NovelToon NovelToon
Laila

Laila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Janda / Anak Yatim Piatu / Keluarga
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kuswara

Di usianya yang baru menginjak 17 tahun Laila sudah harus menjadi janda dengan dua orang anak perempuan. Salah satu dari anak perempuan itu memiliki kekurangan (Kalau kata orang kampung mah kurang se-ons).

Bagaimana hidup berat yang harus dijalani Laila dengan status janda dan anak perempuan yang kurang se-ons itu?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Ibu Laila dan kedua anaknya sudah berjalan menuju lapangan setelah shalat asar. Salwa yang membawa kue-kue itu di atas kepalanya karena keinginannya sendiri. Laila sendiri membawa satu botol minum besar untuk mereka bertiga.

Lima meter menuju lapangan semua lapak telah penuh sehingga tidak memungkinkan Ibu Laila membuka lapaknya di sana. Yang ada nanti mereka kena semprot karena sepertinya harus didata terlebih dahulu yang ingin berjualan supaya lebih tertib.

"Kita pulang saja, lagi pula selain kita tidak ada lapak semua jenis makanan ada di sini."

Dengan kompak Salwa dan Halwa menggeleng. Karena memang mereka ingin menonton juga sebab tidak pernah melihat sebelumnya. Berada di keramaian seperti sore ini.

Lagi-lagi Ibu Laila hanya pasrah, mengikuti keinginan kedua putrinya meski tidak bisa berjualan tapi paling tidak bisa menyenangkan kedua anaknya.

Rezeki setiap orang sudah tertakar dan tidak akan tertukar.

Itu mungkin yang cocok saat ini untuk Ibu Laila dan kedua anaknya ketika ada seorang pemuda yang berada di samping Ibu Laila bertanya.

"Yang di atas kepala kamu apa?."

"Kue."

"Kenapa tidak ditaruh di bawah? Memangnya tidak pegal di atas kepala kamu terus?."

"Tidak apa-apa."

"Kue jualan?."

Ibu Laila tampak berpikir sambil menatap kedua anaknya yang mendongak menatapnya juga.

"Sebenarnya iya kue untuk dijual tapi sudah tidak ada lapak jadi ya tidak jadi dijual."

"Kue apa?."

Ibu Laila sedikit menurunkan kepalanya supaya pemuda itu dapat melihatnya.

"Oh, tidak banyak."

"Tidak." Ibu Laila sudah pada posisi semula.

"Aku beli semuanya. Kebetulan aku dan teman-temanku belum makan. Lumayan buat ganjal perut. Berapa semuanya?."

"Dua puluh ribu."

Pemuda itu membayarnya menggunakan uang pas dan secara gantian memakan kue-kue tersebut hingga habis. Ibu Laila pun bisa menaruh wadahnya di dalam kantung plastik.

Pertandingan bola sudah berakhir, semua penonton pulang penuh suka cita bagi yang memang dan kekecewaan bagi yang kalah. Ibu Laila dan kedua anaknya berada di antara kerumunan dengan saling berpegangan. Namun entah bagaimana tiba-tiba saja Salwa berteriak-teriak sangat kencang.

Di kecil Halwa menangis sangat ketakutan.

"Kakak Salwa tenanglah!" Ibu Laila berusaha menenangkan tapi tidak bisa sebab kalah tenaga.

Memukul sembarang orang yang ada di kanan, kiri, depan dan belakangnya. Mengamuk seperti orang kesurupan.

"Heh, anak gila!." Bentak laki-laki tidak dikenal.

"Wah bisa-bisa aku kena rabies kena gigitannya." Sahut yang lain sambil mengusap tangannya yang kena gigi Salwa.

"Salwa memang gila, jadi wajar saja mengamuk seperti ini. Kalau mau disalahkan itu Ibunya, Laila." Seorang perempuan menujuk wajah Laila.

"Sudah tahu anaknya gila masih saja dibawa ke tempat umum seperti ini."

"Iya, sangat membahayakan orang lain."

"Ibunya gila juga."

Si kecil Halwa semakin kencang menangis.

Entah tangan siapa yang kini sudah berada di atas kepala Salwa, menjambak rambut tebalnya untuk menenangkan anak itu. Salwa pun seketika diam, kini meringis kesakitan sembari menatap sang Ibu.

Seketika darah Ibu Laila mendidih, menyaksikan anak perempuannya diperlakukan kasar seperti itu. Tubuh mungil Ibu Laila menubruk laki-laki itu dengan sekuat tenaga. Setelah tidak mendengar permohonannya untuk melepaskan tangannya dari rambut sang anak.

"Jangan berani-berani menyakiti putriku!" menatap laki-laki itu sangat tajam. Kemudian Ibu Laila meraih tubuh Salwa yang ikut jatuh bersama laki-laki itu. Lalu memeluknya sangat erat. Menyembunyikan wajah ketakutan anaknya di dalam pelukannya.

Nyawa sekalipun sanggup dipertaruhkannya demi Salwa dan Halwa.

Laki-laki itu segera bangkit lalu tendangan kakinya hanya mengenai udara ketika akan menendang tubuh Ibu Laila karena si kecil Salwa berhasil mendorongnya.

