian itu dan berjalan menuju bangunan di sebelahnya butik busana milik seorang kenalan lama keluarga Vincent.

Begitu memasuki butik itu, suasana hangat langsung menyelimuti. Aroma kain baru dan bunga segar memenuhi udara.

“Vincent!” seru seorang wanita paruh baya dari arah dalam. Suaranya lembut, hangat seperti sosok ibu.

Vincent menoleh, lalu tersenyum tipis. “Halo, Bibi.”

“Sudah lama sekali bibi tidak melihatmu, Nak. Bagaimana kabarmu? Semoga baik-baik saja?” tanyanya penuh perhatian.

“Vincent baik, Bi. Bagaimana dengan Bibi?”

“Bibi juga baik, Nak, syukurlah.”

Wanita itu kemudian melirik Olivia yang berdiri di samping Vincent. Tatapannya penuh rasa ingin tahu.

“Ah, perkenalkan, Bi,” ucap Vincent. “Ini calon istriku. Olivia, ini Bibi Lisa, sahabat dekat mendiang Mama dulu.”

Olivia segera menyodorkan tangan dengan senyum lembut.

“Senang bertemu, Bibi. Saya Olivia.”

Lisa menatapnya beberapa detik seolah ada sesuatu dalam wajah Olivia yang mengingatkannya pada seseorang dari masa lalu.

“Ah, salam kenal, Olivia. Kamu sangat cantik sekali… mirip sekali dengan teman lama Bibi,” ucapnya dengan nada lembut.

Olivia tersenyum malu, “Terima kasih, Bibi. Bibi juga terlihat sangat anggun.”

Wanita paruh baya itu terkekeh kecil. “Lihatlah anak ini, datang-datang membawa calon istri yang begitu cantik,” katanya haru.

Mereka duduk bersama, disuguhi teh melati hangat dan kue kecil. Percakapan mereka ringan, penuh tawa lembut dan nostalgia masa lalu.

“Bibi,” ucap Vincent kemudian, suaranya kembali tenang, “kami ke sini untuk mencari gaun pengantin untuk Olivia.”

“Ah, kebetulan sekali,” sahut Bibi Lisa sambil bangkit. “Bibi baru saja menyelesaikan koleksi terbaru. Tunggu sebentar ya.”

Sementara Lisa pergi ke ruang dalam, Olivia memperhatikan butik itu dindingnya dipenuhi gaun berkilau, dari putih gading hingga merah marun. Setiap helai tampak seperti karya seni.

Di ruangan lain, Bibi Lisa membuka lemari besar berisi gaun-gaun rancangannya. Tangannya berhenti pada satu gaun putih yang baru saja selesai dijahit.

“Kenapa wajah calon istri Vincent mirip sekali dengan teman lamaku itu…” gumamnya pelan, lalu menggeleng menepis pikirannya.

Dengan bantuan dua karyawannya, Lisa membawa keluar gaun itu gaun pengantin berpotongan elegan dengan renda halus dan ekor panjang berkilau.

“Wah… Bibi, ini sangat indah,” ucap Olivia terpesona, matanya berbinar menatap gaun di manekin.

“Ini koleksi terbaru Bibi,” jawab Lisa tersenyum bangga. “Baru selesai tadi pagi. Dan lihatlah, sepertinya memang dibuat untukmu. Kamu menyukainya, Olivia?”

“Tentu saja, Bibi. Ini sempurna… bukan begitu, Vincent?”

Vincent hanya mengangguk, tatapannya dalam menilai gaun itu sejenak sebelum kembali ke wajah Olivia.

Olivia lalu mendekat, membisikkan sesuatu pada Lisa, “Bibi, apakah ada setelan jas yang cocok untuk Vincent?”

Lisa tersenyum penuh arti. “Tentu saja. Tolong ambilkan jas hitam di ruangan saya,” ucapnya pada karyawan. Tak lama kemudian, karyawan itu kembali membawa jas elegan dengan potongan tajam dan bahan terbaik.

