Hati Bella merasa terus tersiksa, pernikahannya tidak mendatangkan kebahagiaan dalam hidupnya, ia mencoba kabur tapi...
BRUK...
Tubuh Bella terbanting ke lantai hingga membuatnya jatuh pingsan.
Beberapa bulan kemudian ia kembali bertemu cinta pertamanya dan akhirnya menikah dan hidup bahagia namun, semua tidak berlangsung lama ketika Bella sepenuhnya telah kembali ke dunia gelap, ia dihadapkan ego besar setelah penghianatan suami keduanya.
Akankah pernikahan mereka akan baik baik saja? lalu bagaimana kisah selanjutnya Bella?
Dan rahasia mengerikan apa di balik sosok Bella?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oktavianna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta dan Kehormatan
Angin malam menyapu wajah Bella, ia memaksakan senyuman diwajahnya.
"Mas, kamu nggak perlu khawatir... ", ucapnya lirih menatap suaminya, "aku cuma kaget." Imbuhnya.
Mas Shaka mendekatkan bibirnya mengecup kening Bella.
"Mas juga minta maaf, " ucap Mas Shaka, dipeluknya erat tubuh wanita itu.
"Mas bibir kamu berdarah!." Bella baru menyadari, padahal Mas Shaka sudah dari tadi berhadapan dengannya.
"Cuman lecet dikitt aja, dicium juga sembuh." Balas Mas Shaka sedikit bercanda.
"Ihhhh... Mas, Bella serius ini!."
CUP
Satu kecupan lembut hinggap di bibir Bella. Keduanya tersenyum.
Mereka menyusul Ibu ke kamar rawat Fhreya yang terletak dilantai dua khusus pasien VIP.
Fhreya sedang berbaring, banyak luka dibagian wajah dan tangannya akibat sepihan kaca mobil yang pecah saat menabrak pembatas jalan. di lutut kirinya membiru sedikit bengkak akibat patah tulang, bentuknya juga sedikit berubah, dibagian tersebut sedikit geser.
"Astaghfirullah... ." lirih Bella, ia merasa prihatin dengan kondisi Fhreya.
"Mba Bella, Bang Shaka!." Ucap Fhreya, ia tampak senang.
Padahal di saat seperti ini, Fhreya tetap ceria. ia juga menceritakan hal yang baru ia alami dengan biasa saja. Tidak ada raut wajah sedih ataupun sakit yang ia tunjukan. Fhreya tampak iklas menerima musibah yang dialaminya.
"Besok, Dik Fhreya operasi, tapi dia neka neko minta jajan." Cletuk Ibu.
Bella terkekeh, ia bener benar gemas dengan adik suaminya. Fhreya juga menambahkan ingin pergi kulineran setelah operasi.
"Habis operasi juga harus nunggu kamu sadar Fhreyaa... ." Jawab Bella bercanda.
"Iya, mosok ra sadar langsung jajan," imbuh Mas Shaka.
Semuanya tertawa, suasana malam disisi penuh canda dan tawa sampai Fhreya akhirnya tertidur.
Mas Shaka izin keluar untuk merokok, Bella hanya mengangguk menyetujui ia tidak keberatan suaminya merokok.
Bella dan Ibu mertuanya duduk bersebrangan Bella mulai mengantuk, ia mulai sering menguap.
"Bella ngantuk kan?." Tanya Ibu.
Bella tersenyum, mungkin Ibu mertuanya memperhatikan dirinya yang terus menguap.
"Nggih, Bu." Jawab Bella.
"Jangan sungkan kalo mau tidur, yang sakit aja udah tidur." Ujar Ibu mertuanya.
Kamar VIP tempat Fhreya di rawat memiliki fasilitas lengkap seperti dirumah, cukup luas dan nyaman, bahkan kamar tidur untuk istirahat setara di hotel bintang tiga. Suasana kamar VIP tidak membuat terasa di Rumah Sakit.
Tidak lama Mas Shaka kembali, ia baru saja merokok diluar, tangannya membawa plastik berisi sesuatu.
"Bawa apa?." Tanya Ibu.
"Jagung rebus." Jawab Mas Shaka, ia berjalan menuju ke arah Bella.
"Sayang mau?." Ia menyodorkan plastik berisi jagung rebus itu sambil mencium kening Bella ketika ia tertunduk melihat isi plastik.
Ibu mertuanya yang melihat berusaha menahan senyumannya, tangannya mencoba menutup sedikit tawa yang keluar. Bella yang menyadari sedikit salah tingkah, ia mencubit lengan suaminya.
"Aduh... ." Mas Shaka terkejut.
"Ibu, tawarin dulu, Mas." Ucap Bella lirih, menyuruh suaminya menawari sang Ibu.
Mas Shaka melihat ke arah sang Ibunya yang terlihat senyum senyum sendiri, membuat Bella salah tingkah.
"Ndak usah, Buat Bella aja." Ucap sang Ibu.
Sebagai seorang Ibu, merupakan kebahagiaan melihat Rumah Tangga anak anaknya rukun dan harmonis.
Ia juga senang melihat anak laki lakinya yang dingin kini terlihat banyak bicara dan romantis terhadap menantunya.
Tak terasa Bella sudah tertidur, ia masih dalam keadaan bersandar pada suaminya, ia tampak nyenyak.
