NovelToon NovelToon
SAAT AKU SUDAH DIAM

SAAT AKU SUDAH DIAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:58k
Nilai: 5
Nama Author: iraurah

Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.

Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.

Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.

Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.

Follow Instragramm : @iraurah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masuk Rumah Sakit

Masih sangat dini ketika suara berisik dari arah kamar mandi memecah kesunyian. Arsen, yang tengah terlelap, perlahan membuka matanya. Ruangan masih remang-remang, jam dinding menunjukkan pukul 04.17. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba menghalau rasa kantuk yang masih melekat. Suara itu kembali terdengar—lirih namun jelas, suara seperti seseorang yang tengah memuntahkan isi perut.

Perasaan cemas langsung menyeruak dalam dada Arsen. Ia menoleh ke sisi ranjang, mendapati tempat itu kosong. Tanpa pikir panjang, ia bangkit dan melangkah cepat menuju kamar mandi.

Ketika pintu kamar mandi terbuka, pemandangan yang ia lihat membuat jantungnya mencelos. Anita tengah terduduk lemas di lantai, tubuhnya bersandar pada dinding sambil memegangi perutnya. Wajahnya tampak sangat pucat, rambutnya berantakan dan pelipisnya basah oleh keringat dingin. Di depannya, kloset terbuka dan terlihat jelas bahwa ia baru saja muntah hebat.

“Anita!” seru Arsen panik. Ia segera menghampiri, berlutut di samping istrinya dan memegang bahunya. “Sayang, kamu kenapa? Sejak kapan kamu di sini?”

Anita tidak menjawab. Ia hanya melirik sekilas ke arah Arsen, sebelum kembali menunduk dan memuntahkan cairan lagi. Tubuhnya gemetar, bibirnya bergetar, dan matanya tampak sayu. Arsen langsung mengambil keputusan.

“Kita ke dokter sekarang juga. Tidak ada tawar-menawar,” ucapnya tegas, sambil mengangkat tubuh Anita dengan perlahan namun mantap.

Perempuan itu tak memberi respons, bahkan tidak sempat menggeleng atau berkata tidak. Tubuhnya nyaris tidak memberikan perlawanan, seakan sudah menyerah pada rasa sakit dan kelemahan. Arsen menggendongnya keluar dari kamar mandi dengan hati-hati, berusaha tidak membuat gerakan yang bisa memperparah kondisi istrinya.

Setelah meletakkan Anita sejenak di atas ranjang, Arsen berlari kecil ke wastafel untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Ia tahu tidak ada waktu untuk mandi atau berlama-lama. Setelah itu ia mengganti pakaiannya dengan setelan kasual yang nyaman. Ia mengambil pakaian Anita dari lemari, membantu istrinya berganti pakaian dengan perlahan dan penuh kehati-hatian.

Tak butuh waktu lama, mereka sudah berada di dalam mobil. Arsen mengatur posisi duduk Anita agar lebih nyaman, dan memberikan kantong muntah yang selalu tersedia di mobil mereka. Ia menyalakan mesin, dan dalam sekejap, kendaraan melaju cepat meninggalkan halaman rumah, menembus sepi dan dinginnya udara subuh.

Perjalanan menuju rumah sakit terasa lebih lama dari biasanya bagi Arsen, meskipun hanya berjarak sekitar dua puluh menit. Setiap kali Anita kembali memuntahkan cairan ke dalam kantong, perasaan khawatirnya semakin menebal. Ia terus menatap ke arah istrinya dengan sudut mata, mencoba memastikan bahwa Anita masih sadar dan tidak kehilangan kesadaran.

“Sayang, sebentar lagi kita sampai. Tahan sebentar lagi, ya…” gumam Arsen dengan suara parau.

Anita hanya memejamkan mata, mengangguk lemah tanpa suara. Tangan kirinya menggenggam ujung jaket Arsen yang tersampir di kursi, seolah berusaha mencari pegangan di tengah rasa tidak nyaman yang membuncah.

Sesampainya di Rumah Sakit Citra Karsa, Arsen langsung menghentikan mobil di depan ruang UGD. Ia keluar dari mobil dan bergegas membuka pintu penumpang, lalu kembali menggendong Anita ke dalam. Seorang perawat yang berjaga di pintu segera menghampiri dengan kursi roda.

“Pasien hamil dengan keluhan muntah hebat dan kelemahan tubuh,” jelas Arsen cepat.

Tim medis segera mengambil alih. Anita dibaringkan di ranjang UGD, dan perawat mulai memasang infus serta memeriksa tekanan darah. Seorang dokter jaga datang menghampiri, menanyakan riwayat dan gejala yang dialami.

“Apakah pasien sudah diperiksa kandungannya beberapa hari terakhir?” tanya sang dokter sambil mencatat.

“Belum dok, istri saya baru dinyatakan positif satu minggu lalu. Tapi sejak dua hari kemarin dia mulai lemas dan sering mengeluh nyeri perut bawah. Tadi pagi bahkan muntah sampai lemas begini,” jawab Arsen, suaranya terdengar khawatir namun berusaha tetap tenang.

