NovelToon NovelToon
SAAT AKU SUDAH DIAM

SAAT AKU SUDAH DIAM

Status: sedang berlangsung
Genre:KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Penyesalan Suami
Popularitas:266.8k
Nilai: 5
Nama Author: iraurah

Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.

Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.

Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.

Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.

Follow Instragramm : @iraurah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masuk Rumah Sakit

Masih sangat dini ketika suara berisik dari arah kamar mandi memecah kesunyian. Arsen, yang tengah terlelap, perlahan membuka matanya. Ruangan masih remang-remang, jam dinding menunjukkan pukul 04.17. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba menghalau rasa kantuk yang masih melekat. Suara itu kembali terdengar—lirih namun jelas, suara seperti seseorang yang tengah memuntahkan isi perut.

Perasaan cemas langsung menyeruak dalam dada Arsen. Ia menoleh ke sisi ranjang, mendapati tempat itu kosong. Tanpa pikir panjang, ia bangkit dan melangkah cepat menuju kamar mandi.

Ketika pintu kamar mandi terbuka, pemandangan yang ia lihat membuat jantungnya mencelos. Anita tengah terduduk lemas di lantai, tubuhnya bersandar pada dinding sambil memegangi perutnya. Wajahnya tampak sangat pucat, rambutnya berantakan dan pelipisnya basah oleh keringat dingin. Di depannya, kloset terbuka dan terlihat jelas bahwa ia baru saja muntah hebat.

“Anita!” seru Arsen panik. Ia segera menghampiri, berlutut di samping istrinya dan memegang bahunya. “Sayang, kamu kenapa? Sejak kapan kamu di sini?”

Anita tidak menjawab. Ia hanya melirik sekilas ke arah Arsen, sebelum kembali menunduk dan memuntahkan cairan lagi. Tubuhnya gemetar, bibirnya bergetar, dan matanya tampak sayu. Arsen langsung mengambil keputusan.

“Kita ke dokter sekarang juga. Tidak ada tawar-menawar,” ucapnya tegas, sambil mengangkat tubuh Anita dengan perlahan namun mantap.

Perempuan itu tak memberi respons, bahkan tidak sempat menggeleng atau berkata tidak. Tubuhnya nyaris tidak memberikan perlawanan, seakan sudah menyerah pada rasa sakit dan kelemahan. Arsen menggendongnya keluar dari kamar mandi dengan hati-hati, berusaha tidak membuat gerakan yang bisa memperparah kondisi istrinya.

Setelah meletakkan Anita sejenak di atas ranjang, Arsen berlari kecil ke wastafel untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Ia tahu tidak ada waktu untuk mandi atau berlama-lama. Setelah itu ia mengganti pakaiannya dengan setelan kasual yang nyaman. Ia mengambil pakaian Anita dari lemari, membantu istrinya berganti pakaian dengan perlahan dan penuh kehati-hatian.

Tak butuh waktu lama, mereka sudah berada di dalam mobil. Arsen mengatur posisi duduk Anita agar lebih nyaman, dan memberikan kantong muntah yang selalu tersedia di mobil mereka. Ia menyalakan mesin, dan dalam sekejap, kendaraan melaju cepat meninggalkan halaman rumah, menembus sepi dan dinginnya udara subuh.

Perjalanan menuju rumah sakit terasa lebih lama dari biasanya bagi Arsen, meskipun hanya berjarak sekitar dua puluh menit. Setiap kali Anita kembali memuntahkan cairan ke dalam kantong, perasaan khawatirnya semakin menebal. Ia terus menatap ke arah istrinya dengan sudut mata, mencoba memastikan bahwa Anita masih sadar dan tidak kehilangan kesadaran.

“Sayang, sebentar lagi kita sampai. Tahan sebentar lagi, ya…” gumam Arsen dengan suara parau.

Anita hanya memejamkan mata, mengangguk lemah tanpa suara. Tangan kirinya menggenggam ujung jaket Arsen yang tersampir di kursi, seolah berusaha mencari pegangan di tengah rasa tidak nyaman yang membuncah.

Sesampainya di Rumah Sakit Citra Karsa, Arsen langsung menghentikan mobil di depan ruang UGD. Ia keluar dari mobil dan bergegas membuka pintu penumpang, lalu kembali menggendong Anita ke dalam. Seorang perawat yang berjaga di pintu segera menghampiri dengan kursi roda.

“Pasien hamil dengan keluhan muntah hebat dan kelemahan tubuh,” jelas Arsen cepat.

Tim medis segera mengambil alih. Anita dibaringkan di ranjang UGD, dan perawat mulai memasang infus serta memeriksa tekanan darah. Seorang dokter jaga datang menghampiri, menanyakan riwayat dan gejala yang dialami.

