Kael Lancaster seorang komandan angkatan laut dan pengusaha besar, selalu menjadikan keluarganya sebagai pelabuhan hatinya. Ia yak pernah lupa menyelipkan cinta untuk sang istri Aeliana meskipun tak secara terang-terangan. Suatu hari Aeliana menemukan surat yang isinya terkesan mesra. Kecurigaan mulai menggerogoti hatinya dan bayang-bayang perselingkuhan merusak kepercayaannya. Di sisi lain, Kael tak menyadari kecurigaan istrinya. Ia berusaha menghadirkan kebahagiaan untuk wanita yang ia cintai. Apakah cinta mereka mampu bertahan melawan badai kesalahpahaman? atau akankah pernikahan karam oleh ombak curiga tak bertepi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arik Tri Buana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Pertemuan Tak Terduga
Pertemuan Tak Terduga
Ketika Aeliana keluar dari kafe, wajahnya jelas menunjukkan kesedihan yang mendalam.
“Jika dia berani melukai satu jari nyonya, tunggu saja dan lihat saja. Aku akan membayar harganya.”
Ethan memeriksa setiap bagian tubuh majikannya dari jarak jauh, sambil memikirkan apa yang harus dilaku selanjutnya. Untungnya Aeliana tidak terlibat dalam perkelahian fisik. Namun mata indahnya merah seperti baru saja menangis.
Ia tahu tugasnya hanya melaporkan keberadaan Aeliana pada Kael, tapi melihat wanita itu dalam kondisi seperti ini membuatnya merasa tidak nyaman.
Dari dalam mobil, Ethan mengenggam kemudi dengan erat. Hatinya berperang bimbang. Ia berpikir untuk menghubungi Kael, tapi ia menahan diri. Kael pasti ingin tahu apa yang terjadi tetapi Ethan merasa ini bukanlah waktu yang tepat.
Pikiran Ethan melayar pada semua laporan yang ia berikan pada Kael. Ia tahu bahwa Kael mencintai Aeliana tapi ia juga tahu ada sesuatu yang Kael sembunyikan dari istrinya. Ethan merasa seperti menjadi bagian dari konflik yang seharusnya tidak ia masuki.
Ethan menatap Aeliana yang matana terus menerus dipenuhi air mata yang menetes, tampak seolah-olah akan pingsan kapan saja. Ia bertanya-tanya apa yang terjadi. Haruskah ia mendekat atau tetap mengawasi dalam jarak jauh.
Etha akhirnya keluar dari mobilnya setelah menguatkan hatinya. Ia tidak bisa hanya duduk diam dan melihat wanita itu berjalan sendirian dalam keadaaan seperti ini. Ia tidak tahan melihat wanita itu menangis sendirian. Begitu rapu di tengah senja yang mulai meredup. Ia mempercepat langkahnya tapi tetap menjaga jarak agar tak mengejutkannya.
Namun saat, ia mendekat, pemandangan di hadapannya membuatnya berhenti seketika. Ada seorang pria lain di dekat Aeliana.
Pria itu tampak tinggi dan berpenampilan rapi dengan aura tenang yang terlihat kontras dengan suasana hati Aeliana yang kacau. Pria tersebut duduk di bangku taman di sebelah Aeliana, wajahnya penuh perhatian. Pria itu terus memperhatikan Aeliana hingga Aeliana yang tadinya menunduk kini menoleh dan mendongak.
...…....
“Apa kau baik-baik saja nona?”
Aeliana langsung menghapus air matanya dan mendongak melihat pria yang tak asing di matanya. Dia adalah Ryon yang tampak berpura-pura terkejut dan menyapanya. Ryon, dia adalah seorang pria yang penuh semangat mencoba mendekati Aeliana sebelum dia menjadi nyonya Lancaster.
“Aeliana? Kau kah itu? Sudah lama tidak melihatmu dan aku tak mengharapkanmu melihatmu dalam keadaan seperti ini.”
Melihat Aeliana yang merah, ia hanya memikirkan satu hal. Ia sangat khawatir. Aeliana masih sama, cantik dan bersikap dingin.
“Apakah kamu menangis?”
Ryon menunjukkan senyum khasnya dan mengambil sapu tangan dari sakunya. Namun Aeliana kesal karena ia bertemu dengan Ryon di waktu yang tak tepat. Aeliana merasa canggung saat bertemu Ryon.
“Ryon.”
“Kamu ingat aku rupanya. Aku tak tahu kamu berada di kota ini.”
Ryon merasa senang bertemu dengannya yang merupakan cinta pertamanya. Kesempatan ini tidak akan ia lepaskan begitu saja.
“Berpura-pura tidak mengenal satu sama lain dan berjalan melewatinya. Aku pasti akan menyesal”
Aeliana berada dalam kondisi yang sangat sensitif dan emosional.
