NovelToon NovelToon
TRANSMIGRASI MENJADI ANTAGONIS PALSU

TRANSMIGRASI MENJADI ANTAGONIS PALSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Antagonis / Masuk ke dalam novel / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: R.A Wibowo

Bagaimana jadinya jika seorang penulis malah masuk ke dalam novel buatannya sendiri?

Kenalin, aku Lunar. Penulis apes yang terbangun di dunia fiksi ciptaanku.

Masalahnya... aku bukan jadi protagonis, melainkan Sharon Lux-tokoh antagonis yang dijadwalkan untuk dieksekusi BESOK!

Ogah mati konyol di tangan karakternya
sendiri, aku nekat mengubah takdir: Menghindari Pangeran yang ingin memenggalku, menyelamatkan kakak malaikat yang seharusnya kubunuh, dan entah bagaimana... membuat Sang Eksekutor kejam menjadi pelayan pribadiku.

Namun, ada satu bencana fatal yang kulupakan

Novel ini belum pernah kutamatkan!

Kini aku buta akan masa depan. Di tengah misteri Keluarga Midnight dan kebangkitan Ras Mata Merah yang bergerak di luar kendali penulisnya, aku harus bertahan hidup.

Pokoknya Sharon Lux harus selamat.
Alasannya sederhana: AKU GAK MAU MATI DALAM KEADAAN LAJANG!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Udara di dalam gereja tiba-tiba berubah berat. Debu beterbangan setiap kali langkah kaki pria tua itu menggores lantai batu. 

Tangannya gemetar, tapi sorot matanya tidak lagi seperti manusia biasa — kosong, bagaikan boneka yang hanya tahu satu perintah.

“Kau tidak seharusnya di sini, Nona Sharon,” desisnya lirih. “Tugasku hanya satu … mengakhiri sang malaikat palsu itu, bukan anda. Jadi minggir!”

Sharon menatap tajam. Ia menempatkan diri di depan Althea yang masih berlutut.

“Kalau ‘malaikat palsu’ yang kau maksud kakakku, maka tugasku satu: menghentikanmu!”

Ia mengambil sapu panjang di pojok ruangan dan menggunakannya seolah itu pedang.

Suara tawa terdengar, pria itu jelas meremehkan musuhnya. Memang barang seperti sapu terlihat sangat tak berdaya kalau dibandingkan dengan pisau yang tajam.

"Serius mau melawan aku? Dengan mainan itu!"

"Udah tua banyak omong juga! Utamakan fungsi, bukan gengsi."

"Dasar wanita sinting! Ya Sudah, kalau Enggak mau minggir .... Kuhabisi keduanya saja!"

Pria itu melangkah cepat—lebih cepat dari tubuh yang seharusnya ia bisa lakukan.

Braak!

Pisaunya memantul dari sapu yang Sharon tahan dengan kedua tangan.

Althea menjerit tertahan.  “Sharon! Hati-hati!”

  “Tenang aja,” seru Sharon sambil memutar sapu di tangannya. "Gini gini aku juga sering olahraga, aku gak akan kalah sama pria tua seperti mu."

Namun kalimat itu hanya membuat si pria tertawa serak.

 “Kalau begitu coba buktikan.”

Pisau itu menyambar lagi. Sharon berputar punggung si pria.

Serangan itu berhasil membuat dia mengaduh kesakitan, dan terjatuh di lantai untuk beberapa saat. Tapi pria itu tetap berdiri—seperti tak merasakan sakit sama sekali.

 “Apa dia kebal?” pikir Sharon cepat.

"Melawanmu hanya membuang waktu, lebih baik aku ke fokus utama saja."

Pria itu jelas mengabaikan Sharon seorang diri, membiarkan gadis itu mengumpat kesal karena diabaikan.

"Woi tunggu pak tua Brengsek, lawanku itu aku!"

Namun pria tua itu tidak menghiraukan, dia berlari sangat cepat, lalu melompat ke depan, pisau mengarah ke dada Althea. 

Althea yang ketakutan hanya bisa mematung dan tak berdaya serta memejamkan mata.

Gadis berambut merah itu mengeluarkan kecepatan maksimal yang dia punya, dia langsung mendorong tubuh kakaknya menjauh, serangan tentu saja berhasil tak mengainya, namun sebagai ganti malah mengenai Sharon. 

"Kak Althea awas!" 

 Namun Sharon dengan gesit, memutar senjatanya kesamping dan menangkis serangan itu. 