“Baik, kami akan lakukan pemeriksaan USG darurat dan cek darah. Mohon tunggu di luar sebentar, Pak.”

Arsen mengangguk pelan. Meski berat, ia akhirnya berjalan keluar dari ruang UGD dengan langkah pelan. Setelah duduk di salah satu kursi tunggu, ia merogoh ponsel dari saku celananya. Jemarinya sempat gemetar ketika menekan nama ibunya di daftar kontak:

Telepon tersambung dalam dua dering.

“Arsen? Pagi-pagi begini, kenapa?” suara ibunya terdengar sedikit mengantuk.

“Mama… Anita dibawa ke rumah sakit. Dia muntah hebat, lemas sekali. Sekarang sedang berada di UGD.”

“Ya Tuhan…! Kenapa bisa begitu? Dari tadi malam dia sudah sakit?”

“Dari kemarin-kemarin dia memang sudah kelihatan pucat, tapi tadi subuh kondisinya makin memburuk.”

Miranda langsung terdengar panik. “Kamu di rumah sakit mana sekarang?”

“Citra Karsa. Ma”

“Mama langsung ke sana sekarang. Tunggu, ya. Jaga Anita baik-baik. Tolong kabari kalau ada hasil pemeriksaan,” ujar Miranda cepat, tanpa sempat menunggu jawaban dari Arsen sebelum menutup sambungan telepon.

Arsen menatap layar ponselnya sejenak, lalu menarik napas panjang. Kepalanya bersandar ke dinding dingin ruangan, pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan buruk. Namun ia buru-buru mengusir pikiran negatif itu. Tidak, ia tidak boleh membiarkan dirinya larut dalam kecemasan.

Beberapa menit kemudian, seorang perawat keluar dari ruang UGD.

“Pak Arsen? Istri Bapak akan dibawa ke ruang observasi sementara. Dokter akan menemui anda sebentar lagi.”

Arsen segera berdiri. “Kondisinya bagaimana?”

“Kondisinya cukup stabil sekarang setelah diberi cairan infus. Tapi dokter masih perlu observasi lebih lanjut, termasuk kondisi janin. Nanti beliau akan jelaskan lebih rinci.”

Arsen mengangguk dan mengikuti perawat hingga ke ruang observasi, di mana Anita kini terbaring dengan selang infus di tangan. Wajahnya masih tampak lemah, namun tidak sekacau beberapa jam yang lalu. Napasnya teratur, dan matanya sedikit terbuka saat melihat Arsen mendekat.

“Pih…” ucapnya lirih.

Arsen menggenggam tangannya dan mencium punggung tangan itu dengan lembut. “Tenang, aku di sini. Semuanya akan baik-baik saja.”

Tak lama kemudian, dokter yang memeriksa Anita datang menghampiri mereka.

“Selamat pagi, Pak Arsen, Bu Anita. Saya dr. Wenny, dokter jaga sekaligus dokter kandungan di sini. Dugaan sementara, kondisi ibu mengalami hiperemesis gravidarum, yaitu mual dan muntah berlebihan yang sering terjadi pada awal kehamilan. Namun ini hanya dugaan awal saja, untuk lebih jelaskan kami akan informasikan setelah ibu Anita melakukan serangkaian pemeriksaan"”

“Apakah berbahaya, Dok?” tanya Arsen dengan sorot mata tajam penuh kekhawatiran.

“Jika tidak ditangani dengan baik, bisa menyebabkan dehidrasi dan gangguan pada janin. Tapi untungnya Ibu Anita masih dalam tahap yang bisa dikendalikan. Kami sudah memberikan cairan infus dan obat anti-muntah.”

Arsen mengangguk tegas. “Lakukan yang terbaik, Dok. Saya mohon.”

“Tentu. Kami akan pantau terus. Untuk sementara, Ibu Anita perlu beristirahat total. Tidak banyak gerak, dan hindari stres,” ucap dr. Wenny dengan nada menenangkan.

Setelah dokter pergi, Arsen kembali duduk di samping tempat tidur Anita, tak henti menggenggam tangannya. Ia harus lebih waspada, lebih peduli, dan lebih banyak mendampingi.

Satu jam kemudian, Miranda tiba di rumah sakit. Langkahnya cepat memasuki ruang observasi dan langsung menghampiri putranya.

“Mana Anita? Bagaimana keadaannya?”

Arsen berdiri menyambut ibunya dan memeluknya sebentar. “Dia di dalam, Ma. Sudah agak membaik. Tapi masih perlu diawasi.”

Miranda segera mendekat ke sisi tempat tidur Anita dan menyentuh rambut menantunya dengan lembut. “Kamu istirahat saja, Nak. Mama di sini sekarang…”

Anita menatap wajah mertuanya dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa sangat lelah, namun juga bersyukur karena dikelilingi orang-orang yang begitu mencintainya.

"Doakan Anita, Ma"

"Tentu sayang, tentu!"

