Pernikahan sudah di depan mata. Gaun, cincin, dan undangan sudah dipersiapkan. Namun, Carla Aurora malah membatalkan pernikahan secara sepihak. Tanpa alasan yang jelas, dia meninggalkan tunangannya—Esson Barnard.
Setelah lima tahun kehilangan jejak Carla, Esson pun menikah dengan wanita lain. Akan tetapi, tak lama setelah itu dia kembali bertemu Carla dan dihadapkan dengan fakta yang mencengangkan. Fakta yang berhubungan dengan adik kesayangannya—Alvero Barnard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tekad Vero
"Kamu dan Carla berpisah bukan karena keinginan masing-masing. Tapi, karena keadaan yang memaksa kalian. Aku tahu, Esson, sampai saat ini kamu masih mencintai Carla. Dan aku yakin, Carla juga masih menyimpan rasa yang sama. Esson ... aku tidak akan menahanmu lagi. Kembalilah pada Carla jika itu yang menjadi keinginan hatimu. Kamu cukup mengakui anak ini saja, tidak perlu menghiraukan hubungan kita."
Sangat pelan Tessa mengembuskan napas beratnya, usai berlapang dada untuk memasrahkan akhir hubungan mereka kepada Esson.
Apa lagi memangnya yang dia harapkan? Dari awal hanya dirinya yang punya cinta. Terlebih sekarang Esson sudah tahu alasan kepergian Carla. Bukan tentang pengkhianatan, bukan tentang cinta yang memudar, melainkan karena hal kelam yang di dalamnya juga ada peran Esson. Pasti kini lelaki itu merasa bersalah dan bersimpati. Cinta pula akan mekar lagi dan mungkin malah lebih merekah dari sebelumnya.
Tessa tak mau lagi bertahan pada hubungan yang seperti itu. Terlalu menyakitkan. Walaupun dalam hati ingin egois dengan menggunakan bayinya, tetapi makin ke sini ia seperti membohongi diri sendiri. Pura-pura bahagia hidup dengan orang tercinta, tetapi sebenarnya hati tersiksa karena tak ada cinta yang serupa.
Ternyata tak semudah itu membuat orang jatuh cinta, apalagi di saat orang tersebut belum selesai dengan masa lalunya. Dan mungkin ... mundur itulah pilihan yang terbaik.
Namun, sesaat setelah Tessa selesai mengungkapkan isi hatinya, dengan cepat Vero menyahut. Nada bicaranya lebih tegas dan tanpa tersirat keraguan.
"Aku nggak setuju. Mbak Tessa harus tetap jadi istrinya Kak Esson. Aku yang mencintai Mbak Carla, Mbak, dan aku yang akan memperjuangkan dia!"
Sontak jawaban Vero membuat Tessa terkejut. Setelah dihadapkan pada fakta bahwa Carla pernah dinodai Vero, sekarang ia dihadapkan dengan pengakuan cinta dari seorang Vero. Lelaki itu ... yang tak lain adalah adik kandung Esson, sekarang berniat mengejar mantan wanitanya Esson. Ohh ... apakah ini pertanda baik? Atau justru sebaliknya?
"Carla tidak mencintaimu. Bahkan, dia tidak mau lagi diganggu olehmu. Lepaskan dia, Vero! Jangan membuat Carla kembali terluka dengan keegoisanmu!" sahut Esson sembari menatap Vero. Lantas, ia beralih menatap sang istri. "Kita tidak akan berpisah. Aku dan Carla sudah selesai, kami tidak akan bersama lagi. Setelah ini Carla juga akan kembali ke luar negeri," ucapnya.
Tessa tidak langsung menyahut, sekadar menelan ludah dan mengembuskan napas berat. Di saat Tessa masih bungkam, justru Vero yang kembali membuka suara.
"Aku mengejar Mbak Carla bukan karena egois, Kak, tapi karena aku memang mencintai dia. Dan aku juga ingin bertanggung jawab atas apa yang pernah kulakukan dulu. Aku tahu Mbak Carla terluka, Mbak Carla trauma, itu sebabnya aku menyembuhkan luka dan traumanya."
"Kamu pikir kehadiranmu bisa menyembuhkan luka dan traumanya? Tidak, Vero! Justru dia akan semakin terluka jika kamu tetap memaksakan perasaanmu!" kata Esson, sama tegasnya dengan ucapan Vero.
"Nggak, Kak. Aku pasti bisa menyembuhkan luka dan traumanya Mbak Carla. Aku nggak akan menyerah. Apa pun yang terjadi aku akan tetap mengejarnya dan mempertanggungjawabkan semuanya."
Tekad bulat Vero berhasil memancing emosi Esson. Walaupun dia tidak akan meninggalkan Tessa demi Carla, tetapi juga tidak akan mengizinkan Vero untuk memiliki Carla. Dia tak rela melihat wanita yang masih menjadi pemilik hati, justru berada dalam genggaman adiknya sendiri.