Akan tetapi perjuangannya Percuma saja! Sapu yang digunakan Sharon untuk menjadi senjata, patah, tidak kuat menerima serangan kuat dari pria tersebut.

serangan vertikal dari pisau pria itu sudah tidak bisa dihentikan lagi lalu menyayat bahunya.

Clek!

Darah merah segar menetes ke lantai.

Sharon meringis, tapi tetap menatap dingin.“Sakitnya….”

Ia memutar sapu patah yang kini menjadi dua di tangan, menepis tangan si pria, lalu menendang pergelangan kakinya dengan keras.

Tubuh rapuh itu oleng, tapi masih tertawa.

Sharon menahan napas. Bahunya terasa terbakar, darah menetes tanpa henti, dan pegangan di sapu yang patah kini gemetar di tangannya.

Pria tua itu tersenyum lebar, napasnya berat seperti binatang buas yang baru mencium darah.

 “Sudah kukatakan… kamu Seharusnya tak ikut campur.”

Sharon mencoba berdiri, tapi lututnya kehilangan tenaga.

“Mana bisa gitu!” desisinya pelan sambil meringis. “Kalau ada yang tega mau bunuh gadis secantik kakakku, aku gak bisa diam.”

"Sharon."

Althea terkejut dengan ucapan Sharon, akhir akhir ini Sharon sedikit aneh. Dia tidak terlihat gelap, suram, dan kejam seperti biasa. Dia terlihat lembut dan baik.

Lalu dia memuji dirinya cantik? Ini baru pertama kalinya. "banyak omong juga kamu, baiklah sebenarnya kamu gak masuk daftar list. Tapi orang itu bilang bunuh siapapun yang ganggu, maka membunuh kamu jadi tidak apa apa kan?".

pria tua itu melangkah cepat. Pisaunya terangkat tinggi, ujungnya memantulkan cahaya senja dari kaca gereja yang retak. Waktu terasa berjalan lambat.

Sharon hanya sempat berpikir satu hal. “Jadi ini akhirku? sialan! Menyedihkan! Aku bahkan gak berhasil mengubah takdir Sharon mati di hari ini!"

Pisau itu meluncur ke arahnya—

CLANG!

Suara logam beradu keras menggema di dalam gereja. Sebuah bilah panjang menahan serangan itu tepat sebelum menembus dada Sharon.

“Menjauh dari nona Sharon” suara dingin itu menggema dari belakang pria tua itu.

Tubuh Sharon terhentak kecil. Ia menoleh perlahan, dan melihat seseorang berdiri di antara debu dan cahaya senja: --Gilbert.

Pelayan tinggi berambut hitam itu memegang pedang miliknya yang berwarna keperakan, tatapan matanya tajam tanpa emosi.

Dalam satu gerakan cepat, Gilbert memutar pedang dan menebas ke arah lawan. Pria tua itu sempat menahan, tapi kekuatannya jelas tak seimbang.

Craaang!

Pisau terlempar jauh, menancap di dinding gereja.

"Sialan," umpat pria tua itu.

"Dengan ini berakhir sudah!"

Gilbert berputar setengah lingkaran, lalu menendang dada pria itu. Tubuh tua itu terhempas ke belakang dan menghantam altar batu dengan keras.

Brak!

“Kau…” gumam Sharon dengan napas tersengal. “Cepet banget datangnya.”

  “Perintah Duke, untuk mengawasi Anda, Nona,” jawab Gilbert tanpa ekspresi. “Dan tampaknya keputusan itu benar. Berani sekali anda keluar dari pengawasanku, apa yang sebenarnya nona lakukan sekarang?"

Sharon tertawa kecil, lalu meringis karena bahunya kembali nyeri. “Jadi nyawaku masih aman karena overprotective babysitter kiriman ayah. Ironi banget.”

Gilbert menatap singkat luka di bahunya, kemudian menarik sapu tangan hitam dari saku bajunya dan menekannya ke luka Sharon tanpa banyak bicara.

"Eh?" Sharon membalakan mata terkejut, rona merah menyebar di wajahnya. Gilbert eksekutornya kini berada dekat dengannya.

Dia begitu tampan, tatapan kaku itu terlihat begitu memikat sehingga jantung dia berdetak kencang!

