Felisberta Divya Deolinda gadis pemalas dan putri kesayangan keluarganya, Naumi sebagai seorang sahabat selalu membantu dia dalam pelajaran. Sampai suatu hari terjadi kecelakan dan membuat Feli koma, saat terbangun dia terkejut mendapatkan dirinya ada di dalam novel yang selalu dibacanya berjudul ‘Bos Mafia Muda’. Pemeran utama wanita di novel itu bernama Shanaya, dalam cerita Shanaya berakhir menyedihkan. Feli menjadi Shanaya dan menjadi istri dari Bos Mafia Muda itu yang bernama Shankara Pramudya Anggara. Di usia yang masih muda Shankara bisa menaklukkan semua Mafia yang ada di Negaranya, sosok laki-laki itu ditakuti semua orang tidak ada siapa pun yang berani menentang maupun melawannya karena itu Shankara Pramudya Anggara dikenal sebagai Bos dari semua Mafia yang ada di Negaranya atau di sebut Bos Mafia Muda. Alur ceritanya berubah seiring waktu setelah Feli menjalankan kehidupannya bersama Shankara.
@KaryaSB026
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 04
“Loe ngerasa gak sih kalau ini rumah kosong ?”
“Heh mengalihkan pembicaraan.”
“Gue serius, semenjak datang Nenek tidak kelihatan dan Mba Ola juga.”
“Nina juga belum kelihatan.”
“Kemana orang rumah hanya ada penjaga dan pelayan, apa mungkin mereka jalan-jalan ?”
Di sela pembicaraan Dika dan Raymond seorang pelayan wanita datang membawa camilan.
“Terima kasih,” Feli tersenyum dan pelayan itu menunduk lalu pergi.
“Ini apa ?”
“Kue kukus margarin.”
“Emn rasanya enak perpaduan manis dan gurihnya pas,” mengunyah kue kukus yang diambilnya.
“Coba yang ini,” Shankara menyuapi Feli kue coklat.
“Emn lumayan.”
“Lumayan ?”
“Kue coklat ini terlalu manis,” Shankara pun penasaran lalu mencoba kue yang tadi sudah di gigit Feli.
“Bagaimana ?”
“Terlalu manis,” memakan kue di gigitan terakhir.
“Ternyata satu selera.”
“Mereka tidak mungkin membuat kue yang manisnya berlebihan,” pelayan membawa dua nampan kue yang didalamnya ada dua jenis kue. Raymond mengambil kue di piring yang ada di sampingnya setelah mencoba rasa manisnya ternyata standar.
“Menurut gue manisnya pas, Loe cobain !”
“Manisnya pas,” mereka berdua saling melirik.
Dari kejauhan Nenek memperhatikan mereka “Ola kapan terakhir kamu melihat Shan banyak berbicara ?”
“Hampir tidak pernah.”
“Shan tiba-tiba membawa seorang gadis, di depan gadis itu dia banyak berbicara bahkan tersenyum. Entah dari mana dia mendapatkan gadis itu aku semakin ingin mengetahuinya.”
“Nyonya bagaimana kalau kita temui Nona itu ?”
“Ide yang bagus bawa beberapa buah-buahan itu Ola !”
“Baik Nyonya.”
“Sudah lama tidak mendengar kamu banyak berbicara.”
“Nenek ?”
“Salam Nenek,” Dika dan Raymond memberi hormat.
“Kalian berdua bagaimana kabarnya ?”
“Kami baik,” jawab serentak Dika dan Raymond.
“Nampaknya Nenek terlihat lebih muda dari sebelumnya,” puji Dika.
“Kamu selalu saja berkata begitu,” maju menepuk tangan Dika.
“Kenapa pulang tidak memberitahu Nenek ?”
“Nenek sedang istirahat aku tidak mau mengganggu,” jawab Shankara meminta Neneknya duduk.
“Mengganggu apanya hemn ? sudah lama kamu tidak pulang Nenek kira kamu tersesat atau sebagainya.”
“Kamu tidak akan mengenalkannya pada Nenekmu ini ?” melirik Feli.
