Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12
Sudah seminggu berlalu sejak kesalahan pahaman itu berlalu. Amara dan Mars bagaikan orang asing yang saling tidak bertegur sapa atau menyapa. Walau terlihat jelas jika keduanya masing sering curi pandang, namun dalam kejauhan.
Siang ini Mars pulang di temani seorang gadis, ia melihat Amara sedang berjalan sendirian dari lantai atas. Dengan sengaja Mars menggandeng gadis di sampingnya berjalan keluar dari kampus, dan Amara hanya bisa merasakan dada yang sesak melihat hal itu, tanpa bisa marah atau meluapkannya.
Mars melajukan mobilnya dengan seenaknya, ia mendengar gadis sampingnya bercerita entah apa yang di ceritakan yang jelas pikiran Mars tidak pada gadis itu. Pikirannya melamun sampai ia mengerem mobilnya secara mendadak karena ia sadar sedang lampu merah.
Brakkk.....
Mars menoleh kebelakang ternyata ada seorang pria yang menabraknya dari belakang. Semula Mars hendak menolong pria tersebut dan akan meminta maaf karena keteledorannya pula. Namun begitu melihat Pria yang menabraknya adalah Pria yang sama dengan yang menjemput Amara kemarin, ia mulai emosi dan mencari cara untuk mempersulit hidup pria itu.
"Aku minta maaf." ujar Amar dengan sopan karena menabrak mobilnya, walau bukan salah Amar sepenuhnya, Mars menepi dan mengerem mendadak membuat Amar terlambat untuk mengerem pula.
"Tidak...." Mars berhenti berucap begitu melihat wajah Pria yang benar tidak asing diingatannya.
"Tidak ada kata maaf sebelum kamu mengganti kerusakan mobilku. Apa kamu tahu berapa jumlah mobilku di produksi di Indonesia? Dan sekarang kamu merusaknya begitu saja." jawab Mars dengan nada yang sudah berubah tegas.
"Tapi motorku juga rusak. Lagi pula ini bukan murni kesalahanku, kamu menepikan mobil dan mengerem mendadak." sanggah Amar
"Aku berhenti karena lampu merah apa kamu paham?" jawab Mars merasa benar.
"Tapi tidak seharusnya kamu menepi seenaknya, ini jalanan umum." jawab Amar membela diri.
Perdebatan tidak bisa terelakkan, membuat polisi yang bertugas mengamankan keduanya dan membawa ke kantor polisi terdekat. Sang gadis tetap menemani Mars di kantor polisi, sedangkan Amara melihat dengan tatapan jijik melihat gadis yang bersama Mars. Baju tanktop, rok mini bahkan Amar melihatnya pun merasa malu sendiri, ia berpikir jika seandainya adiknya berpakaian seperti itu, ia sudah mencabik cabik habis adiknya.
Polisi menyarankan agar keduanya menelpon orang tua masing masing karena perdebatan saja yang ia terima dari keduanya yang saling menyalahkan satu sama lain.
Ayah Amar datang lebih dulu, dengan pakaian sederhana, ia bersikap tenang dan mendengarkan dulu anaknya bercerita.
Berbeda dengan Papa Mars yang datang dengan setelan jas, sepatu kinclong mendatangi kantor polisi banyak pegawai polisi yang sudah mengenalnya.
"Tingkah apalagi yang kamu perbuat Tuan muda Wilson?" tanya Papa Mars begitu melihat anaknya berdiri menyambutnya.
"Mobil baru sebulan Mars, itu hadiah ulang tahunmu dan kamu sudah merusaknya. Apa kamu tahu berapa harga yang aku keluarkan untuk membayarnya." ujar Papa Mars dengan angkuh, ia kemudian melihat Amar dan ayahnya yang juga sedang melihatnya dengan tatapan meremehkan angkuh.
"Apa yang kamu harapkan dari mereka, untuk makan saja mereka tidak bisa." ucap Papa Mars dengan melihat putranya.
"Biarkan mereka mengganti kerusakan mobil itu, karena dia yang menabraknya." jawab Mars
"Mudah sekali kamu bicara." jawab Papa Mars, mendengar jawaban putranya yang tidak merasa bersalah sedikitpun.