1
Siti Nurjanah
nanda ini cwek loh tp jahat bgt. tp aku lebih setuju sih anita sama baim aja biar bahagia
Rahma Inayah
yg tertekan tu Anita BKN Arsen yg ada Arsen slalu suka bathin Anita slalu salh apa yg di kerjakan Anita Dimata Arsen apalgi pasca keguguran yg katanya Anita sengaja meminum obat penggugur kandungan.yg TDK mau welcome tu km ananda GK suka Bahakan membenci Anita padahal Anita TDK pernah berbuat slah tp slalu dikambing hitam kan .contoh sja pas akikah ank ananda .Arsen di undang tp dia TDK cerita pada Anita hal hasil Anita di marahi ananda yg katanya TDK boleh Arsen hadir di acara akikah anak ananda padhalanira TDK tau SMA sekali .Anita slalu berusaha utk membuat dgn Kel Arsen tp adik dan Kel yg lain TDK mau trma Anita .kecuali mama nya Arsen yg slalu perhatian DNA syg pada anita.jahat banget Anita mau ngancurin ruang tangga Arsen dan Anita .inget ananda tuhan tu GK TDR suatu saat km akn dapat karna nya atas apa yg sdh km lakukan
Ana_Mar
dasar adek ga tahu diri loe Nanda!
loe ga tahu apa-apa tentang rumah tangga kakakmu, apa yang telah di lakuin kakakmu ke Nita. mudahan aja ya Nanda anakmu ga kenapa-kenapa, jangan sampe metong dia gegara mulutmu itu yang ga pernah loe jaga.
lagian juga loe Natasha, loe juga wanita. kalo itu berbalik ke loe sendiri, loe mau di posisi Nita?? bangga banget loee mau-maunya jadi pelakor. namanya pelakor dan kalopun kamu berhasil merebut Arsen, percayalah kebahagiaanmu itu hanya sesaat, setelah itu kehancuranlah yang kamu dapat.
ChikoRamadani
tega banget si ananda, sesama perempuan tidak punya empati dan malah menyudutkan anita. soal keguguran itu padahal sudah pernah dijelaskan anita tapi 1manusia pun dari keluarga mereka tidak percaya dan menganggap bahwa anita senjaga...

dan sekarang dia malah setuju kalau sahabatnya punya hubungan dengan arsen... sudah anita jika nanti kamu tau arsen selingkuh dengan natasha lebih baik kamu mundur pergi jauh dari keluarga arsen yang toxic ... kamu punya usaha kamu bisa hidup bahagia dan bisa dapatkan laki2 yang baik dan setia....
Fitri Yani
bertele tele
Yoona Mell Abdullah
Anita lupa kan asnen..cari lah kebahagian diri sendiri😔
Siti Zaid
Author lanjut lagi...semangat💪💪💪
Cookies
parah, keluarga toxid, kasian Anita thor,
Uthie
Terus lah bertahan dengan kesakitan mu Anita.... hingga kau tau saatnya kapan kau harus berhenti dari kesakitan tersebut!!! 😌
Uba Muhammad Al-varo
Arsen lagi nunggu waktu datang nya penyesalan terberat dalam hidup nya, akibat dari penghianatan dan Anita lagi menunggu kebahagiaan yang sebenarnya dari seorang lelaki yang mencintai kelebihan dan kekurangan nya
Ma Em
Arsen setiap berbuat kesalahan begitu mudahnya minta maaf lalu Arsen ulang lagi dan lagi , mungkin Anita mulai sadar bahwa keberadaannya seperti tdk di anggap .
Ana_Mar
berkali-kali kamu merasa ada penyesalan dan dengan mudahnya mengatakan "maaf", tapi nyatanya itu bukan dari lubuk hatimu yg paling dalam sen ke nita.
mudahan kebohonganmu segera kebongkar, kasihan nita yg tulus ke kamu tapi yg di tulusin justru menikam dibelakangnya.
Ana_Mar: samaan kk/Grin/
tapi Arsen selalu bikin darting/Facepalm/
Elen: AQ menunggu terus loh updatetannya.sehari berulang kali cek
total 2 replies
Arin
Arsen mulai merasa nyaman dengan perhatian dari wanita lain. Dan mulai mengabaikan Anita sedikit demi sedikit
Rahma Inayah
aresen sdh mulai bermain api NNT Terbakar sendri dan pada saat itu menyesal pun tiada guna .hars nya prioritas kan istri dlm masa penyembuhan BKN nya sibuk dgn dunia luar istri juga butuh perhatian dan suport
Yuliana Purnomo
mulai kebohongan Arsen lakukan,,niihh bibit 2 kehancuran
Ma Em
Semoga Anita segera mengetahui semua kebohongan Arsen dan Anita sadar bahwa Anita sdh tdk diutamakan lagi sama Arsen dan Arsen lbh mementingkan bersama dgn perempuan lain
Uba Muhammad Al-varo
si Arsen sekarang merasakan enak nyambung ngobrol sama Natasha tapi setelah kau berpisah dan bersatu dengan Natasha, yang kau rasakan kehidupan mu pahit bagai di neraka dan tidak dapat keturunan anak,jadi nggak sabar nunggu penyesalan terdalammu Arsen /Determined//Determined//Determined/
Elen
bagus pol
Elen
AQ nunggu terus loh.penasaran pol
Halimah
Capek bgt ya punya suami kek gini😡😡😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!