“Dia Shanaya.”
“Salam kenal Nenek,” Feli maju mencium tangan Nenek.
“Shanaya seperti namanya sangat cantik, dari mana kamu berasal ?”
“Desa pojok Wilayah Bagian Timur,” jawab Shankara.
“Apa ini ?” Shankara memberikan kotak yang dibungkus kain hitam bludru kepada Nenek.
“Nenek akan tau setelah membukanya.”
“Buku nikah ?” membukanya.
“Ini …”
“Dia istriku.”
“Ko aku jadi malu yah,” batin Feli.
“Dika Raymond kalian harus jawab dengan jujur ! apa gadis cantik ini betul istrinya Shankara.”
“Iya,” jawab mereka penuh keyakinan.
“Akhirnya Nyonya Besar punya cucu menantu juga,” suara Ola pelan. Ola adalah pelayan pribadi Neneknya Shankara.
“Rumah ini tidak lengkap tanpa ada seorang memantu didalamnya,” memegang kedua pipi Feli.
“Tidak sia-sia Nyonya Besar berpura-pura sakit agar Tuan Shan segera menikah,” batin Ola tersenyum.
“Ayo kita masuk hari sudah mulai gelap,” membawa Feli kedalam rumah.
“Nak apa kamu terpaksa menikahi cucu Nenek ?”
“Oh soal itu …”
“Jika benar kamu tenang saja Nenek akan membelamu tidak akan membiarkan dia melukaimu sedikit pun.”
“Ola siapkan makan malam, aku mau membawa menantu perempuanku ke kamarnya.”
“Baik Nyonya,” pergi ke dapur untuk mengarahkan semua pelayan.
Feli dan Nenek hendak menaiki tangga namun Feli mengingat sesuatu “Tunggu saat ini Shankara …”
“Nenek tunggu sebentar !!”
“Ada apa Sayang ??”
“Dia dalam bahaya Nek,” berlari sekencang mungkin.
“Tunggu !!” napas Feli tidak beraturan karena berlari.
“Berikan kotak itu !” Feli merampas kotak hijau yang dipedang Shankara.
“Lancang !” Raymond kesal Feli bersikap tidak sopan mengambil begitu saja barang yang ada di tangan Bosnya.
“Didalam kotak ini ada bola beracun jika di buka bola itu akan mengeluarkan asap orang pertama yang membukannya bisa buta selamanya.”
“JANGAN ASAL BICARA !!!”
“Mau bukti baiklah,” Feli melemparkan kotak itu sejauh mungkin.
“Yang dia katakan benar,” kotak itu pecah dan mengeluarkan asap.
“Asap itu akan hilang dalam 10 detik begitu pun dengan efeknya, aku memang orang luar ditambah lagi aku orang baru tentu kalian tidak akan percaya tapi perlu kalian ketahui aku jauh lebih baik dari pada kalian. Musuh pasti mencari celah, seharusnya kalian sebagai anak buahnya bisa wasapada bukan hanya mencurigai orang,” perkataan Feli menusuk sampai kejantung Raymond.
“Cari orang pengantar barang itu, CEPAT !!!”
Deg tiba-tiba Feli merasakan sakit uluh hatinya “Kenapa ini,” Feli mundur selangkah sembari memegang dadanya.
“Shanaya ?” semua orang panik karena Feli pingsan.
Shankara menggedong Feli “Tidurkan dia disini,” Nenek mengambil bantal kursi.
“Cepat panggil dokter !!”
“Bos Dokternya tidak mengangkat telpon,” Dika sudah berkali-kali telpon dokter pribadi mansion tapi tidak ada respon.
“Jemput dia !! jika kalian tidak berhasil membawanya dalam 10 menit terima akibatnya,” teriak Shankara.
Dua anak buah Shankara mengendarai mobil dengan kecepatan penuh untuk menjemput dokter itu, untungnya mereka berhasil membawa dokter itu tepat waktu jika tidak mungkin bukan hanya Feli yang dalam bahaya tapi mereka juga akan kehilangan nyawa.
“Nona ini terkena racun.”
