NovelToon NovelToon
Cinta Ugal Ugalan Mas Kades

Cinta Ugal Ugalan Mas Kades

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dokter Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Arunika Nrityabhumi adalah gadis cantik berusia dua puluh tujuh tahun. Ia berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit besar yang ada di kotanya.
Gadis cantik itu sedang di paksa menikah oleh papanya melalu perjodohan yang di buat oleh sang papa. Akhirnya, ia pun memilih untuk melakukan tugas pengabdian di sebuah desa terpencil untuk menghindari perjodohan itu.
Abimanyu Rakasiwi adalah seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun yang digadang - gadang menjadi penerus kepala desa yang masih menganut sistem trah atau keturunan. Ia sendiri adalah pria yang cerdas, santun dan ramah. Abi, sempat bekerja di kota sebelum diminta pulang oleh keluarganya guna meneruskan jabatan bapaknya sebagai Kepala Desa.
Bagaimana interaksi antara Abi dan Runi?
Akankah keduanya menjalin hubungan spesial?
Bisakah Runi menghindari perjodohan dan mampukah Abi mengemban tugas turun temurun yang di wariskan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Back Home

"Pak, Bu, mbak, kami berangkat dulu." Pamit Abi pada orang tua juga kakak perempuannya.

"Iya, nang, nduk, hati - hati. Salam buat mama, papa dan abangmu ya." Jawab pak Karto.

"Iya pak, bu. Terima kasih juga oleh - olehnya." Kata Runi.

Waktu menunjukkan pukul empat lewat tiga puluh menit saat mereka berpamitan. Sengaja karena tak ingin Almira tantrum karena melihat Abi dan Runi pergi. Selain itu, kereta yang akan mereka tumpangi pun berangkat pukul tujuh pagi.

Abi dan Runi di antar oleh Agil dan seorang teman Agil untuk menemaninya di perjalanan pulang nanti. Mereka menuju ke stasiun yang berada di Kabupaten.

Abi dan Runi sengaja memilih naik kereta karena jarak tempuh stasiun yang lebih dekat dari desa di bandingkan dengan jarak ke bandara.

Perjalanan menuju ke kota akan mereka tempuh selama empat jam perjalanan dengan menggunakan kereta.

Rasanya akan menguras tenaga jika harus naik mobil menuju ke kota. Selain itu, perjalanan pun akan memakan waktu lebih lama karena mereka pasti akan berhenti untuk beristirahat.

"Ada yang mau di beli dulu, Mas, Mbak?" Tanya Agil.

"Tuku opo neng tengah - tengah alas ngeneki, Le? (Beli apa di tengah - tengah hutan begini, Le?)" Tanya Abi gemas.

"Ya siapa tau, kan." Gurau Agil.

Pukul enam lewat lima belas menit, mereka sampai di stasiun yang di tuju. Abi mengajak Runi, Agil juga teman Agil untuk mencari sarapan di sekitar stasiun.

Untung saja sudah ada beberapa penjual makanan yang sudah buka. Mereka memesan nasi urap dengan lauk bacem dan ayam goreng untuk sarapan.

Setelah selesai makan, Abi dan Runi langsung masuk ke stasiun untuk menunggu kereta, sementara Agil dan temannya memutuskan untuk ke toko terlebih dulu sebelum pulang.

"Mas Abi..."

"Dalem, sayang."

"Tiba - tiba aku ngantuk. Mas ngerjain apa, sih?" Keluh Runi saat kereta mereka sudah berjalan sekitar dua puluh menit.

"Ini ada kerjaan dikit." Abi menunjukkan layar Macbook nya pada Runi.

"Mau Mas turunkan sandaran kursinya, biar nyaman?" tawar Abi. Keduanya berada di kelas eksekutif yang sangat nyaman.

"Lebih nyaman nyandar ke Mas deh, kayaknya." Goda Runi.

"Sini, Mas pangku, Mas kelonin sekalian." Jawab Abi yang tak kalah menggoda.

"Hahahaha gampang itu nanti kalau udah halal. Yang penting usaha dapetin restu keluarga dulu." Runi tergelak.