“Bibi yakin ini sangat cocok untuk pria dingin itu,” bisiknya pada Olivia sambil terkekeh kecil.

Olivia menutup mulut menahan tawa, matanya melirik Vincent yang sibuk dengan ponselnya.

“Apakah ada yang ingin kamu cari lagi, Olivia?” tanya Lisa kemudian.

“Tidak, Bibi. Sudah cukup,” jawab Olivia sopan.

Lisa tersenyum, lalu menarik tangan Olivia lembut. “Kemari, Bibi ingin menunjukkan beberapa gaun lain. Anggap saja hadiah kecil dari Bibi untuk pernikahan kalian.”

Olivia menoleh ke arah Vincent, seolah meminta izin.

Vincent menatapnya sebentar lalu mengangguk singkat.

Dengan itu, Olivia mengikuti Lisa ke bagian dalam butik.

Deretan gaun malam berjejer rapi di sana, di bawah lampu gantung kristal.

“Apa ada yang kamu suka?” tanya Lisa.

Olivia menatap satu gaun tanpa lengan berwarna merah tua, dengan detail kristal di bagian dada. Ia menunjuknya pelan.

“Bagaimana menurut Bibi? Apakah aku cocok memakai ini?”

Lisa memandangnya, lalu tersenyum hangat.

“Selera kamu bagus sekali, Olivia. Kalau kamu yang memakainya, gaun ini akan tampak hidup.”

Beberapa menit kemudian, semua sudah selesai. Vincent membayar dengan tenang, dan mereka berpamitan.

“Terima kasih, Bibi. Olivia harap Bibi bisa hadir di pernikahan kami nanti,” ucap Olivia sopan sambil menggenggam tangan Lisa.

“Pasti, Sayang. Bibi akan datang,” jawab Lisa tulus.

Gaun dan jas itu akan dikirim langsung ke mansion milik Vincent. Sementara mereka melangkah keluar, langit di luar mulai memudar ke jingga senja.

Di dalam mobil, Olivia bersandar pelan, menikmati perjalanan yang mulai lenggang. Jalanan tampak tenang, lampu kota mulai menyala satu per satu.

Di sisi lain, Vincent tetap fokus menyetir, wajahnya seperti biasa dingin namun menyimpan sesuatu yang tak mudah dibaca.

Mereka berencana makan malam bersama sebelum kembali ke rumah masing-masing.

Dan di antara senja dan cahaya lampu kota yang berpendar, diam-diam hati Olivia berdebar mungkin karena cinta, mungkin juga karena rahasia yang belum sempat terucap.

* * * *

Keesokan harinya, suasana di kantor terasa lebih ramai dari biasanya.

Olivia duduk di sudut kantin, menikmati makan siangnya dengan tenang sepiring salad dan secangkir kopi hitam yang mulai mendingin. Ia sengaja memilih meja di dekat jendela, tempat cahaya matahari siang menembus tirai tipis dan jatuh lembut di wajahnya.

Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Dalam hitungan menit, seluruh ruangan mendadak riuh.

Bisik-bisik, suara langkah terburu-buru, bahkan tawa kecil penuh rasa ingin tahu terdengar dari segala arah.

“Ya Tuhan! Lihat ini!” teriak seorang karyawan sambil menunjuk layar ponselnya.

“Pengusaha muda Vincent Lucashe Verhaag resmi bertunangan dengan keturunan Hilson!”

Kalimat itu menyebar seperti api. Semua mata seakan berbinar antara takjub, iri, dan penasaran. Nama itu bukan nama sembarangan. Vincent Lucashe Verhaag, pemilik beberapa perusahaan besar, dikenal sebagai sosok muda tampan, berpengaruh, dan sangat sulit didekati.

Namun, tak ada yang tahu sisi gelap di balik ketenangannya pria itu bukan hanya pengusaha, tapi juga pengendali kekuatan bawah tanah yang menggetarkan dunia mafia Eropa.