“Racun ?”
“Benar, racun jenis ini cukup berbahaya jika terlambat kemungkinan tidak akan selamat.”
“Bagaimana dia bisa terkena racun sedangkan racun di dalam kotak itu sudah di buang.”
“Racun jenis ini berbentuk serbuk,” mengecek denyut nadi di tangan Feli.
“Serbuk ? racun tadi berbentuk asap,” semua orang kebingungan.
“Kou sudah menangkapnya ?”
“Sudah Bos.”
“Dimana dia sekarang ?”
“Di gudang Bos.”
“Dokter lakukan yang terbaik untuknya berikan dia penawaran nya jika dia sembuh aku akan memberikan hadiah yang besar jika tidak aku rasa kamu mengetahuinya,” ucapan Shankara terasa menelusuri seluruh tubuhnya membuat bulu kunduk dokter itu berdiri.
Shankara pergi menemui orang yang mengirimkan barang tadi itu untuknya, dalam langkahnya amarah Shankara bergejolak. Sesampainya di gudang Shankara melepaskan jasnya, lalu menaikkan lengan bajunya.
Memukul wajah orang itu “Katakan siapa yang menyuruhmu ?”
“Sa sa sa saya tidak tau, dia hanya bilang untuk memberikan kotak itu ke rumah ini dan dia bilang agar tidak ada orang lain yang membukanya kecuali Shankara. Saya tidak mengenal siapa orang itu sesudah memberikan sejumlah uang dia langsung pergi,” pria itu babak belu dihajar anak buah Shankara dan sekarang ditambah Shankara.
“SIAL …” Shankara marah besar menendang kursi disampingnya sampai hancur.
“Bos ?”
“Kalian semua bodoh bagaimana hal ini bisa terjadi di wilayahku ? kalian tidak becus,” semua orang diam menundukkan kepala.
Ketika Shankara melampiaskan amarahnya Dika menelusuri CCTV “Ada yang aneh dengan kupu-kupu ini,” menunjukkannya kepada Raymond.
“Kupu-kupu itu membuang serbuk tepat di depan Feli saat dia mengambil kotak itu dari tangan Bos, tunggu !” menyadari kalau kupu-kupu itu tidak asli.
“Kupu-kupu itu robot,” Dika memperbesar gambar dan mendapatkan hal yang mengejutkan.
“Dia sudah mempersiapkan semuanya dengan matang,” Raymond mode serius.
“Bagaimana bisa kita kebobolan !” Raymond merasa bersalah.
“Mansion ini di lengkapi teknologi canggih, robot atau barang apapun tidak bisa masuk tanpa melewati intel merah. Intel merah berfungsi sebagai alat anti elektrik dari luar, jika robot atau semacamnya mememasuki mansion dari jarak 1 km sudah terdeteksi dan secara otomatis merusak system yang ada didalamnya.”
“Itu artinya ?”
“Ada orang yang sudah menyabotase intel merah dari dalam mansion. Yang dikatakan Bos tadi dengan yang baru saja terjadi bisa saja berkaitan,” jelas Dika.
“Dika perbaiki segera intel merah, Raymond cari informasi siapa orang yang mengirimkan barang itu.”
“Baik Bos.”
“Bodohnya aku menerima barang yang tidak jelas seperti itu,” sedikit melamun.
“Bereskan dia !!” tambah Shankara.
“Untungnya Bos tidak membunuh kita,” bernapas lega setelah Shakara pergi.
“Shan ? pasti terjadi sesuatu dia tampak sangat marah,” Nenek bisa menebak apa yang terjadi melihat pakaian dan raut muka Shankara.
“Bagaimana keadaannya ?”
“Racunnya sudah hilang, saya sudah memberikan penawarnya. Tinggal menunggu Nyonya Muda siuman,” jawab dokter.
“Kamu boleh pulang, aku akan mengirimkan uangnya nanti.”
“Baik Tuan kalau gitu saya pamit.”
“Ola antar dokter !”
“Baik Nyonya.”
“Shan apa yang sebenarnya terjadi ?”
