"sudah aku katakan sedari dulu, saat aku dewasa nanti, aku akan menjadikan kakak sebagai pacar, lupa?" gadis cantik itu bersedekap dada, bibirnya tak hentinya bercerocos, dia dengan berani masuk ke ruang pribadi pria di depannya.
tidak menjawab, Vallerio membiarkannya bicara seorang diri sementara dia sibuk periksa tugas para muridnya.
"kakak.."
"aku gurumu Au, bisa nggak panggil sesuai profesi gitu?"
"iya tahu, tapi kalau berdua begini nggak perlu!"
"sekarang kamu keluar!" ujar Vallerio masih dengan suara lembutnya.
tidak mengindahkan perintah pria tampan itu, Aurora malah mengikis jarak, dengan gerakan cepat dia mengecup bibir pria itu, baru berlari keluar.
Vallerio-Aurora, here!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
aku udah dewasa loh kak~ Aurora
Dengan senang hati, Aurora masuk sembari senyam senyum tak jelas. Matanya menelisik setiap dinding yang ada di ruangan itu. Mondar mandir lebih dulu, baru setelahnya dia memberikan buku tugas pada Vallerio.
"ini tugasnya kak" tidak lagi memanggil pak, Aurora secepat itu mengubah panggilannya. Vallerio yang sejak tadi fokus di depan laptop kini menghentikan kegiatannya. Dia menatap lekat wajah gadis cantik berseragam itu.
Merasa di perhatikan, Aurora tambah nyengir tak jelas, dia merapikan anak rambutnya ke samping telinga, jika di lihat oleh Aira, mungkin gadis kecil itu sudah mulai drama mual melihat Aurora seperti ini.
"makasih sudah mengantar tugasnya, kau boleh keluar!" perintah Vallerio kemudian kembali fokus ke layar laptop. mendengar itu, Aurora membulatkan matanya sejenak.
Bukan itu yang ingin dia dengar, dia bahkan telah membuang waktunya untuk tidak ke kantin hanya karena ingin datang kesini. Rindunya sudah sejak lama, selama ini, saat Alena berteleponan dengan pria ini, Aurora hanya mendengar dari jarak jauh, karena tidak mau kakak iparnya tahu.
Aurora mendekat, memperhatikan wajah tampan itu, apalagi saat Vallerio fokus seperti ini, rasanya ketampanan itu berkali lipat di mata Aurora.
"kak, Rora udah dewasa loh" tak ada angin, dia berujar sembari memberikan gaya centilnya. Tidak di gubris sama sekali, Vallerio bahkan sudah fokus ke laptopnya kembali.
"lalu?"
"kok lalu sih, kan dulu kak Vallerio bilang, cepat dewasa cil, ini orangnya udah dewasa!!" Aurora memayunkan bibirnya, wajah cantik itu terlihat menggemaskan kala sedang cemberut seperti ini.
Gantian, sekarang Vallerio yang melototkan matanya saat mendengar kalimat gadis itu. Daya ingatnya memang sangat kuat, Vallerio sendiri bahkan sudah lupa saat dimana dia mengatakan hal seperti itu. Berusaha mengingat pun, tidak sampai di otaknya.
"emang aku pernah mengatakan hal itu?" tanyanya kembali memastikan.
"wuahhh berlagak lupa ini, pikun atau apa ya? untung saja ganteng begini jadi bisa menutupi kekurangannya. Kan waktu itu saat belajar kelompok di rumah, masa nggak ingat? atau hanya pura pura?" cerocos Aurora di sertai kalimat sindiran.
Vallerio mengangguk, ingatannya kembali terbawa saat itu, memang benar dia mengatakan hal itu, tapi bukankah wajar wajar saja?.
"Udah ingat?" tanya Aurora kembali.
"hmm" hanya deheman singkat, hal itu lagi lagi membuat Aurora geram sendiri.
"kenapa hanya hmm sih, ini anaknya sudah dewasa loh, di pacarin kek!!"
"eh.." Vallerio membulatkan matanya tak percaya. Jika saja sedang makan, mungkin Vallerio akan ke-sedak mendengarnya. Kenapa gadis itu to the point saja, dia jadi tidak punya bahan untuk sekedar mengelak.
"kan sudah aku katakan sedari dulu, saat aku dewasa nanti, aku akan menjadikan kakak sebagai pacar, lupa?" gadis cantik itu bersedekap dada, bibirnya tak hentinya bercerocos.
Bukan lupa, Vallerio bahkan sudah ingat semuanya sejak tadi. membekas dalam ingatannya saat Aurora kecil mengatakan hal itu bahkan berani memanggilnya sayang.
bingung hendak gimana, terpaksa Vallerio tidak lagi menjawab, dia membiarkan Aurora bicara seorang diri sementara dia sibuk periksa tugas para muridnya.
"kakak.."
"aku gurumu Au, bisa nggak panggil sesuai profesi gitu?" sejak tadi di panggil kakak, Vallerio jadi enek mendengarnya. gadis di depannya tidak ada rasa canggung sama sekali, dia memijat pelipisnya, untuk ke depannya, Vallerio harus menambah tenaga untuk menghadapi gadis di depannya.
"Iya tahu, tapi kalau berdua begini nggak perlu!" Aurora mengedipkan mata sebelahnya dengan genit, senyumnya mengembang saat melihat wajah tertekan Vallerio.
"sekarang kamu keluar!" ujar Vallerio masih dengan suara lembutnya.
tidak mengindahkan perintah pria tampan itu, Aurora malah mengikis jarak, dengan gerakan cepat dia mengecup bibir pria itu.
cup
begitu cepat, hingga Vallerio tidak sempat menghindar dari serangan dadakan itu. walau hanya kecupan tapi begitu membekas di bibirnya. dia menatap tajam ke arah Aurora, sementara gadis itu tidak peduli.
"hadiah, karena kita bertemu kembali" ujarnya santai, perlahan kaki Aurora berjalan mundur. sampai di pintu, dia berlari kecil keluar dengan wajah berseri, meninggalkan Vallerio yang bengong seorang diri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
lagian knpa emgga bilng kalo udah punya pacar .. 🗿🔪