"Ah, aku berada di mana?"
Sebuah tempat yang mengesankan! Sial, tapi ini bukan duniaku. Ini adalah dunia sihir! Tunggu, aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda hina yang memiliki sihir sama sekali.
Bodoh, kenapa aku ini mencintai seorang putri kekaisaran sedangkan aku bukan siapa-siapa?
Ahahaha tidak masalah, mari kita genggam dunia ini menggunakan sebuah kecerdasan yang luar biasa. Tidak apa-apa aku tidak memiliki sihir, tapi aku memiliki sebuah seni yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ini adalah dunia yang dipenuhi oleh pedang dan juga sihir. Kau tidak punya sihir? maka kau akan dikucilkan. Tapi mari kita lihat, bagaimana pemikiran dunia modern diterapkan di dunia yang tidak pernah menyentuh sains yang menakjubkan. Juga, mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan dan perkembangan teknologi yang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arachanaee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhasil Menyembuhkan Penyihir Penyembuh
Dalam satu hari satu malam, mereka berenam, termasuk Kazuto benar-benar sibuk kepada orang-oran yang terkena wabah itu. Oralit yang dia gunakan juga habis dalam satu hari saja, bahkan Kazuto lupa jika persediaan garam dan gula hanya untuk hari ini dan esok saja.
Namun tidak masalah, dengan adanya antibiotik membuat penyakit mereka akan mulai reda seiring berjalannya waktu. Namun yang menjadi masalah, adalah lingkungan mereka yang kotor menjadi sumber penyakit.
Sangat percuma jika mereka berusaha mati-maian untuk menyembuhkan warga, tapi sumber dari wabah yaitu lingkungan yang tidak sehat sama sekali tidak dibersihkan.
Menurut pengamatan Kazuto, hanya Cornel yang tidak memiliki sihir. Sementara yang lainnya memiliki. Seperti Selena dan Helena yang merupakan penyihir api, sementara Sahal memiliki sihir fisik dimana dia bisa membuat tubuhnya sekeras batu. Sedangkan Laura, dia yang paling rumit, karena tubuh fisiknya bisa menghilang.
“Apa kamu minder tidak memiliki kekuatan sihir?” Tanya Kazuto kepada Cornel ketika dirinya dan dia memberseihkan sebuah kotoran-kotoran hewan dan bangkai langsung ke tengah sungai agar hanyut. Lagipula jika kotoran-kotoran dan bangkai yang menumpuk di pinggir sungai, jelas ini akan membuat penyakit terkumpul dan mencemari air sungai dalam satu tempat. Sementara atau seharusnya kotoran itu dibiarkan hanyut dan Kazuto sama sekali tidak peduli dengan apa yang ada di hilir.
Cornel menggelengkan kepala, “Sama sekali tidak.” Ucapnya, kemudian dia melanjutkan ucapannya. Namun sebenarnya, ucapan itu terlintas adanya sebuah kebohongan di mata Cornel. Kazuto menyipitkan matanya dan tahu akan hal itu. Terbukti bahwa Cornel tampak murung dan tidak mau banyak bicara usai dia mengatakan demikian.
“Jangan minder, aku juga sama sekali tidak memiliki sihir. Tapi, dengan itu kita harus memanfaatkan apa yang sudah kita miliki.” Ucap Kazuto sambil menatap Cornel.
“Tunggu, anda serius? Dan, memanfaatkan apa yang sudah kita miliki? Memangnya apa?” Kata Cornel tidak percaya.
Kazuto dengan sadar menunjuk pelipis dan memutar-mutar jarinya. “Dengan pegnetahuan, jangankan kerajaan, dunia pun bisa kita kuasai.”
“Anda bercanda.” Conrel kemudian tersenyum. Dia tidak percaya mengenai hal itu.
Bagaimana tidak? dengan dunia yang dipenuhi oleh eneri sihir ini. Orang yang tidak memiliki sihir akan dianggap sebagai kasta rendah, dan bahkan apabila hidup di kota misalnya, orang yang tidak memiliki sihir akan di diskriminasi. Contoh kasusnya adalah Kazuto yang kemudian diremehkan oleh anak duke dan juga putri kekaisaran.
Respon dari Cornel tak membuat dia membalas secara berlebihan. Kazuto hanya tersenyum dan tidak banyak bicara. Paling tidak, dia akan membuktikan bahwa kecerdasan di atas segalanya. Lagipula sihir hanya membawa Eropa menuju abad kegelapan.
Tapi karena basic dari dunia ini memang sihir, dan sihir menjadi sebuah realitas yang nyata, maka mungkin Kazuto akan membuat sebuah hal yang sangat istimewa. Sihir dan sains, sebuah materi yang sangat bertolak belakang, tapi akan menjadi sebuah perpaduan yang istimewa.
“Tuan Kazuto! Obat yang anda berikan manjur! Salah satu warga ada yang langsung sembuh.” Selena, perempuan kecil itu berlari menghampiri Kazuto.
Kazuto merasa sangat senang dan terkejut secara bersamaan. Bagaimana tidak? oralit yang dia hasilkan, dan antibiotik yang dia buat, paling tidak bisa menyembuhkan seseorang dalam kurun waktu paling cepat adalah seminggu. Bagaimana mungkin dalam satu hari saja, ada orang yang bisa sembuh? Zuto akui bahwa imunitas orang itu sangatlah kuat.
