NovelToon NovelToon
Love You More Than Ever

Love You More Than Ever

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Cinta Terlarang / Menikah Karena Anak
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Arya wijaya

kisah seorang wanita yang berjuang hidup setelah kehilangan kedua orang tuanya, kemudian bertemu seorang laki-laki yang begitu mencintainya terbuai dalam kemesraan, hingga buah hati tumbuh tanpa pernikahan.
sungguh takdir hidup tak ada yang tahu kebahagiaan tak berjalan sesuai keinginan, cinta mereka Anita dan seno harus terpisah karena status sosial dan perjodohan dari kedua orang tua seno.
bertahun-tahun Seno menjalani kehidupan tanpa cinta, takdir tak terduga dan kini mereka di pertemuan kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AWAL PERTEMANAN

Mendengar ucapan Seno membuat Pak Farrel merasa tidak mungkin jika Ia menyukai Lia.

"Ya gak mungkin lah Pak Seno, Dia itu aneh ceroboh, dan gak tahu malu sih tepatnya"

"Hati-hati Pak nanti ucapannya bisa berbalik loh"

"Aduh Pak Seno ini bisa saja menggoda Saya, oh iya Saya tadi ke ruangan Bapak, mau mengirim ini, jam 2 nanti kita akan meeting dengan Putra Corporation"

Mendengar nama itu, dalam pikiran Seno pasti disana Ia akan bertemu dengan ibunya.

"Baik Pak Saya siap-siap dulu ya"

Baru saja Anita duduk beristirahat, tiba-tiba saja ada tamu mengetuk pintu rumahnya.

"Dengan Ibu Anita"

"Iya Saya sendiri ada apa ya?"

"Kami mau mengantarkan barang-barang dari toko Kami, ke alamat rumah nomor 15, namun perintah dari pembeli katanya Kami harus menginformasikan dulu kepada Bu Anita"

Anita merasa bingung Ia merasa tak memesan apapun dari toko elektronik.

"Em.. Kalau boleh tahu siapa pembeli barang ini?"

"Atas nama Bapak Doni"

Anita kaget mendengar nama Doni rasanya Ia mengenal nama itu.

"Jadi bagaimana Bu, apa bisa segera Kita masukkan barang-barangnya, karena ini banyak sekali"

"Iya sebentar"

Anita membuka pintu rumah Seno, Seno memang sengaja tak mengunci rumahnya, supaya Anita bisa leluasa keluar dan masuk rumah Seno.

"Taruh disini ya Pak"

Dan segeralah barang-barang itu di masukkan ke dalam rumah Seno, Anita bengong melihat barang-barang tersebut karena barang itu terlihat mewah dan banyak sekali, dari kulkas, kasur, lemari, kompor, meja makan, dan sofa.

"Pak sebanyaknya ini?"

Tanya Anita merasa tak percaya akan barang kiriman yang banyak ini.

"Iya Bu, memang segini pesanan Pak Doni"

Lalu Anita melihat Doni yang tengah berdiri di anak tangga Anita pun segera mendekati Doni, namun Doni menghindar dengan pergi dari tempat itu, Anita lari mengejar, sambil bicara.

"Tunggu Mas Doni, Mas"

Akhirnya Anita bisa juga mengejar Doni lalu Ia berkata,

"Kenapa Mas Doni lari?"

"Tugas Saya sudah selesai Mbak Anita"

"Tugas, pasti Tante Riana yang kirim ini semua"

"Iya benar, sebenarnya Bu Riana tak ingin Saya mengatakan hal ini pada Mbak Anita, namun Saya sebagai bawahan Bu Riana, Saya merasa kasihan dengan Bu Riana yang selalu melamun di rumah memikirkan Pak Seno"

Anita terdiam mengerti akan ucapan Doni, lalu Ia menjawab,

"Tolong katakan dengan Tante Riana, Seno akan baik-baik saja bersama Saya, dan sampaikan permintaan maaf Saya, bukan maksud hati Saya, untuk mengambil Seno darinya"

"Baik Mbak, Saya akan sampaikan"

"Terimakasih ya Mas Doni, dan terimakasih juga atas barang-barang ini, setidaknya Seno akan merasa nyaman tinggal di rumahnya"

Tak ada lagi yang di bicarakan Doni pun pergi dari hadapan Anita.

Sepanjang menunggu angkot, Lia terus memikirkan kejadian memalukan tadi saat sedang membaca struktur organisasi perusahaan apalgi jika Ia ingat telah memakai habis makanan bekas Farrel, rasanya Ia malu sekali karena telah berbohong.

"CEO, jadi dari tadi Aku bikin ulah sama CEO, duh.. Semoga saja, Pak Farrel gak mempersalahkan kelakuan Gue"

Lalu tiba-tiba Aldi melihat Lia tengah berdiri di pinggir jalan, untuk membalaskan dendamnya karena Lia sudah ikut campur urusannya, Dia pun berniat mengerjai Lia dengan menyewa sekelompok pengamen jalanan, untuk menggoda Lia agar Lia merasa ketakutan.

