Si Villainess tiba-tiba berubah?
Yrina Lavien, si penyihir yang dapat julukan Gadis Beracun sangat mencintai Anthony, Si Putra Mahkota, namun Anthony mencintai Margareth Thatcher. Suatu malam, Yrina tak sadarkan diri dan dia berubah ketika dia bangun. Dia yang awalnya suka pada Bunga Lily of The Valley jadi menyukai Bunga Mawar, dia yang dulunya tergila-gila pada Anthony malah jatuh hati kepada Dimitry Thatcher, kakak laki-laki Margareth yang telah 'merebut' kekasihnya. Dengan dalih 'lupa ingatan' dia benar-benar berubah. Tak banyak yang tahu, jika Yrina Lavien bukanlah dirinya yang asli dan merupakan jiwa lain yang sedang bertransmigrasi. Kini, Yrina yang baru hanya ingin hidup tenang. Mampukah dia mewujudkannya jika dia menjadi gadis paling dibenci dan paling jahat di seluruh kerajaan? Lalu sebenarnya dimanakah jiwa Yrina yang asli?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Venus Earthly Rose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Beban Manis yang Tak Ingin Ku Tinggalkan
Mukaku masih memerah saat memikirkan kejadian sore tadi. Aku tak peduli apa pendapat Anthony namun Dimitry pasti sangat risih mendengarnya. Aaaaaa. Kira-kira apa yang sekarang dia pikirkan tentangku? Bagaimana aku di matanya? Aish, dari sekian banyaknya pria tampan di dunia ini kenapa aku malah tertarik kepada Dimitry? Dia pasti merasa gusar dan sangat marah mendengar gadis yang selama ini merundung adiknya malah tertarik kepadanya. Yrina, seharusnya kau tak merundung Margareth. Separah apa sih sebenarnya kau merundung gadis itu? Aaaaaaa..... Aku teriak dan berbicara sendiri sambil berguling-guling di tempat tidurku. Ini benar-benar memalukan dan menyebalkan.
Tepat setelah Anthony berbicara tadi. Aku seketika mematung dan Galliard menunjukkan ekspresi tak sukanya kepada Dimitry. Bibirnya mengatup dengan rapat dan menatap tajam. Anthony lalu menatapku dengan tatapan tajam sementara Dimitry menunjukkan ekspresi seakan dia lelah dengan semua yang terjadi. Kenapa Galliard malah begitu ke Dimitry? Harusnya kan kepadaku, aku yang suka pada Dimitry, bukan sebaliknya. Bukan Dimitry yang menyukaiku. Galliard bahkan tak menyahut saat Anthony mengajaknya bicara. Aaaaa. Aku pasti sudah gila.
"Itu tidak benar, sama sekali tidak!" Kataku berusaha meyakinkan.
Anthony masih menatapku tajam, ia kemudian melirik ke Dimitry yang berdiri di sebelahnya. Dimitry menatapku dan Anthony bergantian dengan tatapan malas.
Karena aku terlalu malu saat itu aku buru-buru memberi hormat dan pergi menjauh dari mereka detik itu juga. Namun sebelumnya aku sempat mengancam Anthony tepat di telinganya. "Kalau kau macam-macam dan menyebarkan berita yang tidak-tidak, aku akan menghajarmu!" Aku lalu lari sekuat tenaga. Tak ku pedulikan lagi suara Anthony yang berteriak memanggilku. Kurasa ia hendak mengejarku dan ditahan oleh Galliard. Rasakan itu, Anthony! Meskipun kau setengah mati membenciku dan ingin memukulku, kakak laki-lakiku takkan pernah mengizinkan hal itu terjadi.
Ini bukan berarti di dunia asalku aku tak pernah jatuh cinta, pernah, namun kali ini rasanya berbeda. Orang yang ku suka dulu adalah kakak kelasku yang tampan sekali dan pintar bermain bola. Tubuhnya tinggi dan atletis, dia juga punya suara merdu dan hobi menyanyi. Aku bahkan tergabung ke dalam klub penggemarnya di SMP ku dulu. Aku juga patah hati saat dia berpacaran dengan gadis paling populer di sekolah saat itu. Aku menangis berminggu-minggu. Namun semua itu berubah saat aku melihatnya yang tak bisa mengerjakan soal matematika di kelasnya. Seketika aku ilfil. Aku kehilangan minat dan ketertarikanku kepada kakak kelasku itu. Aku memang suka pria tampan, namun aku lebih suka orang yang pintar! Bagaimana bisa saat kelas Sembilan SMP dia malah tak bisa mengerjakan soal lima dikali lima? Aku langsung keluar dari klub penggemar saat itu juga. Dan tepat saat itu juga, aku mulai melihat berbagai sisi lain kakak kelasku itu yang semakin membuatku ilfil. Lucu sekali memang, jatuh cinta diam, sakitnya diam-diam, bahkan aku sampai bosan sendiri. Lagipula Dimitry juga takkan balik mencintaiku. Aku mungkin suatu hari nanti juga akan melupakan Dimitry karena sudah bosan menyukainya. Aaaaaaa, tetap saja ini terasa memalukan. Lalu, sejauh ini belum ada hal dari Dimitry yang membuatku ilfil atau kehilangan minat terhadapnya. Dia masih mempesona.
Aku sangat penasaran selain jahat, menyebalkan, dan kejam, apa pendapat Dimitry tentangku, apa pendapatnya tentang Yrina. Aaaa, rasanya sangat memalukan. Saat aku mulai terlelap, tiba-tiba ada suara ketukan pelan di pintuku beberapa kali.
Tok. Tok. Tok.
