Bagian pertama dari Kembar Pratomo Generasi Ke Delapan
Mandasari Pratomo, putri bungsu jaksa penuntut umum New York, Adrianto Pratomo, tidak menyangka pria yang dikiranya hendak melecehkan dirinya, ternyata hendak menolong. Ditambah, pria itu adalah anggota kopassus yang sedang pendidikan di Amerika dan Mandasari menghajar pria itu hingga keduanya masuk sel. Wirasana Gardapati tidak habis pikir ada gadis yang bar-bar nya nauzubillah dan berdarah Jawa. Akibat dari kasus ini pihak kopassus harus berhadapan dengan keluarga Pratomo. Namun dari ini juga, keduanya jadi dekat.
Generasi ke delapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rapunzel
Adrianto kembali menatap tajam ke arah Wirasana Gardapati yang menyentuh dada putrinya kedua kalinya meskipun sama-sama tidak sengaja tapi tetap saja.
"Mr Pratomo ...."
Adrianto mengangkat jari telunjuknya pertanda tidak mau dibantah.
"Mr Pratomo, saya kira ini benar-benar ketidaksengajaan Lettu Gardapati," ucap Kapten Handoyo yang sedikit meringis saat melihat Wira ditinju Mandasari.
"Hu um. Meskipun itu tidak disengaja, Kapten, tapi tetap saja dia sudah ngawur ke putri saya. Disini saya tidak akan bersikap sebagai jaksa penuntut umum New York, tapi sebagai ayah Sari." Adrianto menatap Wira.
Wira menatap cemas ke Kapten Handoyo. "Ndan?"
Kapten Handoyo menghela nafas panjang. "Kamu harus minta maaf ke nona Pratomo. Meskipun itu tidak disengaja, tapi tetap saja kamu sudah memegang area pribadinya."
Wira hanya mengangguk. "Yes, Sir."
"Aku akan panggil Sari," ucap Aslan karena tahu Adrianto dalam kondisi sedang mode ayah yang tidak terima ada seorang pria melecehkan putrinya.
Wira memejamkan matanya karena tahu, ini bakalan panjang.
***
"Pak Adrianto marah?" tanya Mandasari membuat Rarasati rasanya ingin menjewer telinga putrinya.
"Yaaa, marah gitu deh Sari. Kamu masuk sekarang biar semuanya selesai dan semua orang bisa pulang ke rumah, mandi lalu sarapan yang enak," ucap Aslan sambil tersenyum.
"Oh oke. Mari kita ketemu Wiro Sableng dan gurunya, Sinto Gendeng," jawab Mandasari tanpa beban. "Lagipula aku kan tidak salah kalau dia memang memegang dadaku." Mandasari pun berjalan masuk ke dalam ruang pertemuan dengan santainya, membuat Rarasati menggelengkan kepalanya.
Aslan menepuk bahu Rarasati. "Yang sabar ya Bu."
"Oh yeah, aku selalu berusaha sabar, Aslan," senyum Rarasati ke iparnya.
***
"Saya minta maaf nona Mandasari Pratomo atas ketidaksengajaan saya menyentuh bagian pribadi anda." Wira menatap Mandasari dengan sikap berdiri sempurna.
"Permintaan maaf diterima. Apalagi kan lagi chaos kan waktu itu. Tapi, jangan pernah melakukannya lagi," ucap Mandasari dengan gaya seperti seorang guru membuat Wira hampir tertawa geli dengan sikap gadis cantik itu.
"Terima kasih, Nona Pratomo."
"Apakah sudah Papa? Urusan sama Wiro Sableng dan gurunya Sinto Gendeng?" tanya Mandasari ke Adrianto yang menatap tajam.
"Sari, sopan !" tegur Adrianto.
Mandasari kembali menghadap Kapten Handoyo dan Wira. "Maafkan tapi saya tidak bisa menghilangkan nama Wira ke Wiro Sableng."
"Sariiii ...."
"I'm sorry. Mianhae. Gomennasai. Het spijt me. Mi dispiace. Lo Siento. Entschuldigung. Nyuwun ngapuro," ucap Mandasari sambil membungkuk hormat. "Permisi."
Wira hanya tersenyum mendengar permintaan maaf gadis cantik itu dengan berbagai bahasa. Kapten Handoyo menatap Adrianto.
"Mr Pratomo, apakah putri anda bisa diangkat menjadi penerjemah?"
***
Penthouse Keluarga Pratomo
"Makanya tho nduk, kalau mamamu bilang tidak usah pergi, ya tidak pergi !" amuk Adrianto setelah semua sudah diselesaikan.
"Kalau tidak begitu, aku tidak mendapatkan baju yang diincar mama," eyel Mandasari.
"Nggak gitu juga, Sarimi !" omel Adrianto kalau sudah kesal dengan putrinya.
