setelah menjalani setahun pernikahan kontrak olivia dan barra akhirnya berhasil bercerai.
namun tanpa mereka sadari ada satu malam yang telah mereka lupakan bahwa ada suatu momen penting yang telah terjadi yang mengakibatkan kesalahan fatal bagi mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nukamah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Calon cabe merah
"Bagaimana kalau aku menciumnya saja, toh dia juga tidak akan tahu bukan?" Ungkapnya begitu berkeinginan.
Namun saat moncong bibirnya sudah hampir mendarat di pipi barra ,mendadak seseorang masuk membanting pintu cukup keras.
"Astaga !!!" Teriaknya kaget
"Kak salman? kau bikin aku kaget tahu!" Pekik cindy kesal
"Apanya yang bikin kaget, bukankah kau terlalu sering datang kesini dan melihatnya terlalu dekat seperti itu?!"Sindirnya
Lelaki yang kini berdiri di hadapan cindy adalah salman maulana, dia adalah teman sekaligus senior barra dari sma sampai perkuliahan. Dan dia adalah orang yang paling di benci oleh cindy serta kakaknya karena selalu menempel pada barra.
"Kenapa kau datang kesini kak salman?!" Protesnya tidak senang
"Apa yang kau maksud? Aku kemari karena aku adalah teman barra"
"Cih teman katamu, kau pasti kesini ada tujuan sesuatu?!"
"Benar aku datang kesini sekaligus ingin bertanya denganmu, karena aku merasa ada sesuatu yang aneh darimu"
Mendadak wajah cindy jadi tegang dan pucat pasi mendengar perkataan salman.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" Ucapnya gugup
"Kejadian yang menimpa barra terjadi pada jam 11:13 pagi tetapi laporan itu sampai ke kantor polisi tepat di jam 11:50, orang yang melaporkannya juga seorang lelaki, dan anehnya kamu berkata bahwa kamu adalah satu-satunya saksi ditempat kejadian itu, lalu yang menjadi pertanyaannya, kenapa kamu tidak segera melaporkannya?" selidik salman
"Ponselku kehabisan baterai saat itu, aku segera melaporkannya setelah hpku hidup kembali"
"Jika itu terjadi, bukankah logikanya kau akan lari ke pos satpam dan mengisi baterai lalu lapor"
"Hah kak barra !!" Pekiknya tatkala melihat barra mulai bergerak
"astaga, kenapa momennya pas sekali, dia kan jadi bisa menggelak dari pertanyaanku"gerutu salman
Mendadak nafas barra terengah enggah
"Apa perlu aku panggilkan perawat?"
"Tidak, sepertinya kak barra mau membuka matanya sekarang" ucap cindy
Dan sesuai seperti yang cindy katakan, tak berselang lama akhirnya barra berhasil membuka kedua matanya.
"Barra!"
"Kakak!"
Kedua orang itu terlihat senang dengan kondisi barra yang akhirnya tersadar dari tidur lamanya selama 2 minggu lebih di rumah sakit.
"Kak akhirnya kamu sadar juga, ibu pasti sangat senang kalau melihat kakak sudah sadar" ungkap cindy
Terlihat barra hanya terdiam dengan tatapan yang kosong.
"Barra, apa kamu bisa melihatku? Bisakah kamu mengenaliku?"ujar Salman cemas
"Kalian siapa?"
Dan seketika sorot mata salman terkejut akan ucapan barra yang tak mengenalinya.
"Apakah kamu tidak tahu siapa aku?" Tanya salman lagi
"Bagaimana denganku kak?" Sambung cindy
Namun Barra tetap menggelang tak mengerti.
"Salman maulana, aku teman karibmu barra .. kita bahkan sudah bersama sejak sma sampai perkuliahan" jelasnya
"Kita?"
"Iya, dan aku juga seniormu, hubungan pertemanan kita bahkan sangat dekat, apa kamu sungguh tidak bisa mengenaliku, kau pasti sedang bercanda bukan?" Ungkapnya setengah tak percaya.
"Kuliah? Aku sudah kuliah?" Gumam barra seolah tengah kebingungan.
Saat itu ibu terlihat berlari tergopoh gopoh sembari menangis memangggil manggil nama anaknya.
"Barra .."
"Ibu"
"Barra apakah kau baik-baik saja, apa kau masih bisa melihat dan bicara sekarang?"ucapnya begitu cemas
"Aku baik-baik saja bu"
"Syukurlah nak, apa kamu tahu seberapa besar kekhawatiran ibu karena kamu mengalami ini semua"
Mendadak barra kembali menderita kesakitan yang menyerang kepala bagian belakangnya, semua orang pun panik karena barra kehilangan kesadarannya lagi setelah rasa sakit itu menyerangnya.