Lalu aku bangkit dan memakai jubah malamku. Cuaca malam ini sangat dingin. Aku pun membawa lampu minyak di atas nakas dan perlahan-lahan menuju pintu kamarku yang masih diketuk.
Tok. Tok. Tok.
"Nona, ini aku." Itu suara Catherine. Dia sedikit berbisik.
Aku pun langsung membuka pintu itu dan mempersilahkan dia masuk. Rambutnya sedikit acak-acakan dan dia sama sepertiku, sama-sama memakai gaun tidur berbalutkan jubahnya yang tebal. Matanya masih terlihat menahan kantuk. Itu hal wajar, karena ini tengah malam.
"Ada apa, Catherine?" Tanyaku. Sejujurnya aku sedikit mengantuk. Namun melihat dia datang menemuiku dalam kondisi seperti itu, tentu saja ini hal yang penting.
"Maaf mengganggu tidur anda, Nona. Tapi ini sangat penting." Jawab Catherine.
"Ada apa? Apa yang terjadi?"
"Nona Yvanna. Dia pergi diam-diam menemui Evan Sacramento di Paviliun Para Kesatria. Aku tadi hendak ke dapur pelayan karena lapar, saat aku melewati tempat para kesatria menginap. Di sanalah aku melihat Nona Yvanna sedang mengendap-endap di balik semak-semak."
Duarr!! Rasa kantukku hilang seketika. Apa yang Yvanna lakukan di tengah malam begini? Mengapa Yvanna sangat tergila-gila pada pria pengecut itu, sih? Tidakkah banyak yang lebih berani dan gagah daripada pria penakut itu. Aku pun bergegas merapatkan jubah malamku dan mengambil syal yang ku lilitkan di leher.
"Ayo hentikan dia, Catherine!" Kataku dengan mantap dan terburu-buru.
"Baik, Nona." Kata Catherine tak kalah semangat.
Kami bergegas turun ke lantai dasar dan menuju tempat yang dimaksud Catherine. Pikiranku kemana-mana, haruskah aku memberitahu mama dan papa atas masalah ini? Haruskah aku membangunkan Galliard? Atau haruskah aku langsung pergi kesana sendirian dan hanya bersama Catherine? Aku tak bisa membiarkan ini terjadi. Jika dia benar-benar menemui Evan diam-diam. Ini artinya ucapan Si Gadis Sacramento adalah benar. Aku tak mau hal itu terjadi. Cukup aku saja yang dikatakan gadis beracun yang gila, adikku jangan. Kuharap Yvanna bukan penguntit.
Cahaya bulan mengintip malu-malu dari balik awan, saat awan sudah lewat, cahayanya menyapa dengan lembut, menerangi jalan dengan remang-remang. Aku dan Catherine mengendap-endap berusaha tak menimbulkan suara agar tidak mencolok. Aku tak ingin kami menarik perhatian para penjaga malam ini. Saat kami hampir berpapasan dengan penjaga kami langsung bersembunyi dan menunggu waktu aman baru melanjutkan perjalanan kami. Ide siapa sih yang membangun kawasan menara sihir seluas ini? Kami jadi harus berusaha sekuat tenaga jika ingin sampai di sana. Saat kami sudah hampir tiba di tempat, aku melihat cahaya api unggun yang dikelilingi banyak kesatria. Sepertinya mereka berniat untuk terjaga sepanjang malam. Kurasa para penyihir dan para kesatria memang saling benci mengingat para kesatria ditempatkan di paviliun-paviliun di dekat hutan. Ah iya, tak ada satupun pelayan menara sihir yang datang menjamu mereka sejauh mataku memandang. Aku bisa mencium aroma anggur dan mendengar tawa serta nyanyian para kesatria. Kata Catherine pelayan menara sihir hanya menyiapkan bahan makanan dan para kesatria sendiri yang diminta memasaknya.
Ini hampir tengah malam dan apa yang sebenarnya Yvanna lakukan di saat seperti ini? Aku dan Catherine lalu mengintip para kesatria yang sedang berkumpul dari balik pagar. Evan sendiri merupakan seorang kesatria yang berada di bawah pimpinan Dimitry. Itu sebabnya pria itu ikut ke menara sihir. Sialnya ini jadi kesempatan emas bagi Yvanna untuk bertemu dengannya.
"Kira-kira dimana dia? Sejauh mata memandang aku tak melihatnya sama sekali. Ini artinya dia sedang bersama dengan Yvanna sekarang." Kataku.
"Haruskah kita pergi ke selasar lain, Nona?" Tanya Catherine.
"Ayo, pergi." Kataku.
Kami pun perlahan-lahan meninggalkan kerumunan para kesatria. Catherine mengajakku ke selasar lain, yang tak jauh dari lapangan tempat para kesatria. Kami memutar melewati gedung. Dari suara nyanyian yang ku dengar dari gedung itu, ku rasa para kesatria juga menginap di sana. Karena yang lebih dulu tiba di menara sihir adalah Anthony, Si Putra Mahkota, maka ada tiga eselon yang datang mengawalnya. Satu eselon terdiri dari dua puluh orang kesatria. Jadi ada sekitar enam puluh orang yang datang. Tiga eselon ini dipimpin oleh satu Kapten, Kapten itu adalah Dimitry. Saat aku melongok ke atas dan melihat lantai atas gedung, kebanyakan kesatria di lantai itu masih terjaga, karena lampu mereka belum padam. Namun alih-alih berkumpul di lapangan dan menikmati malam sambil minum anggur dan bernyanyi ria, mereka mungkin memilih beristirahat di kamar. Kumohon, semoga Yvanna tidak berada di salah satu kamar itu bersama dengan Evan Sacramento.