"Pak Adrianto ... " balas Mandasari.
Adrianto menggelengkan kepalanya. "Kamu dihukum tidak boleh keluar dari rumah selama kamu belum kembali ke Princeton!"
"Whaaattt? Papa, aku jadi Rapunzel!"
"Ya kamu harus memanjangkan rambut kalau kamu mau turun dari lantai dua puluh !" balas Adrianto judes.
"Papaaaaa...."
Adrianto memilih pergi sementara Mandasari cemberut tapi tidak mau melawan.
Semua gara-gara Wiro Sableng!
***
Fort Polk
"Bagaimana bisa kamu bersama anak gadis jaksa penuntut umum New York yang kemungkinan menjadi calon jaksa agung?" tanya Wesley Butter, rekan satu kamar dengan Wira.
"Aku tidak tahu kalau dia putri jaksa penuntut umum," jawab Wira.
"Apakah dia cantik?"
"Very, dia sangat cantik ! Dan sangat ... Apa ya ... Membagongkan." Wira tersenyum mengingat bagaimana gadis itu kalau berbicara sering kacaunya dan menjurus lucu.
"Apa itu Membagongkan?" tanya Wesley bingung.
"Dia sangat lucu dan sedikit ... Antik in a good way..." kekeh Wira.
Jadi sudah urusan dengan Wiro Sableng dan gurunya Sinto Gendeng. Wira teringat ucapan Mandasari kemarin.
"Tapi dia kuliah di Princeton lho ! Berarti dia pintar dan ... Dude, dia sedang ambil S2 di bidang Antropologi!" seru Wesley saat membuka akun Instagram Mandasari.
"Bagaimana kamu tahu?" tanya Wira penasaran.
"Lihat. Dia memposting proses membuat tesisnya," ucap Wesley dan Wira melihat bagaimana laptop dan beberapa buku tebal lama yang sepertinya dari perpustakaan.
"Dia menulis sesuatu ...."
"Why do I love old books ? Because it smells like Aristotle and Sigmund Freud."
Wira tersenyum. "Gadis ini memang antik !"
***
Kamar Mandasari
"Jadi kamu kena hukuman ala Rapunzel, mbak?" tanya Mavendra yang duduk di sebelah Mandasari yang sedang membuat tesisnya.
"Kata Papa rambutku kurang panjang buat turun dari lantai dua puluh."
Mavendra terbahak. "Kapokmu kapan tho mbak?"
"Lha itu bukan salahku. Aku kan cuma habisin voucher belanja. Rugi kalau tidak aku pakai dong Vendra," jawab Mandasari dengan wajah cuek.
Mavendra menggelengkan kepalanya. "Ampun deh mbakyuku satu ini."
"Hei, mbakyumu ini yang membantu kamu waktu kamu dibully dan membuat kamu tidak semakin babak belur!" ucap Mandasari.
Mavendra hanya cemberut. "Aku baru kelas lima waktu itu !"
"Dan kamu menolong teman kamu yang dibully dan kalau aku dan mas Daka tidak datang, kamu sudah menjadi rempeyek," kekeh Mandasari.
Mavendra menatap wajah cantik kakaknya. "Apakah anggota kopassus yang kamu tinju itu tampan?"
Mandasari tampak berpikir. "Dia lebih mirip ... Wiro Sableng."
Mavendra melongo. "Wiro Sableng?"
"Namanya Wirasana Gardapati, panggilannya Wira. Berarti masih saudaranya Wiro Sableng kan?" Mandasari menatap polos ke adiknya.
Mavendra menghela nafas panjang. "Mbak, kamu itu pintar, jenius tapi terkadang otakmu random." Mavendra berdiri dan mencium pucuk kepala kakaknya lalu keluar dari kamar.
"Kamu mandi deh! Baunya macam belacan!" seru Mandasari.
"Mbak, jangan mengutip Upin Ipin!"
***
Fort Polk Louisiana
Wira membuka akun Instagram Mandasari. Tidak ada yang pamer barang branded dan kebanyakan isinya pemandangan serta buku-buku tua. Sepertinya dia sangat suka membaca buku lama.
Wira pun memberanikan diri mengirimkan DM ke Mandasari.
📩 Wirasana : Selamat malam nona Mandasari. Ini Lettu Wira. Saya sudah follow anda.
Wira menunggu jawaban dari Mandasari.
📩 manda_sari_prtm : apa Wiro Sableng? Kamu kehilangan kapak mu?
Wira tertawa terbahak-bahak membaca balasan Mandasari.
"Oh nona Mandasari, kamu memang kacau," kekeh Wira.
***
Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
kl ga prcya,tnya ka hana aja....😁😁😁
bentar lagi sarimi pasti terikat hatinya dengan Wiro sableng 😍😍