Kazuto segera mengekor kemana perginya Selena. Dia penasaran, apa yang membuat orang itu bisa sembuh dalam sekejap. Namun, sepertinya ada jawaban yang masuk akal selain orang itu memiliki imunitas yang sangat kuat.
Ketika dia masuk ke salah satu rumah, seseorang wanita berambut hijau tengah merapikan tubuhnya. Tubuhnya sangat bugar seolah tidak terkena penyakit apapun. Padahal sebenarnya, saat dia sakit kolera, kondisinya benar-benar sangat buruk sehingga tidak bisa dikatakan dia sebaik ini. Akan tetapi, kondisinya berubah seratus delapan puluh derajat yang membuat Kazuto sendiri sangat-sangat terkejut.
Elynore, itulah namanya.
“Secepat ini? syukurlah jika ada yang sembuh.” Kazuto menghela napas.
“Salam tuan, aku tidak tahu nasibku bagaimana jika aku tidak meminum ramuan itu. Terimakasih” Elynore kemudian membungkukkan badannya dan merasa terharu. Dalam satu hari, lebih tepatnya kemarin, dia tahu dari Selena bahwa ada seorang laki-laki yang membawa sebuah ramuan dan bertekad untuk menyembuhkan seisi desa ini. Elynore merasa senang, dan saat dia sembuh, dia tidak ragu untuk membungkukkan badannya.
“Ini diluar dugaanku. Masalahnya ramuan itu akan berhasil dalam kurun waktu seminggu.” Uzap Kazuto tidak henti-hentinya untuk terkejut.
“Sebenarnya tuan, kak Elynore adalah seorang penyihir penyembuh. Jadi, apa itu masuk akal?” Selena yang ada di samping Kazuto berkata.
Nah, itu masuk akal sekarang. Kazuto tersenyum lebar jika Elynore adalah seorang penyihir tipe penyembuh. Jadi, kemungkinan selain ramuannya juga bekerja, Elynore akan berusaha untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Tidak heran kenapa dia bisa sembuh secapat ini.
Paling tidak, Kazuto merasa senang jika penyihir penyembuhnya yang sembuh terlebih dahulu. sehingga, dia tidak akan repot untuk kedepannya. Tapi bisa-bisanya dia bisa terjangkit bakteri kolera.
“Setelah aku meminum air pepaya rebus itu, tubuhku jauh lebuh baik. Kemudian, aku berusaha untuk menyembuhkan diriku sendiri, dan itu berhasil secepat itu.” Ujar Elynore, dia sendiri juga tidak mengerti kenapa dia bisa sembuh secepat ini.
“Itu artinya, kamu juga memperkuat antibiotik yang ada di dalam tubuhmu. Sehingga kamu bisa menyembuhkan tubuhmu secara cepat.” Kazuto menyentuh dagunya sambil berpikir. “Apakah kamu bisa membantuku? Dengan begini, orang-orang akan bisa sembuh lebih cepat.”
“Ya!” Elynore menjawab dengan penuh semangat sambil tersenyum. Lagipula, dia adalah seorang penyihir penyembuh. Sangat disayangkan jika orang sepertinya jika ikut sakit saat itu.
Berpindah rumah, Selena, Elynore dan juga Kazuto kini berada di depan ranjang seorang pria paruh baya dengan istri yang ada di sampingnya. Orang itu sebenarnya setengah sadar, tapi tubuhnya terkulai lemas karena penyakit yang parah itu.
“Baiklah Elynore, tunjukkan kemampuanmu.”
Elynore kemudian mengangguk. Telapak tangannya dia ulurkan menghadap ke perut pria paruh baya. Cahaya hijau muncul di telapak tangannya usai dia berkonsentrasi sebentar. Namun, efek cahaya hijau itu, Kazuto sendiri tidak melihat perubahan secara fisik dari orang ini.
Secara perlahan-lahan memang bahwa pria paruh baya itu seperti sedikit lebih baik. Dia berhasil menggerakkan tangannya walaupun itu sejenak. Akan tetapi, tidak megubah fakta bahwa tidak ada perubahan yang signifikan.
Itu tentu saja membuat murung Elynore. Wajahnya tampak kusut saat dia tidak mampu menyembuhkan seseorng secara cepat. Bahkan ketika dia berusaha jauh lebih keras, yang ada dia hanya kelelahan dan membuat dia menghentikan penyembuhannya.
Elynore menatap Kazuto, dia merasa kecewa dan dikecewakan secara bersamaan.
“Tidak buruk. Itu sangat bagus.” Puji Kazuto.
Elynore terkesan dengan perkataan Kazuto. Dia tidak pernah dipuji sebaik ini walaupun hasilnya adalah sebuah kegagalan. Dalam hatinya yang merasa kecewa, kemudian dia menjawab, “Tapi aku gagal.”
“Tidak apa-apa. Kemampuan antibakteri atau antibiotik hanya perlu dilatih. Apa kamu juga bisa meregenerasi luka?”
Elynore mengangguk semu. Sepertinya dia masih kecewa.
“Jadi selain antibiotik, regenerasi sel juga menjadi ciri khas penyihir peyembuh ya. Kamu memang terbaik” Ujar Kazuto. “Selena.”
“Siap!”
“Buat antibiotik nya lagi dan minumkan kepada salah satu pasien. Setelah diminumkan, Elynore akan menyembuhkannya. Aku akan pergi sebentar.”
ayo mampir juga dinovelku jika berkenan