"Kasih waktu Mas tiga hari buat dapetin restu keluargamu." Jawab Abi.

"Widiihhh, emang bisa?" Ledek Runi.

"Kita lihat aja nanti." jawab Abi sembari menaik turunkan alisnya.

"Jadi curiga aku, Mas." Kata Runi sembari melirik Abi.

"Jangan suudzon sama calon suami, dek." Sergah Abi sembari meraup wajah Runi.

"Ya gimana ya, Mas. Habisnya calon suamiku ini spesial pake telor ceplok sih!" Jawab Runi yang membuat Abi tertawa.

"Doain Mas, ya. Mudah - mudahan semuanya di beri kelancaran." Pinta Abi.

"Aamiin. Semangat ya, Mas. Aku padamu pokoknya!." jawab Runi.

"Cuma aku padamu aja, dek?" Tanya Abi.

"Maunya Mas? Aku cinta padamu, gitu?" Kekeh Runi yang mengerti maksud Abi.

"Aku juga cinta padamu, dek ayu!" jawab Abi.

"Iih gemesnyaaa!" Imbuh Abi sembari mencubit pipi Runi.

"Mas! Dilihat orang tu lho!" Runi tersipu malu hingga pipinya memerah.

"Dah dah tidur! Katanya ngantuk? Ada waktu sekitar tiga jam." Kata Abi.

Tiga jam kemudian......

"Dek, bangun. lima belas menit lagi kita sampai." Abi mengusap lembut pipi Runi yang tertidur nyenyak.

Beberapa kali Abi memandang lama wajah teduh Runi yang tampak begitu damai dalam lelapnya. Hidung bangir, lesung pipi kecil tepat di sudut bibirnya, mata bulat dengan bulu mata yang panjang dan lentik. Dialah keindahan ciptaan Allah yang paling ingin Abi miliki bagaimanapun caranya.

"Dek, bangun sayang..." Lagi, Abi membangunkannya dengan lembut. Membuat gadis di sebelahnya menggeliat.

"Mas...." Panggil Runi sembari meraba - raba.

"Dalem, dek. Mas di sini. Buka dulu matanya, kalau salah raba, gimana?" Goda Abi yang menangkap tangan Runi.

"Mataku lengket, Mas." Jawab Runi.

"Yasudah, nanti Mas gendong aja kalau gak kuat bangun." Jawab Abi.

"Gak mau, nanti Mas kesulitan. Gendong aku sambil gendong ransel." Jawab Runi yang netranya perlahan terbuka.

Ia berdiam diri sejenak, sebelum beranjak ke kamar mandi untuk membasuh muka. Tak lama, ia kembali ke tempat duduknya dengan wajah yang nampak segar.

"Lihat Mas, sini." Pinta Abi.

Pria itu lalu merapikan anak rambut Runi yang keluar dari hijabnya dengan telaten. Beberapa orang yang melihat dua sejoli itu tampak senyum - senyum sendiri dibuatnya.

"Maa syaa Allah, cantiknya." Lirih Abi setelah memastikan tak ada lagi rambut Runi yang terlihat.

"Mas, Malu ah!" Runi memalingkan wajahnya yang kembali memerah.

"Kamu gak tidur ya, semalam?" Tebak Abi.

"Tidur sekitar satu jam, Mas. Aku gugup banget mau pulang, terlalu banyak yang di pikirkan." Aku Runi.

"Tenang aja, dek. Mas gak akan kembali ke desa tanpa kamu." jawab Abi yang di jawab anggukan oleh Runi.

"Emang bener ya, yang nyaman itu bikin ngantuk. Saking nyamannya sama Mas, sampe aku bisa tidur di perjalanan. Padahal aku gak pernah tidur kalau di perjalanan singkat, kecuali perjalanan yang bener - bener jauh sampe seharian gitu." Cerita Runi.

"Bagus dong, jadinya kamu bisa istirahat." Jawab Abi.

"Mas sibuk kerja tadi di perjalanan?" Tanya Runi saat melihat Abi masih memangku Macbooknya.