"Cewek itu bang"

"Iya yang sedang berdiri, takut-takuti saja, tapi jangan melukainya, ini uang buat Kalian"

Doni memberikan 3 lembar uang ratusan.

Dan pengamen tersebut segera melakukan perintah Aldi, Mereka mendekati Lia dan menggoda Lia, dengah menyentuh rambutnya dan mencolek lengan Lia.

"Apaan sih Lo, bisa gak... Gak usah ganggu Gue"

"Sok jual mahal banget sih Mbak"

Lia merasa risih dengan kehadiran orang-orang ini, Ia pun beralih pindah posisi berjalan agak menjauh dari para berandal ini.

Namun orang suruhan Aldi terus mengganggu Lia, dan Aldi hanya tersenyum-senyum menikmati suasana itu.

"Hahaha, dasar gembel"

Ucap sombong Aldi berkata, namun ternyata Pak Farrel memperhatikan Lia cukup lama, dan reaksinya saat melihat Lia di ganggu banyak pria tak jelas, Farrel merasa harus membantunya.

"Hey.. Kalian sedang apa?"

"Pak Farrel"

Lia langsung berlari dan bersembunyi di belakang Farrel.

"Pak tolong Saya, Dia ganggu Saya dari tadi"

Saat mendengar Lia meminta bantuannya rasanya hati Farrel merasa senang sebab kehadirannya sangat di butuhkan Lia, Farrel pun jadi tersenyum sendiri, lalu Ia mulai bicara pada para pria itu.

"Kalau Kalian gak pergi Saya panggil satpam disana untuk ngusir Kalian"

"Ya elah bang, colek dikit doang, Kita gak macem-macem kok"

Ucap salah satu pria tersebut, setelah di lihat-lihat Farrel mengenali para pria ini.

"Kalian pengamen di sekitar sini kan?"

Para pria itu saling melirik satu sama lain, lalu menjawab,

"Iya bang, kenapa emang?"

"Gak apa-apa, kalau Kalian pergi Saya akan membolehkan Kalian ngamen di daerah sekitar sini, tapi kalau masih ganggu perempuan ini, Saya akan suruh orang Saya untuk menutup akses ngamen Kalian disini"

Melihat dari penampilan dan pakaiannya, para pengamen ini merasa bahwa Farrel bukan orang biasa.

Karena takut tidak bisa mengamen disini lagi, akhirnya Mereka pun pergi.

"Oke Kita pergi, sorry ya Mbak"

Ucap salah satu pengamen jalanan itu.

Namun Aldi merasa kecewa, karena pertunjukan itu telah berakhir.

"Ah ganggu saja tuh cowok, siapa lagi Dia"

Ucap kekesalan Aldi dan Ia langsung meninggalkan tempat itu.

Setelah Mereka semua pergi, Lia kini bisa bernafas dengan tenang.

"Alhamdulillah, makasih ya Pak, bapak sudah selamatkan Saya"

Farrel hanya terdiam memandangi Lia, Ia melihat rasa trauma dalam matanya.

"Kamu kok seperti takut banget, padahal orang-orang seperti itu harusnya Kamu lawan, disini kan ramai gak sepi juga"

"Saya cuma gak mau cari masalah Pak, lagi pula Saya sudah biasa dapat perlakuan seperti itu dari banyak laki-laki"

Bagaimana tidak, karena Lia pernah bekerja di tempat yang penuh dengan banyak model pria mata keranjang dan pemabuk.

Sebenarnya Farrel ingin bertanya lebih dalam lagi soal tanggapan Lia mengenai ucapannya tadi, namun rasanya tidak etis jika mengorek sesuatu yang bukan ranahnya.

Lalu Farrel menawarkan Lia untuk pulang bersama.

"Hah.. pulang bersama, tapi rumah Saya jauh Pak"

"Ya justru karena rumah Kamu jauh, maka itu Saya antar"

Lia agak tidak enak hati karena Ia dari awal datang bekerja selalu membuat Farrel marah dan kesal.

"Naik mobil Pak?"

"Ya iyalah, masa naik angkot"

Ucap celetukan Farrel yang tak tahu jika Lia memang sedang menunggu angkot di sini.

"Memang kenapa kalau orang pulang kerja naik angkot, jorok, atau malu-maluin"

Lia kini berkata agak judes kepada Farrel.

"Kenapa Kamu jadi marah, memang Saya salah bicara, kan Saya memang pulang dan pergi bekerja menggunakan mobil, bukan angkot"

Dalam hati Lia berkata ada benarnya juga ucapan Farrel, sepertinya hanya perasaan Ia saja yang terlalu dramatis, merasa Farrel menghina seseorang yang menaiki angkot.

"Ayo jadi mau ikut gak nih?"

Tanya Farrel sekali lagi, namun karena angkot telah mendekat, Lia tak jadi menerima tawaran Farrel.