Dan tangannya! Menyentuh bahu Sharon, sehingga membuat dia malu. Sharon tidak pernah sedekat ini dengan pria, bahkan dia baru pertama kali ini merasakan tangan pria. Ternyata kasar, kuat, dan hangat.

Gantengnya ya ampun!

Eh! Apa yang malah dia pikirkan, Sharon langsung menggelengkan kepala dan berkata"Apa yang kamu lakukan!?" 

"Sudah jelas, kan," jawabnya. "Melindungi nonaku, dan membersihkan lukamu."

Sharon cuma bisa mengangguk dan terdiam. Gak rugi juga masuk dunia Novel, dia diselamatkan dan dilindungi oleh eksekutornya sendiri adalah perasaan yang aneh.

"lagipula bagaimana bisa kamu sampai di sini?"

"Aku mengikuti jejak nona, setelah kabur dari jendela sebenarnya aku juga ikut melompat dan berlari menyusul anda, yah tentang upaya Anda untuk kabur serta konsekuensinya mari kita bahas nanti saja."

"Gik. Aku dapat konsekuensi lagi!"

"Tentu saja, itu karena anda bertindak seenaknya."

Sharon hanya bisa menghela napas.

Sementara itu, dari pintu gereja terdengar suara langkah tergesa—dan cahaya emas dari luar menyilaukan.

“Althea!”

“Leon?” seru Althea terkejut.

Pangeran Leon Ardiant berlari masuk dengan pedang terhunus. Ia tahu kebiasaan Althea untuk ke gereja tiap sore, tapi khawatir karena tidak pulang juga padahal sudah hampir malam hari.

Jadi dia berencana untuk mengeceknya, tapi kondisi yang dia lihat ternyata cukup sesuai benaknya.

 Nafasnya berat, wajahnya tegang. Begitu melihat darah di lantai dan Sharon yang terduduk di manis di depan Gilbert, matanya langsung melebar.

 “Apa yang terjadi di sini?!”

Althea berdiri gemetar, berlari ke arahnya.

 “Leon… ada yang menyerang kami… pria tua itu—dia mencoba membunuhku…”

Leon menatap sekeliling, melihat tubuh pria tua itu yang kini tergeletak tak bergerak di depan altar. 

 “Ini…” Leon memandang Gilbert dengan tatapan tak percaya. “Apa yang kau lakukan padanya?”

Leon sangat mengenal dengan Gilbert nightray, jadi dia akan mencurigai kalau eksekutor tersebut berbuat berlebihan.

"Hanya menghentikan ancaman,” jawab Gilbert datar, membersihkan pedangnya dari debu. “tenang saja, aku gak membunuhnya. Tapi  saya yakin pria itu bukan orang biasa.”

Leon mendekat, wajahnya cemas, tapi begitu matanya tertuju pada Sharon, nada suaranya berubah dingin.

  “Dan kenapa dia ada di sini? Jangan bilang kau yang merencanakan ini terjadi.”

Sharon mendengus lemah. Yang memang benar sih, tapi itu Sharon yang dulu! Bukan salah dia!

  “Iya, iya, salahin aja aku. Aku selalu salah tuan pangeran.”

Gilbert menatapnya sebentar, lalu membantu Sharon berdiri.

"Mohon tenang tuan Leon. Aku paham perasaanmu, aku juga meragukan nona Sharon ini."

"Hei kukira kamu ada di pihakku!" Seru Sharon tak terima.

"Aku juga berpikir ini adalah tindakan dari Sharon, tapi kembali ke kenyataan.Nona ini justru menyelamatkan Lady Althea. Kalau bukan karena dia, putri tertua Duke Lux mungkin sudah mati.”

Leon menoleh cepat ke Althea, yang menunduk pelan sambil menggenggam ujung gaunnya.

“Benar, Leon. Sharon menyelamatkanku.”

Untuk pertama kalinya, Leon kehilangan kata-kata.Tatapan dinginnya melunak sedikit, meski ia masih menatap Sharon penuh keraguan.

Sharon tersenyum miring, darah di bahunya menetes ke lantai. Dia berdiri sempoyongan. Matanya sedikit gelap dan kunang-kunang.

  “Kalau kamu mau bilang terima kasih, tolong cepat sebelum aku pingsan—"

Tampaknya Sharon sudah diambang batasnya, perlahan mata dia kabur, tubuh dia melemah sehingga dia terjatuh, dia pun pingsan begitu saja. Ia kehilangan banyak darah 

Namun pria berambut hitam itu dengan cepat meraih tubuh Sharon, membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

"Ops, hampir saja." Gilbert menatap tajam wajah gadis polos itu, ia tertidur pulas. Ia tak bisa menyangkal bahwa jika nona satu ini diam dan tak bertingkah terlihat cukup imut.