"Tampaknya semua kenangan dan ingatan anak ibu selama 3 tahun terakhir telah menghilang" ungkap dokter setelah memeriksa kembali kondisi barra
"Ingatan yang tersisa dalam otaknya hanya berada disaat usianya 23 tahun selebihnya telah menghilang" imbuhnya
"Lantas bagaimana kondisi anak saya saat ini dok, apa dia akan terus merasakan kesakitan seperti tadi?"
"Pemulihan pasien harus menjadi prioritas utama, cobalah untuk meningkatkan ingatannya dengan mengucapkan beberpa memori kecil padanya, dan mengenai rasa sakit di kepalanya saya akan meresepkan obat agar rasa sakitnya bisa berkurang"
"Baik dok, terima kasih"
Bersama perasaan yang agak kecewa ibu keluar dari ruang dokter dengan wajah sendunya.
"Bu bagaimana kata dokter? Apa kakak bisa pulih?"
"Cindy, perasaan ibu sakit"
"Kenapa bu?"
"Dokter telah mengatakan padaku, bahwa ingatan barra selama 3 tahun terakhir telah menghilang"
"Jadi kakak hilang ingatan, lalu apakah ingatannya bisa kembali lagi?"
"Itu masih belum sepenuhnya bisa di pastikan" kata ibu
"Apakah itu berarti kakak juga telah melupakan saya bu?"
"Hm, apa kalian pernah sedekat itu?"
"Oh, ibu pasti tidak tahu banyak, karena dulu kak barra selalu bersikap manis pada saya" tutur Cindy
"Benarkah?"
"Padahal waktu itu kakak pernah bilang bahwa hubungan kami berdua akan jadi resmi jika saya kembali dari jerman, tapi sepertinya dia tidak akan mengingatnya lagi" ungkapnya seraya memasang raut kesedihan.
"Itu sungguh luar biasa cindy, ibu sangat senang mendengarnya, kenapa kalian tidak memulainya kembali sekarang"
"Apa ibu berpikir seperti itu juga?"
"Tentu saja"
Sementara itu di dalam ruang inap barra terlihat duduk termenung dengan tatapan kosong khas orang kebingungan. Lalu ibu pun masuk dan memudarkan lamunannya.
"Barra kamu sudah bangun, bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Lumayan"
"Begini nak, apa kamu sudah melihat cindy, selama kamu tidak sadar dia selalu datang dan menjengukmu setiap hari tanpa lelah" tutur ibu
"Oh, wanita tadi itu bukan, sepertinya aku dengar dia bilang kalau dia adik dari Angga teman lamaku dulu" saut barra
"Benar sekali, oh apa kamu sudah ingat yang itu?"
"Belum"
"Menurut cindy, kamu sangat terpikat dengannya, dia memberi tahu ibu bahwa kamu akan berkencan dengannya setelah dia pulang dari kuliahnya di jerman"
"Apa aku melakukan itu, bukankah itu terdengar sangat aneh bu, seperti bukan aku saja yang mengatakannya" celetuk barra tak percaya.
"Loh kenapa kamu bilang begitu barra?" Ucap ibu kesal
"Karena adiknya Angga bukanlah tipe wanitaku" ungkap Barra sejujur jujurnya.
"Yah, mungkin dia itu tipe wanita yang terlalu banyak bicara, tapi menurut ibu dia sangat baik dan cantik, dan dia juga memperlakukan ibu dengan sangat baik"
"Itu kan hanya menurut ibu, ah sakit!"
"Ada apa barra, apa kepalamu sakit lagi?!" Pekik ibu panik
"Tidak, ini masih baik-baik saja kok bu, tadi rasanya hanya sedikit berdenyut saja"
"Syukurlah"
"Aku hanya merasakan seperti kehilangan sesuatu yang sangat penting bagiku bu"
"Tidak, kamu jangan pikirkan itu dulu, lebih baik kamu fokus saja untuk kesehatan kamu depannya" tutur ibu.
Sementara itu di waktu yang sama, namun di tempat yang berbeda, oliv berjalan mendatangi klinik untuk memeriksakan kehamilannya seorang diri, di sana ia pun melihat sepasang suami istri yang saling menyayangi tatkala berjalan pergi dari dalam klinik.