"Jangan sakiti Ibu dan Kakakku!." Ucap Halwa sambil berurai air mata.

Laki-laki itu pun diamankan oleh orang-orang yang ada di sana. Ibu Laila dan kedua anaknya menjadi pusat perhatian semua orang saat mulai meninggalkan jalan besar itu. Ibu Laila mengajak anaknya untuk melewati jalan setapak.

Ketiganya tiba di rumah, langsung mengunci pintu setelah membersihkan diri masing-masing. Sebelumnya Ibu Laila telah memastikan tidak ada luka yang parah pada kulit kepala sang putri. Selain memang hanya ada warna merah-merah saja dan sedikit bengkak. Kalau besok tambah parah, Ibu Laila harus segera membawanya ke balai kesehatan.

Ibu Laila tidak tinggal diam, segera mengompres kulit kepala Salwa supaya cepat lebih baik.

"Aku memang gila ya, Bu?."

"Tidak, Kak." Ibu Laila memeluk putrinya tanpa melepaskan kompresannya.

"Terus kenapa aku tidak sekolah seperti yang lainnya?."

Kemudian Ibu Laila melepas pelukannya.

"Karena Ibu tidak cukup memiliki uang untuk menyekolahkan Kakak."

Sebenarnya itu hanya alasan Ibu Laila saja. Karena memang pihak sekolah tidak sanggup kalau harus menerima murid istimewa seperti Salwa. Sudah puluhan kali Ibu Laila memperjuangkan Salwa untuk sekolah tapi selalu gagal karena kesehatan Salwa sendiri. Di kampung mereka pun tidak ada sekolah luar biasa yang menampung anak seperti Salwa.

"Kalau Ibu masih tidak memiliki uang, Adik Halwa juga tidak akan sekolah?."

Ibu Laila mengangguk. "Tapi kita sekarang sedang berjuang mengumpulkannya, Kak. Supaya nanti Kakak dan Halwa bisa sekolah."

"Kalau aku tidak bisa sekolah tidak apa-apa, Ibu. Yang penting nanti Adik Halwa saja."

Penuh haru Ibu Laila mengangguk.

"Coba Ibu lihat kepalanya?." Setelah beberapa lama terus dikompres.

"Sudah tidak sakit lagi, Bu."

"Iya, sudah tidak bengkak."

"Sekarang istirahat, besok libur dulu ya jualannya, Kak."

"Iya, Bu." Sahut Salwa kemudian masuk ke dalam kamar.

Ibu Laila membawa kesedihannya di penghujung malam. Sambil berurai air mata berdoa, mengadukan semua keluh kesahnya yang begitu menyesakkan dada. Meminta kekuatan, kesabaran dan keikhlasan untuk menerima dan menjalani kerasnya hidup ini. Ibu Laila pun berdoa terkhusus untuk Salwa, semoga anak itu bisa disembuhkan dari sakit mentalnya.

*****

Ibu Laila mengisi waktu kosongnya dengan mengajari kedua anak perempuannya. Membekali mereka pelajaran-pelajaran dasar yang ada di sekolah. Sesekali diselipi cerita-cerita kebaikan yang harus ditanamkan pada diri mereka.

Ibu Laila yang sedang asyik bercerita pun kedatangan seorang pria yang berpakaian rapi. Mengetuk pintu rumahnya.

"Kalian lanjut belajar, Ibu mau lihat siapa yang datang."

"Baik, Bu."

Laila membuka pintu dan tampaklah seorang pria berdiri menghadapnya.

"Saya, Arman." Pria itu memperkenalkan diri.

"Iya, ada apa?."

"Boleh saya duduk?."

"Boleh."

Mereka pun duduk di atas lantai keramik yang sudah pecah-pecah namun bersih.

"Saya pernah membeli kue-kue Ibu."

Laila masih menyimak.

"Saya dari pabrik, meminta Ibu untuk membuat kue-kue itu lagi yang akan ditaruh di kantin pabrik. Tidak perlu banyak cukup sediakan saja seharinya dua ratus pcs. Nanti saya ambil ke sini setiap pukul enam pagi seratus pcs dan mungkin sekitar jam satu siang ada petugas lain yang ambil untuk seratus pcs-nya lagi."

Bersambung.....

1
La Rue
semoga ikhtiar Laila berhasil demi kebaikan anak-anaknya
La Rue
Laila tetaplah kuat buat kedua anakmu
Sadiah Suharti
lanjut thor
Watini Salma
cerita nya ringan enak dibaca nya mudah dipahami menarik dan menginspirasi, lanjut kakak /Good//Pray/
Watini Salma
Alhamdulillah up lagi, semoga Laila jadi orang sukses dan bahagia dengan kedua anak nya
Watini Salma
lanjut kakak, cerita nya menarik tetap semangat ya
La Rue
Ditunggu kelanjutannya
La Rue
pasti mau memfitnah Laila ni
seftiningseh@gmail.com
semangat buat up nya kak
jangan lupa dateng aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia
La Rue
Alhamdulillah rezeki Laila dan anak-anaknya
QueenRaa🌺
lanjut thorr! semangat up💪

jangan lupa mampir di beberapa karyaku ya😉
La Rue
ceritanya bagus ditunggu kelanjutannya...🥰👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!