"Kamu jangan gila, Vero! Kamu lupa Carla itu siapa?" Suara Esson mulai menggeram, menahan gejolak emosi yang siap meledak.
"Aku nggak lupa, Kak. Aku ingat dia mantan Kak Esson. Tapi, apa masalahnya? Kalian udah berakhir, Kak Esson juga udah nikah sama Mbak Tessa."
"Vero—"
"Soal usia? Aku sadar, Kak, selisih kami jauh. Tapi, aku mencintainya. Dan menurutku sah-sah aja kok menjalin hubungan dengan wanita yang usianya jauh di atas kita," pungkas Vero.
"Lupakan niat konyolmu itu! Kakak tidak setuju, Vero! Kamu boleh menjalin hubungan dengan perempuan mana pun, tapi jangan Carla!"
"Maaf, Kak, untuk kali ini aku akan tetap pada pendirianku."
Mendengar jawaban Vero yang sangat membangkang, sisa kesabaran Esson raib sudah. Dengan cepat dia bangkit dari duduknya dan melayangkan tatapan tajam ke arah Vero.
"Pakai otakmu baik-baik, Vero! Kamu adalah adikku, sedangkan Carla pernah menjadi tunanganku! Menurutmu bagaimana pandangan orang-orang jika kalian menjalin hubungan? Pikirkan juga perasaan kakak iparmu, apa jadinya jika mantanku justru menjadi wanitamu!" bentak Esson sambil menunjuk-nunjuk wajah Vero.
"Persetan dengan pandangan orang, Kak, aku nggak peduli. Dan untuk Mbak Tessa, aku pasti menjaga perasaannya kok. Aku siap pergi dari rumah ini, Kak. Aku siap memperjuangkan sendiri hidupku dengan Mbak Carla di luar sana. Niatku bukan hanya pacaran, Kak, tapi aku ingin memiliki Mbak Carla dalam ikatan pernikahan."
"Vero!"
"Aku udah masuk dunia bisnis seperti yang Kakak inginkan, padahal Kak Esson tahu apa yang menjadi impian besarku. Aku udah mengalah, sekarang aku nggak mau mengalah lagi."
"Kamu sadar dengan apa yang kamu katakan ini, hah?" Mata Esson melotot tajam, makin pecah emosinya menghadapi adiknya.
"Aku sadar. Dan aku pun tahu ini akan membuat Kak Esson marah. Tapi, aku nggak akan menyerah, Kak. Dengan atau tanpa restu Kakak, aku akan tetap mengejar Mbak Carla. Kakak mau mengusirku dan mengambil semua fasilitasku, aku masih akan tetap mengejar Mbak Carla."
"Pergi dari hadapanku!" usir Esson tanpa menatap Vero. Dia tak ingin hilang kendali dan menghajar Vero lagi, makanya meminta adiknya itu untuk pergi saja dari jangkauan matanya.
"Kak Esson tahu kenapa sampai sekarang Mbak Carla masih sendiri? Karena aku telah merampas hal berharga dalam hidupnya. Aku telah mengambil sesuatu yang berpengaruh pada masa depannya. Silakan saja Kak Esson percaya kalau alasan Mbak Carla belum menikah hanya karena mengejar karier, atau boleh juga Kak Esson naif dan menganggap alasan Mbak Carla karena cintanya padamu masih utuh. Tapi, aku lebih yakin alasan Mbak Carla adalah karena hilangnya rasa percaya diri." Vero menarik napas dan menjeda ucapannya sejenak.
"Mungkin memang nggak semua lelaki menilai wanita dari kegadisannya, tapi terkadang wanita sendiri yang merasa nggak pantas ketika keperawanan itu udah nggak ada dalam dirinya. Nggak semua wanita, tapi aku yakin Mbak Carla adalah salah satunya. Aku tulus mencintainya, Kak. Aku nggak tahu sejak kapan perasaan ini ada. Sejak aku terkurung rasa bersalah atau justru jauh sebelum itu. Karena selama aku SMA, justru Mbak Carla-lah yang mengerti dengan mimpiku. Tapi, kapanpun itu, yang jelas saat ini aku benar-benar mencintainya. Dan aku nggak mau membiarkan wanita yang kucintai menghadapi lukanya sendiri."
Usai bicara panjang lebar, Vero beranjak dan pergi meninggalkan Esson serta Tessa. Bukan ke kamar atau ke ruangan lain di dalam rumah itu, melainkan berjalan keluar dan menaiki motor kesayangannya. Entah ke mana.
Bersambung...
Penderitaan Carla sungguh sungguh menyakitkan 🥲🥲🤗🤗
Jadi untuk apa memperdalam kisah yng sdh lewat ikhlas kan aja Son , cerita mu dngn Carla sdh selesai 😠😠🤣