"Sudahlah Pa, mobil itu sudah kamu berikan padaku. Jadi biarkan aku yang mengurusi sendiri." jawab Mars malas berdebat dengan Papanya.
"Haaa..ha. Kamu urus sendiri. Karena Tuan muda Wilson sudah pandai mengurus diri sekarang. Bahkan memilih gadis pun kamu tidak becus." ujar Papa Mars sambil melirik gadis yang duduk menunggu Mars, namun gadis itu tidak mendengar hanya Papa dan Mars saja yang mendengar.
Entah apa yang di bicarakan Papa Mars dengan polisi sampai akhirnya Papa Mars pergi dengan memakai kembali kaca mata hitam. Walaupun sudah berumur empat puluh tahunan Papa Mars masih terlihat sangat muda dan tampan, hanya saja ia terlalu angkuh dalam menilai seseorang.
Setelah berdiskusi dengan Papa Mars, keduanya pun di panggil ke kantor untuk di bacakan putusan, jika Amar harus mengganti semua kerusakan biaya mobil Mars. Tentu saja hal itu membuat emosi Amar naik, karena itu bukan seratus persen salahnya namun ia harus menanggung semua biaya kerusakan mobil Mars, sedangkan motornya sendiri juga mengalami kerusakan.
Ayah Amar hanya bisa menenangkan Amar, dan menyuruhnya untuk menaati aturan dari polisi dari pada anaknya di penjara, ayah Amar menyetujui keputusan itu. Walau dengan permintaan mereka harus mencicil setiap bulan, untuk biaya kerusakan itu. Semula Mars menolak, namun ketika ayah Amar tidak punya uang, dan rela di penjara menggantikan anaknya, hati Mars pun menjadi tidak tega dan akhirnya setuju.
Sampai di rumah Amara mendengar kabar dari Ibunya jika Amar sedang di kantor polisi, ia yang tidak sabar menunggu ayah dan saudara kandungnya nekat ingin menyusul ke kantor polisi. Sampai di kantor polisi Amara melihat motor Amar yang rusak bagian depan dan mobil Mars juga terparkir disana, membuat Amara berpikir sejenak jika Mars dan Amar sedang terlibat masalah tabrakan.
Benar saja terlihat Mars keluar dari dalam kantor di ikuti gadis yang ia rangkul ketika di kampus tadi, hanya sekarang Mars berjalan tegap sendiri dan gadis itu di belakangnya. Tak ingin terlihat Mars, Amara pun sembunyi ke kamar mandi agar tidak terlihat Mars, karena kebetulan samping kantor polisi ada kamar mandi.
Mars masih menggunakan mobilnya, dan melaju meninggalkan kantor polisi. Tidak berapa lama terlihat Amar dan ayahnya juga keluar dari kantor. Amara segera mendekatinya dan menanyakan keadaan Amar, karena ia mendengar dari ibunya jika Amar kecelakaan.
"Aku baik baik saja. Kamu kenapa bisa disini?" tanya Amar.
"Aku khawatir, jadi aku langsung kemari memastikan." jawab Amara. Walaupun mereka sering bertengkar dan tidak rukun namun mereka saling mengkhawatirkan satu sama lain.
"Kamu temani ayah pulang, aku akan membawa motorku ke bengkel." jawab Amar dan disetujui oleh Amara.
Begitu sampai rumah, Amara mendengar semua cerita kejadian yang dialami Amar tadi siang, ia sangat merasa bersalah akan hal ini. Amara percaya jika sebenernya Mars tidak akan mempersulit Amar seperti ini jika tidak ada kesalahan pahaman diantara mereka.
Amara berjanji besok ia akan menemui Mars dan membicarakan akan peristiwa ini. Ia tidak rela jika Amar harus ikut menanggung kesalahan yang ia perbuat, bagaimana pun ini berawal dari kesalahan Amara yang memberi harapan pada Mars, sampai menimbulkan kebencian Mars terhadap dirinya dan orang orang di sekitarnya. Terlebih ia mendengar jika Amar sudah di beri kabar jika ia harus membayar jumlah kerusakan mobil senilai dua puluh lima juta rupiah. Nilai yang sangat banyak bagi keluarga bawah seperti keluarga Amara.
Bersambung....