"Pindah saja ke kasur, sekalian ditemenin, Ibu sini saja di sofa." Pinta Ibu.
Dengan sekuat tenaga ia membopong tubuh Bella, memindahkannya ke kasur agar lebih nyaman.
***
Pagi menunjukkan pukul 06.00 Wib. Mas Shaka memandangi wajah istrinya.
"Sayangg... bangun dulu." Ucap lirih Mas Shaka sembari mencium kening istrinya, jemarinya memainkan rambut Bella yang terlihat acak acakan.
"Sayang... ."
Sepertinya Bella masih terlelap dalam mimpinya, ia belum juga bangun.
Ponsel di tas Bella berdering tidak hanya sekali, Mas Shaka membantu mengambilkan ponselnya, mendekatkan pada Bella.
"Sayang... ."
Tapi Bella tidak juga bangun, dengan sedikit usil Mas Shaka menggelitik pinggang istrinya.
Bella langsung terbangun ia juga seketika duduk.
"What!!!." Ucap Bella spontan.
Mas Shaka menyerahkan ponsel tersebut, dengan wajah kusut ia mengangkat telfon tersebut. Mas Shaka hanya memperhatikan dia tidak mengerti apa yang diucapkan istrinya.
"Iie, douitasimashite." Ucap Bella mengakhiri
percakapannya di ponsel.
Wajah suaminya menahan tawa.
"Kaya Sincang." Cletuk Mas Shaka terkekeh.
"Sincang itu apa?." Tanya Bella polos.
"Kartun yang anak kecil." Jawab Mas Shaka.
Bella sedikit berpikir, sampai ia menyadari ucapan Mas Shaka.
"Shincan Mas, bukan Sincang!."
"Iya itu dia, mereka bersaudara kan." imbuh Mas Shaka.
"Nggak ada mas, adanya Asep." Ujar Bella sambil memukul Mas Shaka dengan bantal.
Mas Shaka hanya tertawa, ia salah menebak dan menerima dengan senang hati pukulan bantal dari istrinya.
"Ada kabar baik." Ucap Bella, ia berhenti memukul suaminya dengan bantal, "aku bakal ikut seleksi prodak Tradisional Cake and Bakery Nusantara." Sambungnya.
"Yang pernah Bella ceritain waktu itu kah, wah selamat, Mas gak terlalu paham tapi Mas bakal dukung Bella."
"Makasih Mas," ucap Bella sembari memeluk.
Bella memeluk tanpa sadar sudah ada kedua mertuanya juga kakak ipar barunya.
Ehem...
Bella menengok, segera dilepas pelukannya pada tubuh Mas Shaka. Ternyata kamar sudah ramai. Wajahnya merah padam, sambil bergegas bangkit ia tergesa gesa merapikan rambutnya menuju keluarga barunya.
"Assalamualaikum, Abah, Kak, Mba, Mas,saya istrinya Pak Shaka,"
Bella mendadak grogi, ucapannya begitu kaku saat berbicara.
Ayah mertuanya yang dipanggil Abah hanya tersenyum, sama seperti yang lainnya.
"Jangan grogi gitu." Ucap Abah, ia sedikit melirik ke arah Istrinya.
Ternyata keluarga Mas Shaka sudah tiba tadi subuh saat Bella masih terlelap, hari ini Fhreya akan menjalani operasi semua datang memberi semangat dan doa terbaik untuk Fhreya.
Bella membersihkan dirinya terlebih dahulu, kemudian bergabung dengan keluarga yang lain berbincang sambil menikmati teh.
"Dik Bella, katanya Shaka sama Fhreya kamu jago bikin kue?." Tanya Abah.
"Nggak usah di tanyakan, enak banget ,Bah," Saut Fhreya, "nggak ada lawan." imbuhnya.
Perbincangan semakin hangat, sesekali tawa lepas diantara mereka. Bella benar benar merasa nyaman, keluarga suaminya begitu baik, tidak sedikitpun menyinggung dirinya seperti di kehidupan pernikahan sebelumnya.
"Hari ini Bella diantar pulang dulu." Ucap Anton, kakak pertama Mas Shaka.
"Nggih, sebentar lagi Shaka anterin pulang." Jawab Mas Shaka.
Bella mengangkat tangannya rendah melihat ke arah Mas Shaka disebelahnya, mengisyaratkan bahwa ia belum ingin pulang.
"Kenapa?," tanya Mas Shaka, "belum mau pulang?," tanya kembali.
Bella mengangguk, ia belum ingin kembali, masih ingin menemani di Rumah Sakit bersama yang lain. Tapi Mas Shaka menolak dengan lembut.
"Sayang, kamu perlu istirahat, disini banyak yang udah jagain Fhreya, kamu nggak usah khawatir." Nasehat Mas Shaka.
"Iya ndak usah khawatir, Nduk." Imbuh Ibu, ia meminta Bella agar pulang terlebih dan tidak perlu khawatir.
Akhirnya Bella menyerah, setelah menghabiskan teh ditangan, Bella dan Shaka berpamitan.
"Hati hati di jalan."
"Bella pamit dulu, Fhreya, semoga operasi nanti berjalan lancar, semangat." ucap Bella.
"Assalamualaikum." Pamit Mas Shaka dan Bella, keduanya