"Ini karena anda bertingkah Sembrono, nona," gumamnya pelan, jari-jarinya mengelus wajah Sharon dengan lembut." sekarang tidurlah dengan tenang."

Sebenarnya Gilbert menyaksikan semua yang terjadi dari awal, dia selalu ada di belakang Sharon, hanya saja gadis itu yang gak sadar.

Gilbert sengaja tidak turun tangan asal kondisi masih bisa dikendalikan, kalau sudah bahaya dia yakin bisa mengatasi dengan sangat mudah.

Alasan dia seperti itu adalah karena ia ingin melihat tingkah Sharon serta masih mencurigainya, ia awalnya berpikir bahwa ingin membantu pembunuhan itu, tapi ternyata justru sebaliknya. Ia malah menggagalkan rencananya.

Bagaimana ia tahu akan terjadi rencana pembunuh sebenarnya sangat mencurigakan, ia sempat berspekulasi bahwa ini adalah tindakan sok pahlawan, dimana dia sengaja mengundang pembunuh dan dia akan sok jadi pahlawan agar semua dosanya hilang.

Tapi lagi lagi tindakan Sharon diluar prediksinya. Berkorban sampai seperti itu, mendorong Althea dan, membiarkan tubuhnya disayat pisau itu sudah bukan akting lagi namanya. Itu pengorbanan murni.

Itulah yang dia pahami, paling tidak untuk sekarang.

Maka dari itu Gilbert memutuskan untuk menolong Sharon sebelum semua berakhir menjadi makin buruk.

"Ini bohong, kan? Tempo hari dia adalah penjahat, dan sekarang penjadi pahlawan yang menyelamatkan orang penting bagiku? Ini memuakkan!"

Gilbert menghela napas pelan, lalu menatap Leon datar. 

"Aku paham perasaanmu, tuan Leon. Tapi yang paling penting, Kita harus kembali ke kediaman Duke. Luka Nona Sharon cukup parah. Dan saya ingin memeriksa terkait pria itu sebelum menghilang. Dia bisa jadi pusat informasi."

Leon mengangguk perlahan, antara rasa frustasi karena ternyata orang yang paling dia benci sekarang menyelamatkan gadisnya.

1
Nanang Kukun
menarik dong .....
Manusia Biasa: Terima kasih kak
total 1 replies
Yusni
menarikk
Manusia Biasa: Terima kasih kak🤭😍
total 1 replies
Murni Dewita
👣
Manusia Biasa: Terima kasih sudah memberikan jejak kak😍👍
total 1 replies
Fahreziy
nexk
Manusia Biasa: Terima kasih kak sudah membaca, untuk update nanti jam 11 ya kak😍🙏
total 1 replies
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Manusia Biasa: Terim kasih kak
total 1 replies
Author kang Halu
semuanya diam
malah meme gw😭
Manusia Biasa: wkwkw
total 1 replies
Author kang Halu
no😭
Author kang Halu
Aku awalnya cuma coba baca sedikit, tapi endingnya malah maraton sampai bab terbaru. Ceritanya surprisingly rapi dan bikin penasaran.

Sharon sebagai antagonis palsu tuh bukan jahat—dia korban. Dan kita bisa lihat perubahan dia dari bab awal sampai sekarang.

pokonya mantap banget
Manusia Biasa: waduh terimakasih banyak kak atas reviewnya🤭💪
total 1 replies
Author kang Halu
waduh bahaya tah🤣
Author kang Halu
Mantap gw suka novelnya thor semangat
Fahreziy
👣👣👣
Manusia Biasa: Terima kasih jejaknya kakak😁🤭
total 1 replies
Yuliani Jogja
mantapp💪😍
Yuliani Jogja
Overall bagus

rekomendasi banget bagi yang suka cerita reinkarnasi
dan villain

semangat thor
Manusia Biasa: makasih kak
total 1 replies
Yuliani Jogja
ahh suka banget perkembangan Sharon x gil😍
Manusia Biasa: mereka lucu kak🤭
total 1 replies
Sribundanya Gifran
lanjut
Manusia Biasa: baik kak. update bab nanti siang ya kak, terimakasih sudah membaca 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!