Rania Alesha— gadis biasa yang bercita-cita hidup bebas, bekerja di kedai kopi kecil, punya mimpi sederhana: bahagia tanpa drama.
Tapi semuanya hancur saat Arzandra Adrasta — pewaris keluarga politikus ternama — menyeretnya dalam pernikahan kontrak.
Kenapa? Karena Adrasta menyimpan rahasia tersembunyi jauh sebelum Rania mengenalnya.
Awalnya Rania pikir ini cuma pernikahan transaksi 1 tahun. Tapi ternyata, Adrasta bukan sekedar pria dingin & arogan. Dia manipulatif, licik, kadang menyebalkan — tapi diam-diam protektif, cuek tapi perhatian, keras tapi nggak pernah nyakitin fisik.
Yang bikin susah?
Semakin Rania ingin bebas... semakin Adrasta membuatnya terikat.
"Kamu nggak suka aku, aku ngerti. Tapi jangan pernah lupa, kamu istriku. Milik aku. Sampai aku yang bilang selesai."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PCTA 9
la menyadari bahwa menolak bukanlah pilihan yang bijak, mengingat sifat Adrasta yang tidak menerima penolakan dengan baik. "Kapan kau ingin melangsungkan pernikahan ini?" tanyanya akhirnya, suaranya datar berusaha menyembunyikan emosinya.
"Secepat mungkin, " jawab Adrasta tanpa ragu. "Persiapan akan segera dimulai. Aku ingin semuanya berjalan lancar dan tanpa hambatan. "
Hari-hari berikutnya diisi dengan persiapan pernikahan yang serba cepat. Rania merasa seolah-olah dia hanya mengikuti arus, tanpa memiliki kendali atas apa yang terjadi. Gaun pengantin, undangan, lokasi, semuanya diatur oleh Adrasta dan timnya.
Rania hanya diminta hadir dan menjalani peran yang telah ditentukan untuknya. Di tengah kesibukan itu, Rania mencoba mencari cara untuk menghubungi Rey. la merasa perlu memberitahunya tentang keputusan pernikahan ini, meskipun ia tahu itu berisiko. Namun, setiap upaya untuk berkomunikasi selalu diawasi oleh Adrasta atau orang-orangnya.
Rania merasa semakin terkurung dalam kehidupan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Pernikahan dilangsungkan secara tertutup di kediaman Adrasta. Hanya segelintir tamu undangan yang hadir, sebagian besar adalah rekan bisnis dan keluarga dekat Adrasta. Rania berdiri di samping Adrasta, mengenakan gaun pengantin putih yang indah namun terasa seperti belenggu baginya.
Saat prosesi berlangsung, Rania merasa seolah-olah dirinya hanyalah boneka yang digerakkan sesuai keinginan Adrasta. Setelah upacara selesai, mereka kembali ke kamar pengantin. Suasana hening menyelimuti ruangan saat Adrasta menatap Rania dengan intens.
"Sekarang kau benar-benar milikku, " ucapnya sambil mendekat, suaranya dalam dan penuh kepemilikan. Rania menelan ludah, jantungnya berdebar kencang. la tahu bahwa pernikahan ini bukanlah akhir dari perjuangannya, melainkan awal dari babak baru yang mungkin lebih menantang.
Malam itu, saat Rania mencoba tidur, pikirannya dipenuhi oleh bayangan Rey dan masa lalunya. la bertanya-tanya apakah keputusan ini akan benar-benar menjauhkan Rey darinya, atau justru memicu konflik yang lebih besar di masa depan.
Di dalam gudang, di kegelapan malam, sosok Rey berdiri memandang ke arah jendela kamar Rania dengan tatapan penuh tekad. la tidak akan menyerah begitu saja. Pernikahan itu hanyalah rintangan lain yang harus ia hadapi untuk mendapatkan kembali Rania.
Malam itu, Rania terbangun oleh hembusan angin yang masuk melalui celah jendela kamarnya. Dengan mata yang masih setengah terpejam, ia bangkit untuk menutup jendela. Namun, langkahnya terhenti saat melihat sebuah benda kecil tergeletak di atas meja riasnya. Jantungnya berdegup kencang saat mengenali benda itu: sebuah cincin perak dengan inisial "R&R" terukir di dalamnya-cincin yang dulu diberikan Rey sebagai simbol cinta mereka.
Tangan Rania gemetar saat mengambil cincin itu. la yakin telah menyimpannya di tempat yang aman, jauh dari jangkauan siapapun. Pikiran bahwa seseorang telah menyusup ke kamarnya dan meninggalkan cincin itu membuatnya merinding. Siapa lagi kalau bukan Rey? Tapi bagaimana mungkin? Kediaman Adrasta dijaga ketat, mustahil bagi Rey untuk masuk tanpa bantuan dari dalam.
Keesokan paginya, Rania duduk di tepi tempat tidurnya, memandangi cincin itu dengan tatapan kosong. Pikirannya dipenuhi pertanyaan dan ketakutan. la tahu bahwa Adrasta tidak akan tinggal diam jika mengetahui hal ini. Namun, menyembunyikannya juga bukan pilihan yang bijak. la memutuskan untuk mencari tahu sendiri sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.
Beberapa hari berlalu, dan Rania mulai memperhatikan perubahan di sekitarnya. la merasa diawasi, bahkan di dalam kamarnya sendiri. Setiap gerak-geriknya seolah dicatat dan dilaporkan. Perasaan tidak nyaman itu semakin kuat saat ia menyadari bahwa Gino, asisten pribadi Adrasta, sering muncul secara tiba-tiba di tempat-tempat yang tidak terduga. Tatapan matanya yang tajam dan sikapnya yang terlalu waspada membuat Rania curiga.