“Olivia! Lihatlah ini!” seru Erica, rekan kerjanya yang terkenal cerewet namun polos, datang tergopoh membawa ponselnya. Wajahnya terlihat begitu antusias.

Olivia menoleh perlahan, bibirnya tersenyum samar. “Ada apa, Erica?”

Erica duduk di depannya, meletakkan ponsel di atas meja, menunjuk layar berita yang terpampang jelas.

Di sana, foto Vincent terpampang elegan setelan hitam, senyum tipis, sorot mata dingin. Di bawahnya tertulis:

“Tuan muda Vincent Lucashe Verhaag umumkan pertunangan dengan keturunan keluarga Hilson.”

“Wanita mana yang beruntung bisa mendapatkan tuan muda Verhaag ini,” gumam Erica dengan nada kagum, matanya nyaris berbinar. “Bayangkan saja, dia muda, tampan, kaya raya, dan katanya… sangat karismatik!”

Olivia menatapnya santai sambil menyeruput kopinya. “Kamu mengenalnya?”

“Tentu tidak,” jawab Erica cepat, nyaris tersinggung. “Tapi siapa sih yang tidak tahu tentang dia? Semua majalah bisnis, sosialita, bahkan blog gosip kelas atas membicarakan Tuan Verhaag. Konon, harta pria itu cukup untuk membuat dua belas keturunannya hidup mewah tanpa harus bekerja!”

Nada suaranya setengah berbisik, seolah sedang menceritakan legenda.

Olivia hanya mengangguk pelan, menahan senyum kecil yang nyaris tak terlihat.

Di layar ponsel Erica, foto Vincent berganti-ganti, memperlihatkan sisi elegan sekaligus misteriusnya.

“Aku sungguh penasaran siapa wanita dari keluarga Hilson itu,” lanjut Erica yang tampaknya semakin tenggelam dalam rasa ingin tahunya. “Kenapa mereka cuma menyebut nama belakangnya saja, ya? Pasti dia cantik sekali. Dan… oh Tuhan, betapa beruntungnya wanita itu!”

Olivia meletakkan sendoknya, menatap Erica dengan tenang.

“Ah, kamu ini. Sudahlah. Cepat habiskan makan siangmu, jangan terlalu dipikirkan hal begitu,” ucapnya santai, namun ada getaran halus di nada suaranya antara menahan tawa dan menyembunyikan sesuatu.

Erica menatap Olivia lekat-lekat, alisnya berkerut pelan. “Tunggu dulu…” katanya sambil menunjuk wajah sahabatnya. “Kamu kan Olivia Xera Hilson… Hilson… jangan-jangan…”

Ia membulatkan matanya. “Astaga! Jangan bilang kamu wanita itu, Olivia! Kamu kenal Tuan Verhaag, ya? Tidak mungkin… tapi kalau iya..”

Olivia menahan napas, lalu berdehem pelan, menatap ke arah luar jendela seolah tidak mendengar. Pipi halusnya memerah samar.

“Wanita dengan nama belakang Hilson bukan cuma aku, Erica,” ujarnya dengan nada setenang mungkin.

Erica menatapnya tidak percaya. “Tapi...”

“Sst,” potong Olivia cepat, sambil tersenyum tipis. “Kalau kamu terus bicara seperti itu, semua orang akan menatap ke sini dan salah faham.”

Dan benar saja. Beberapa rekan kerja sudah mulai melirik ke arah mereka. Olivia pura-pura sibuk dengan ponselnya, sementara di dalam hatinya, jantungnya berdebar sedikit lebih cepat dari biasanya.

Ia tahu, sejak detik itu rahasia kecil antara dirinya dan Vincent mulai tercium oleh dunia luar.

Dan tidak ada jalan untuk kembali.

1
Murni Dewita
gantung thor
Murni Dewita
double up thor
Rizky Handayani Sr.: ok kak, padahal uda double² up ni 🫠
total 1 replies
Murni Dewita
jodoh mu
Murni Dewita
👣👣👣
partini
wah kakek pintar juga yah
partini
menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!