“Apakah pasien sudah diperiksa kandungannya beberapa hari terakhir?” tanya sang dokter sambil mencatat.

“Belum dok, istri saya baru dinyatakan positif satu minggu lalu. Tapi sejak dua hari kemarin dia mulai lemas dan sering mengeluh nyeri perut bawah. Tadi pagi bahkan muntah sampai lemas begini,” jawab Arsen, suaranya terdengar khawatir namun berusaha tetap tenang.

“Baik, kami akan lakukan pemeriksaan USG darurat dan cek darah. Mohon tunggu di luar sebentar, Pak.”

Arsen mengangguk pelan. Meski berat, ia akhirnya berjalan keluar dari ruang UGD dengan langkah pelan. Setelah duduk di salah satu kursi tunggu, ia merogoh ponsel dari saku celananya. Jemarinya sempat gemetar ketika menekan nama ibunya di daftar kontak:

Telepon tersambung dalam dua dering.

“Arsen? Pagi-pagi begini, kenapa?” suara ibunya terdengar sedikit mengantuk.

“Mama… Anita dibawa ke rumah sakit. Dia muntah hebat, lemas sekali. Sekarang sedang berada di UGD.”

“Ya Tuhan…! Kenapa bisa begitu? Dari tadi malam dia sudah sakit?”

“Dari kemarin-kemarin dia memang sudah kelihatan pucat, tapi tadi subuh kondisinya makin memburuk.”

Miranda langsung terdengar panik. “Kamu di rumah sakit mana sekarang?”

“Citra Karsa. Ma”

“Mama langsung ke sana sekarang. Tunggu, ya. Jaga Anita baik-baik. Tolong kabari kalau ada hasil pemeriksaan,” ujar Miranda cepat, tanpa sempat menunggu jawaban dari Arsen sebelum menutup sambungan telepon.

Arsen menatap layar ponselnya sejenak, lalu menarik napas panjang. Kepalanya bersandar ke dinding dingin ruangan, pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan buruk. Namun ia buru-buru mengusir pikiran negatif itu. Tidak, ia tidak boleh membiarkan dirinya larut dalam kecemasan.

Beberapa menit kemudian, seorang perawat keluar dari ruang UGD.

“Pak Arsen? Istri Bapak akan dibawa ke ruang observasi sementara. Dokter akan menemui anda sebentar lagi.”

Arsen segera berdiri. “Kondisinya bagaimana?”

“Kondisinya cukup stabil sekarang setelah diberi cairan infus. Tapi dokter masih perlu observasi lebih lanjut, termasuk kondisi janin. Nanti beliau akan jelaskan lebih rinci.”

Arsen mengangguk dan mengikuti perawat hingga ke ruang observasi, di mana Anita kini terbaring dengan selang infus di tangan. Wajahnya masih tampak lemah, namun tidak sekacau beberapa jam yang lalu. Napasnya teratur, dan matanya sedikit terbuka saat melihat Arsen mendekat.

“Pih…” ucapnya lirih.

Arsen menggenggam tangannya dan mencium punggung tangan itu dengan lembut. “Tenang, aku di sini. Semuanya akan baik-baik saja.”

Tak lama kemudian, dokter yang memeriksa Anita datang menghampiri mereka.

“Selamat pagi, Pak Arsen, Bu Anita. Saya dr. Wenny, dokter jaga sekaligus dokter kandungan di sini. Dugaan sementara, kondisi ibu mengalami hiperemesis gravidarum, yaitu mual dan muntah berlebihan yang sering terjadi pada awal kehamilan. Namun ini hanya dugaan awal saja, untuk lebih jelaskan kami akan informasikan setelah ibu Anita melakukan serangkaian pemeriksaan"”

“Apakah berbahaya, Dok?” tanya Arsen dengan sorot mata tajam penuh kekhawatiran.

“Jika tidak ditangani dengan baik, bisa menyebabkan dehidrasi dan gangguan pada janin. Tapi untungnya Ibu Anita masih dalam tahap yang bisa dikendalikan. Kami sudah memberikan cairan infus dan obat anti-muntah.”

Arsen mengangguk tegas. “Lakukan yang terbaik, Dok. Saya mohon.”

“Tentu. Kami akan pantau terus. Untuk sementara, Ibu Anita perlu beristirahat total. Tidak banyak gerak, dan hindari stres,” ucap dr. Wenny dengan nada menenangkan.

Setelah dokter pergi, Arsen kembali duduk di samping tempat tidur Anita, tak henti menggenggam tangannya. Ia harus lebih waspada, lebih peduli, dan lebih banyak mendampingi.

Satu jam kemudian, Miranda tiba di rumah sakit. Langkahnya cepat memasuki ruang observasi dan langsung menghampiri putranya.

“Mana Anita? Bagaimana keadaannya?”