“Musuh sengaja mengirim barang dan merusak intel merah sehingga ada robot kupu-kupu yang masuk membawa serbuk racun. Nenek baju ini ?”
“Nenek mengganti pakaian Shanaya tidak ada baju lain yang cocok untuknya selain dres Ibumu.”
“Semenjak kejadian itu baju Ibumu tidak dipakai, Ibumu sangat suka memakai dres tapi sekarang dia tidak bisa memakainya.”
Sebelum menjadi Bos Mafia Shankara adalah Tuan Muda di keluarga Anggara. Keluarga Anggara merupakan keluarga terkaya di Negerinya namun karena ke serakahan muncul niat jahat yang meretakkan keluarga. Neneknya Shankara memiliki tiga orang putra, persaingan memperebutkan warisan sangat ketat meski begitu anak bungsunya lebih unggul. Anak pertama dan kedua bekerja sama menjatuhkan adiknya itu bahkan demi bisa mewarisi semuanya mereka dengan kejam meracuni Ayahnya sendiri dan mengusir Ibunya sendiri dari rumah.
“Nenek pergilah istirahat biar aku yang menjaganya !”
“Tidak apa-apa.”
“Hanya Nenek yang aku miliki sekarang tolong jaga kesehatanmu,” berbicara lembut.
“Baiklah jika menantuku siuman beritahu Nenek.”
“Tentu.”
Nenek yang tidak tau harus pergi kemana mencari anak bungsunya yang bernama Mudya. Mudya di jebak oleh kedua sodaranya itu sampai dia kehilangan nama baik dan tidak memiliki apa-apa lagi. Nenek sudah mencari kemana-mana tapi tidak dapat menemukan anaknya itu sampai suatu ketika dia tidak sengaja melihat Shankara menembang orang lain.
“Siapa orang itu ?” Feli siuman dan melihat seorang pria berdiri membelakanginya menghadap jendela.
“Kamu sudah sadar ?” Shankara mendekat.
“Apa yang terjadi ?”
“Kamu terkena racun.”
“Racun ? bukannya ?”
“Minum dulu obatnya !”
“Aneh di dalam novel alur ini tidak ada,” batin Feli.
“Siapa yang mengganti pakaianku ?”
“Bukan aku, Nenek yang menggantinya.”
“Huh …”
“Kenapa takut ? aku suami mu.”
“Benar tapi …”
“Kalian pergilah !” Shankara meminta pelayan untuk memberitahu Nenek kalau Feli sudah siuman.
“Perutku sudah keroncongan lagi.”
“Eeh tunggu,” mencegah Shankara yang akan menyuruh pelayan membawa makan untuknya.
“Ada apa bukannya kamu mau makan ?”
“Sebaiknya kita turun saja, aku sudah jauh lebih baik.”
“Tidak perlu.”
“Menyebalkan,” celetuk Feli.
“Eh kamu ?” Shankara menggendong Feli.
Shankara membawa Feli keruang makan, semua orang yang disana perhatiannya tertuju pada Feli yang di gendong Shankara.
“Kampungan,” judes salah satu pelayan wanita.
“Hah ternyata pelayan itu yang membuat masalah dengan Shanaya, lihat saja nanti akan aku beri pelajaran dia biar kapok.”
Shankara perlahan menurunkan Feli “Apa aku seringan itu dia menahan tubuhku dengan satu tangan ?” suara hati Feli karena satu tangan Shankara digunakan untuk menggeser kursi.
“Dimana cucu menantuku ?”
“Nyonya Muda di bawa Tuan Shan,” jawab seseorang disana.
“Kemana ?”
“Ruang makan Nyonya.”
“Shanaya baru siuman tapi Shankara malah membawanya begitu saja, bagaimana dia ini sebagai suami tidak bisa menjaga istrinya dengan baik,” pergi menyusul ke ruang makan.
“Shan kenapa kamu begitu kejam terhadap istrimu ?” Nenek langsung mengomel sesampainya di meja makan.
“Nenek jangan salahkan dia aku yang memintanya.”
