Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.
🍁🍁🍁
Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.
Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.
Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.
Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.
"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 4 Modus
Happy reading 😘
...Cinta yang terbaik, dialah cinta yang menerima tanpa syarat...
...Yang tidak pergi meski coba dan uji selalu datang silih berganti...
...🌹🌹🌹...
"Apa ... aku kembali ke rumahnya ya? Memastikan Fiya baik-baik aja --"
Zaenal bimbang. Tetap menunggu di Jalan Cinta atau kembali ke rumah Nofiya untuk memastikan keadaan gadis yang teramat dicintainya itu.
"Duorrrr!"
Tiba-tiba seseorang datang mengagetkan dan membuat Zaenal terlonjak hingga kepalanya membentur atap mobil.
Zaenal merintih dan mengusap kepalanya yang terasa cenat cenut karena kelakuan absurd seseorang.
Siapa lagi jika bukan Nofiya--gadis tercantik sejagad jiwa bagi Zaenal.
"Zen, maaf --" ucap Nofiya. Ia merasa bersalah karena telah membuat Zaenal kesakitan karena keisengannya.
Lalu diulurkan tangannya untuk mengusap kepala Zaenal yang mungkin terluka.
"Adududuh --" Zaenal kembali merintih. Namun ia hanya berpura-pura kesakitan untuk menarik perhatian Nofiya.
"Sakit banget, Zen?"
"Iya, sakit banget."
"Maaf ya. Tadi, aku cuma ingin bercanda --"
"Aku bakal maafin kamu, tapi kamu harus tanggung jawab dulu, Fi!"
"Iya, aku bakal tanggung jawab."
"Beneran?"
"Iya, Zen. Yuk, aku antar ke rumah sakit. Nanti biaya perawatannya biar aku yang bayar. Sekaligus obatnya."
"Aku nggak mau di antar ke rumah sakit, Fi."
"Lalu, diantar ke mana?"
"Cukup di sini. Obatnya ... kepalaku di sun --"
"Halah, modus! Nih aku kasih sun." Satu jitakan cantik mendarat tepat di kepala Zaenal, hingga membuatnya berteriak kesakitan.
Entah karena benar-benar merasakan sensasi sakit atau hanya kembali berpura-pura.
"Awww. KDRT! Suka banget kamu menyiksa anak orang, Fi," gerutunya.
"Salah kamu sendiri!" Nofiya tak mau kalah.
"Iya dech, salah aku sendiri. Ngapain modus, ya 'kan?" Zaenal mengalah.
"Iya. Makanya jangan suka modusin anak orang!"
"Baiklah, besok-besok aku mau modusin anak beruang."
"Emang berani?"
"Berani donk! Zaenal gitu loh! Ang ... Ang ... Ang ... Ang ...."
Nofiya tertawa geli melihat kelakuan Zaenal yang absurd dan tak biasa.
Ia tidak mengira jika pemuda yang dikenalnya cool, ternyata bisa bermetamorfosa menjadi seorang komedian. Cocok sekali jika disejajarkan dengan Kona dkk. Atau Andre Taulani CS.
Zaenal segera membuka pintu dan mempersilahkan Nofiya untuk duduk di jok mobil bersebelahan dengannya.
Tanpa bertanya, Zaenal membantu Nofiya memasang seatbelt.
Perlakuan Zaenal yang teramat manis membuat Nofiya luluh dan tersipu.
Seumur-umur, baru kali ini Nofiya diperlakukan manis oleh seseorang, terlebih seorang pemuda yang diidolakan oleh banyak gadis di kampusnya.
"Makasih, Zen --" ucapnya sambil melipat bibir.
Zaenal membalas ucapan Nofiya dengan mengulas senyum dan mengacak sayang rikma sang kekasih yang panjang terurai.
Selama di perjalanan, Zaenal dan Nofiya terus berbincang. Terkadang mereka menyelingi dengan candaan dan curhatan.
Hingga tanpa terasa, mobil yang membawa sepasang kekasih itu telah sampai di parkiran Kampus--Universitas Malang.
Rasa tak nyaman tiba-tiba menyelinap saat Nofiya keluar dari dalam mobil.
Ia berharap para gadis yang mengidolakan Zaenal tidak berada di sana dan melihatnya keluar dari dalam mobil milik Sang Bintang Kampus 'Zaenal Alfariz'.
Jika para gadis itu melihatnya bersama Zaenal, bisa dipastikan mereka akan murka dan mengamuk. Terlebih jika mereka mengetahui hubungannya dengan Zaenal.
Berbeda dengan Zaenal. Pemuda berusia dua puluh dua tahun itu tampak girang. Raut bahagia terlukis jelas di wajahnya.
Zaenal merasa bahagia karena hari ini untuk pertama kalinya ia berangkat ke kampus bersama kekasihnya yang baru--Nofiya Hayati.
Ia sungguh tidak sabar untuk memberi tahu semua penghuni kampus bahwa Nofiya adalah pacar barunya. Wanita yang melepaskannya dari status jomblo.
Zaenal teramat bahagia sekaligus bangga menjadikan Nofiya sebagai kekasih, sebab Nofiya berbeda dengan gadis lain.
Di mata Zaenal, Nofiya adalah gadis yang unik. Kadang terlihat tomboy karena petakilan-nya. Kadang terlihat seperti Peri yang baik hati dan gemar mengulurkan tangan.
Nofiya juga seorang gadis yang tegar, tegas, dan tidak manja. Di tambah lagi smart dan dewasa. Benar-benar mendekati kata 'perfect'.
Semua kriteria gadis yang ia cari ada pada Nofiya. Bukan pada gadis lain. Apalagi pada para mantannya.
🍁🍁🍁
Bersambung ....
Belajar sama² ya Zen udah ada lampu hijau dari Papa Ridwan.
semoga
eh Authornya duluan.
Terus siapa yg bisa jawab nih
konidin mana...
mana konidin