“Betapa memalukannya bertemu denganmu di sini dengan kondisiku yang menangis.”
“Apa suasana hatimu sedang kacau? Bagaimana jika kita berjalan di sana. Taman ini cukup luas dan pemandangan di sana jauh lebih menakjubkan.”
Ryon pikir itu tempat yang cocok untuk menyendiri.
“Terima kasih sudah memberitahuku, aku akan pergi ke sana sendiri.”
“Tidak! Aku yang merekomendasikan tempat itu, jadi aku harus ikut. Aku janji aku tak akan bertanya mengapa kamu berada di sini dan mengapa kamu menangis.”
“Ryon, aku tidak dalam kondisi untuk bercanda.”
“Aku tidak sedang bercanda.”
Aeliana mendesah pelan, menyerah. Tidak peduli seberapa banyak dia berbicara, dia tidak akan menyerah.
Pada akhirnya Aeliana dan Ryon berada di tempat yang direkomendasikan Ryon. Tempat ini memang indah. Ketika Aeliana menunduk dan menarik napas dalam-dalam, dia merasakan udara dingin memenuhi rongga paru-parunya.
Ia merasakan pikirannya mulai tenang. Aeliana melirik sosok di sampingnya.
“Terima kasih tapi aku tak berniat menahanmu di sini.”
“Apakah kamu mengusirku? Aku sama sekali tidak keberatan Abersamamu di sini. Aku malah senang melihatmu di sini.”
“Tapi aku keberatan, tak seharusnya kita berdua di sini. Ditambah lagi aku sudah punya keluarga.”
“Sekalipun kamu tidak punya keluarga. Kamu tidak akan mau terlibat denganku kan?”
Ryon tanpa sadar mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya.
Aeliana langsung bingung.
“Aku tak tahu mengapa aku melakukan ini tapi sungguh aku senang melihatmu kembali. Tapi aku juga merasa kehilangan sesuatu.”
“Apa maksudmu?”
“Mengapa kamu harus bersikap dingin padaku sejak dulu?”
Perkataan Ryon membangkitkan rasa bersalah Aeliana.
Ryon mendekat dan menatap lekat wajah Aeliana. “Melihatmu seperti ini, aku tidak bisa hanya diam saja. Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan. Dan jika Kael tidak memberikannya padamu…”
“Berhenti, jangan bicara seolah-olah kamu tahu apa yang terjadi padaku. Aku tak suka caramu menatapku dengan penuh rasa kasihan. Rasanya aku menjadi orang yang menyedihkan saat berdiri di hadapanmu.”
...…...
Sian asisten Kael bersenandung dan membuka pintu kantor Jenderal yang biasanya sudah kosong namun masih ada sosok di sana.
“Anda belum pulang? Saya tidak menyangkan anda akan ada di sini.”
“Jadi membuka pintu atasanmu tanpa mengetuk adalah kebiasaanmu?”
Kael melotot ke arah Sian lalu menundukkan pandangannya kembali ke kertas-kertasnya. Ia segera memberikan dokumen tersebut sebagai alasannya.
“Aku akan memeriksanya.”
Kael mengambil dokumen yang diberikan Sian dan menyimpannya. Sion menatap Kael dengan rasa ingin tahu. Kenapa atasannya masih bekerja, berbeda dari biasanya.
“Permisi, jenderal. Kenapa anda masih bekerja?
“Aku melakukannya karena banyak pekerjaan.”
Itu tidak masuk akal Sion, karena biasanya atasannya ini akan segera pulang lebih awal.
“Tapi biasanya anda, tidak peduli seberapa banyak pekerjaan. Anda akan segera mengemasi semuanya dan pulang. Apakah anda bertengkar dengan istri anda?”
Kael tampak bingung mendengar spekulasi Sion yang tak masuk akal.
“Jadi anda bertengkar dengan istri anda!”
Sian yang sudah menikah selama dua tahun, berbicara dengan percaya diri seolah-olah dia tahu jawabannya.
“Tidak! Aku dan istriku tidak pernah bertengkar dan kami tidak akan pernah bertengkar sekarang maupun nanti.”
“Apakah itu mungkin? Ini mungkin jadi pertengkaran pertama atau kedua. Jika tidak pernah bertengkar, itu seperti bermain rumah-rumahan…”
Sian berhenti bicara hanya ketika Kael menatap tajam ke arahnya.
“Ah,,, aku membuat masalah besar. Tentu saja Jenderal dan istri adalah pasangan teladan jadi tidak pernah bertengkar. Aku benar kan.”
“Melihat mulutmu yang begitu bebas mengkritik pernikahan, apakah aku selama ini terlalu bersikap lunak padamu? Lari besok pagi keliling lapangan sebanyak rasa bersalahmu.”
“Tapi jenderal…”
Sian memohon pada Kael dengan penuh rasa kasihan namun Kael menunjuk ke arah pintu.
“Keluar!”