"Lebih sibuk ngeliatin kamu sih, dek." Jawab Abi.

"Eeeiiissss!!! Bisa aja pak Sekdes ini ngerayunya!" Kata Runi sembari menarik hidung mancung Abi.

Tak lama kemudian, kereta berhenti di stasiun tujuan Abi dan Runi. Keduanya bergantian turun dengan penumpang yang lain.

Abi dan Runi berjalan bersisian, menuju ke luar stasiun. Disana, sahabat Abi sudah menunggu kedatangan mereka.

"Bi! Woyy! Abimanyu.....!" Seru seorang pria yang tentu saja Abi mengenal suaranya dengan baik.

"Wooooyyyyy bro! Gilaakk kangen banget gue!" Danu, sahabat Abi sejak menempuh pendidikan SMA di kota langsung melompat ke gendongan Abi.

"Berat woy! Gak sadar diri banget. Nu, badan lo?" Abi geleng - geleng melihat tubuh Danu yang tampak makin berisi.

"Iya, dong. Ada kemajuan, kan? Gak kayak lo yang gini - gini aja badannya." Ledek Danu.

"Eh, astaga! Nemu cewek dimana lo, bro?" Tanya Danu.

"Kenalin, ini Arunika. Runi, pacar gue." Kata Abi.

"Hay! Salam kenal, mbak. Saya Danu, sahabat sekaligus kaki tangannya Abi di sini." Danu memperkenalkan diri.

"Saya Runi." Jawab Runi singkat.

"Udah lo siapin semua yang gue minta?" Tanya Abi.

"Udah dong, bos! Tenang aja, siap kirim pokoknya. Eh by the way, lo mau tinggal di mana? Apart atau hotel?" Tanya Danu.

"Apart aja, yang pasti ada baju gue. Gue gak bawa ganti banyak." Jawab Abi.

"Oke! Nih, kunci mobil lo. Noh mobil lo di sana." Danu menunjuk mobil Abi yang ia parkirkan.

"Gue ke kantor dulu! Lo kapan ke kantor?" Tanya Danu.

"Lusa. Besok gue mau dateng ke acara nikahan abangnya Runi." Jawab Abi.

"Oke! Gue duluan kalo gitu. Mari mbak, duluan." Pamit Danu sebelum kembali memeluk sahabatnya.

"Thank's ya. Hati - hati, lo!" Pesan Abi yang di jawab acungan jempol oleh Danu.

"Mas, itu sahabat Mas?" Tanya Runi. Mereka kini berjalan menuju ke mobil Abi.

"Iya, dek. Sahabat dari zaman SMA. Mas merantau ke sini dlu waktu SMA." Cerita Abi.

"Mas, ini mobil Mas?" Tanya Runi yang kaget saat Abi membawanya ke depan mobil BMW 2 seri coupe keluaran terbaru.

"Inventaris perusahaan." Jawab Abi yang membukakan pintu untuk Runi.

Ia kemudian berputar menuju pintu kemudi setelah memastikan Runi duduk dengan nyaman.

"Gak mungkin mobil inventaris semewah ini. Biasa juga model mini bus." Cicit Runi.

"Gak percaya banget sama Mas. Lusa, kita ke kantor dan tanyain sendiri ke Danu." Kata Abi santai.

Abi mulai mengendarai mobilnya, membelah jalanan yang cukup padat siang itu. Abi dan Runi tampak asyik bercerita, sembari Abi bernostalgia dengan Kota yang sempat ia tinggali lebih dari sepuluh tahun.

Tak terasa, mereka mulai memasuki komplek rumah Runi. Runi yang tadinya banyak bicara, tiba - tiba terdiam dengan wajah yang gugup dan pias. Terlebih saat Abi memarkirkan mobilnya di halaman rumah Runi yang tampak ramai.

1
Syakira
saya suka dengan cerita nya
Kiran Kiran
Gemesin!
Giselle Bustamante
Siapin tisu buat nangis 😭
Gadislpg: Gak bikin banyak air mata kok, kak ✌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!