Arsen berdiri menyambut ibunya dan memeluknya sebentar. “Dia di dalam, Ma. Sudah agak membaik. Tapi masih perlu diawasi.”

Miranda segera mendekat ke sisi tempat tidur Anita dan menyentuh rambut menantunya dengan lembut. “Kamu istirahat saja, Nak. Mama di sini sekarang…”

Anita menatap wajah mertuanya dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa sangat lelah, namun juga bersyukur karena dikelilingi orang-orang yang begitu mencintainya.

"Doakan Anita, Ma"

"Tentu sayang, tentu!"

1
Sulfia Nuriawati
mandiri secara financial utk apa bertahan dlm rmh tgga yg g sehat, fisik d sakiti hati jg sm ya mending mundur utk rt yg toxic itu jgn bodoh, laki² kalo udah biasa KDRT g bakal stop tp menikmati. kcuali bs bls beda lg kalo berani y d hajar balik biar kapok
Sulfia Nuriawati
perempuan oon yg mau bertahan dg monster, jd perempuan tu jgn cm mikir cinta tp d siksa pk. logika berarti su aa minya ada sesuatu mk nya brbh kyknya pny cabang lg itu anita bego😡😡😡
Rahma Inayah
sekrng Arsen bucin SM Anita dl mah JD suami istri Anita yg bucin
Audrey Chanel
up Kakak sayang🙏⚘️⚘️⚘️makin Seruuuu nih🥰🥰🥰
Ana_Mar
ternyata si Arsen ga pernah berubah🙄, punya hak apa kamu atas Anita?
Anita wanita single, sah-sah saja Anita bawa lelaki siapapun, selagi mereka tahu batasan.
jangan merasa pernah jadi mantan suami, kamu semena-mena ke Anita.
ga malu perbuatanmu dulu ke Anita, apa penyebab perceraian kalian?
Baim lebih baik daripada kamu sen..
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya update juga, terima kasih kakak Author,masih penasaran sama Anita dan Arsen kedepannya hubungan nya mau dibawa kemana 🤔🤔🤔
Siti Zaid
Semoga author terus berjaya dan berjaya dalam hidup dan juga penulisan dan dipermudahkan segala urusan😊
Jemiiima__: Halo sahabat pembaca ✨
‎Aku baru merilis cerita terbaru berjudul BUKAN BERONDONG BIASA
‎Bercerita tentang Lucyana yang dikhianati oleh masa lalu, lalu terjebak dalam pernikahan mendadak dengan Sadewa—seseorang yang jauh lebih muda dengan luka sendiri yang membuatnya trauma.
‎Bisakah keduanya bertahan? Ataukah cinta mereka akan menyerah pada masa lalu yang menghantui?
‎Mampir, ya… siapa tahu kamu ikut jatuh hati pada perjalanan mereka.
‎Dukung dengan like ❤️ & komentar 🤗, karena setiap dukunganmu berarti sekali buatku. Terimakasih💕
total 1 replies
Paradina
semangat kakak
Ais
selamat thor ira sdh wisuda ya smoga kedepan makin lancar jalan menuju sukses dlm hidup thor ira yg penting ttp semangat dan selalu bahagia💪😍😍😍
Yuliana Purnomo
weehhh nekat nya si Arsen 😄
Suci Dava
Anita pindah apartemen aja, laki-laki egois, dulu msh jd istrinya di sia-sia kan bahkan sempet ke lain hati.
atik suryaningsih
alhamdulillah akhirnya up lagi🥰
Marisa Chae
author d tunggu up nya🥲
Selvia Dora Pakpahan
thor kok gak update"
Dy Dy: iya ko lama thor ga update
total 1 replies
Ambu Neng Ismi
jangan lma tjor lanjutan nya...
Uba Muhammad Al-varo
Anita kamu harusnya lebih tegas lagi dan kepada Baim jangan kamu gantung perasaannya,dia lelaki baik dan ada rasa sama kamu Anita
Ana_Mar
ga ada salahnya Baim mengkhawatirkan kamu nit, kamupun tahu kalo Baim memiliki rasa ke kamu tetapi kamu enggan membuka hatimu.
kamu masih terpaut ke Arsen nit, meski kamu tahu perbuatan Arsen dulu gimana. tapi itu hak mu mau pilih yang mana.
Arsen juga harusnya kamu jaga sikap dan bicara, sifatmu gini ga berubah seolah2 Nita ini masih istrimu. cinta sie boleh tapi jangan terlalu posesif. harga privasi Nita juga..
Ana_Mar: siap kk
total 2 replies
🦁R14n@
Seminggu juga ga nongol ini novel
Paradina
long time no update yaaa kakak 😍, semangat terusss#kawal untilend#

anita love arsen 😍😍😍😍
Ana_Mar
Baim....siapkan hatimu potek untuk kesekian kalinya ke Anita🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!