“Cucu menantuku sangat baik, lain kali jangan membelanya.”
“Baik Nenek.”
“Bagaimana keadaanmu ?”
“Sangat baik.”
“Syukurlah.”
Semua orang mulai makan terdengar suara samar-samar seorang pelayan wanita “Orang kampong seperti dia pasti tidak bisa makan.”
“Pelayan itu baru saja meremehkanku,” Feli berusaha menahan amarahnya.
Bukan hanya pelayan Nenek juga berpikir Feli tidak bisa menggunakan alat makan yang ada disana saat mau membantu Feli lebih dulu membuka piring lalu mengambil sendok ukuran sedang.
“Ada apa Nek ?”
“Bukan apa-apa,” tersenyum.
“Caranya menggunakan alat makan dan cara dia makan tidak salah padahal dia berasal dari desa,” batin Dika.
“Kalian juga makanlah !” Nenek menyimpan satu potong ayam goreng di piring Dika dan Raymond.
“Baik.”
“Nyonya Muda sangat cantik.”
“Ucapan mereka jauh lebih enak didengar dari pada pelayan bodoh itu,” julid Feli meliriknya.
“Kurang ajar dia menentangku !” pelayan itu marah dan berniat jahat.
“Nenek terima kasih membantuku berganti pakaian tapi baju ini milik siapa ?” meski sudah tau Feli tetap bertanya.
“Milik Ibu Mertuamu.”
“Emn …”
“Syukurlah dia tidak bertanya banyak tentang Ayah dan Ibunya Shankara,” suara hati Nenek.
“Aku tidak membawa pakaian dari rumah karena seseorang melarangnya.”
“Nenek akan membawamu membelinya. Shan kamu masih ada pekerjaan ? jika tidak temani Nenek dan Feli,” Shankara menjawab dengan anggukan.
Selesai makan Nenek meminta pelayan membantu Feli bersiap “Dila bantu Shanaya bersiap !”
“Baik Nyonya Besar.”
“Ternyata benar dia pelayan yang membuli Shanaya.”
“Silahkan Nyonya,” meminta Feli jalan lebih dulu.
“Baiklah mari mulai permainannya,” Feli sudah siap menghadapi Dila yang akan membuli dia nantinya.
Sesampainya di kamar Feli duduk di depan cermin dan Dila mengambil catokan rambut, dua orang temannya juga ikut membantu.
“Ambil !” Dila memberi kode agar temannya mengambil barang yang sudah disiapkan sebelumnya.
“Akan ku gagalkan rencana busuk kalian,” Feli dengan sengaja menjulurkan kakinya sehingga Dila yang hendak mencolokan catokkan tersandung dan terjatuh.
“Maaf aku tidak sengaja,” membantunya berdiri.
“Tidak apa-apa,” pura-pura tidak keberatan.
“Mari kita lihat apa kamu masih berani,” catokan di tangannya mulai panas.
“Tunggu ! tolong ambilkan gelas itu !”
“Baiklah,” menutupi ekspresi kesal.
“Tolong jepit rambut itu !”
“Buah itu !” Feli terus-terusan meminta ini itu untuk menggagalkan rencananya.
“Nyonya !!!”
“Hehe lakukanlah !”
Benar saja Dila berencana membakar wajah Feli dengan catokan panas itu, untungnya Feli berhasil menghindar tetapi rambutnya terkena lem bulu mata.
“Sial wajahku selamat malah rambut yang kena, bagaimana ini sulit dilepaskan ?”
“Nyonya maaf saya tidak sengaja,” Dila berpura-pura merasa bersalah.
“Nyonya anda tidak apa-apa,” temannya pura-pura peduli padahal dia sudah menyiapkan rencana lain.
Teman Dila pura-pura tersandung “Awas hati-hati !” seorang wanita seumuran Feli tidak sengaja mendengar kebisingan, dia pun mengeceknya ke sumber suara.
“Apa yang kalian lakukan ?” tanya wanita itu.
“Jangan ikut campur wanita penghibur.”
“Tunggu dia ….” Feli mencoba menebak siapa wanita itu.