"Maaf Pak, gak jadi deh, Saya pulang duluan ya Pak"

Lalu Lia menyetop angkot dan menaiki angkot tersebut, Farrel terdiam merasa tak enak hati dengan ucapannya tadi.

"Pantas Saja tadi Dia seperti marah saat Aku bilang naik angkot, ternyata Dia memang sedang menunggu angkot, aduh..."

Farrel merasa telah menyakiti hati Lia, namun dari pada memikirkan hal ini terus Farrel pun segara pulang.

Dan tak sengaja Farrel bertemu Seno yang sedang berdiri di pinggir jalan seperti Lia tadi.

"Pak Seno sedang menunggu apa?"

"Taksi Pak, Saya mau pulang, Bapak belum pulang"

"Baru saja ini mau pulang"

"Tapi Bapak darimana, mobil Bapak kan ada di parkiran Pak"

Farrel bingung harus mengatakan apa pada Seno, namun Ia mengatakan jika ada kesempatan dan waktu luang bisakah mengobrol dengannya sebagai teman.

Seno tersenyum merasa terhormat telah di anggap sebagai teman atasannya.

"Boleh kok Pak, Bapak tinggal telepon Saya saja, nanti Saya pasti akan datang"

"Terimakasih banyak ya Pak Seno, oh iya mulai sekarang, Kamu bisa panggil Saya Farrel saja, kecuali di kantor"

Seno semakin merasa terhormat mendengar ucapan Pak Farrel yang ingin tak ada batasan dalam berteman.

"Baik Farrel"

Ucap Seno sembari tersenyum bahagia.

"Ya Sudah Saya duluan ya Seno"

Dari sinilah awal kedekatan pertemanan Seno dan Farrel.

Ketika sampai di rumah, Seno terkaget melihat isi rumahnya full dengan barang-barang rumah tangga.

"Ini semua dari mana?"

Ucap dalam hati Seno, tak lama Anita datang, dan memeluk Seno dari belakang.

"Sayang, sudah pulang yah"

"Eh Sayang, Aku bingung loh kok banyak barang di rumah Aku masih baru-baru semua lagi"

"Oh.. Itu tadi Mas Doni yang antar"

"Doni.. Supir Mamah?"

"Yap... Dan ini semua memang dari Mamah Kamu"

"Seriusan Mamah yang kirim"

"Iya sayang... Jadi tadi Aku sempet liat Mas Doni terus Aku kejar, Kita ngobrol sebentar, Dia bilang Tante Riana sengaja memberi Kamu barang-barang ini, supaya Kamu bisa nyaman tinggal di rumah"

"Padahal gak perlu juga, Aku gak mau jadi berhutang seperti ini"

"Malahan tadi Mas Doni bilang sama Aku, supaya Kamu gak perlu tahu dari mana barang-barang ini, tapi Aku mau Kamu tahu, kalau ini bentuk dari kasih sayang Mamah Kamu"

Seno terdiam mencerna ucapan Anita, dan Ia kini mengerti maksud dari ucapan Anita.

"Jadi Aku harus terima saja nih"

"Ya iya dong, bagaimanapun itu Mamah Kamu Seno, Kita harus tetap beri hormat sama beliau, sudah sana mandi Aku sudah masak nanti Kita makan bareng ya, Kamu ke rumah Aku"

Seno semakin mencintai Anita Ia merasa tersihir akan kata-kata bijaknya.

"Siap Sayang".

Baru saja Anita ingin melangkahkan kakinya, kini Ia teringat tentang Bu Riana yang datang menyekar di makam ibunya.

"Oh iya Seno, Aku mau tanya sesuatu boleh"

"Boleh dong Sayang, mau tanya apa?"

Ucap Seno sembari membuka satu persatu kancing bajunya.

"Hubungan Mamah kamu sama Mamah Aku apa ya?"

"Hah.. Hubungan.. Aku gak ngerti nih maksudnya bagaimana?"

Lalu Anita menjelaskan jika tadi Bu Riana datang menyekar ke makam ibunya.

"Apa..?, masa sih Aku baru tahu loh Anita, Kamu bicara serius"

"Ya iya Aku serius, masa hal besar seperti ini Aku bercanda"

"Iya Aku kaget saja, Aku saja gak pernah tahu urusan Mamah"

Seno kini memikirkan untuk apa ibunya menyekar ke makam ibu Anita padahal jelas ibunya tidak pernah suka dengan Anita.

"Sudah Sayang mikirnya nanti saja ya, nanti Aku cari tahu soal itu, Aku mandi dulu"

"Ya sudah deh"

Saat Anita ingin melangkah, Seno menarik lengan Anita dan berkata,

"Temenin yuk?"

"Hah kemana?"

Tanya Anita yang mulai tidak enak perasaan akan ucapan Seno.

1
elaretaa
semangat Kak, ditunggu kelanjutannya 🍒
Arya wijaya: iya kak oke, makasih sudah mampir🥰
total 1 replies
Arya wijaya
thank you kak 😊
Vana Aretta
semangat kakk 😀😀
Arya wijaya: makasih kak😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!