KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan
Marni pergi ambil nasi dan lauk pauk yang baru saja dimasak ibunya. Menikmati makanan dengan hati bercampur aduk, antara bahagia dan sedih. Marni begitu bersyukur mempunyai seorang ibu dan adik yang begitu perhatian padanya. Namun disisi lain suami yang sangat ia cintai tidak memperdulikannya. Baru saja marni memasukan sesuap nasi ke mulutnya, ia mendengar suara suaminya datang.
Bergegas ia cuci tangan lalu menemui suaminya, tak lupa ia mencium tangan suaminya sebagai bentuk rasa hormatnya pada suami. Kusno kemudian duduk, setelah dipersilahkan masuk oleh ibu marni.
Mereka berbincang-bincang tentang kesehatan tisna dan kabar anak istrinya.
“ Alhamdulillah sudah membaik mas, tapi maaf sy masih ingin disini sampai masa pemulihan mas," ucap marni.
“ Betah kamu disini, sampai tidak pulang dan melupakan tanggung jawabmu sebagai istri!," ucap kusno dengan nada tinggi hingga membuat marni geram.
“ Iya mas saya betah disini," jawab marni pelan.
Marni mencoba menekan amarah didalam hati yang telah berkecambuk tidak karuan. Dia masih sempat berkali kali beristighfar. Saat marni diam terdengar kusno mengatakan hal yang tak pantas didengarnya. Yang benar-benar bisa membuat hati merasa hancur lebur.
“ Dasar istri tidak tahu diri, pemboros, tidak bisa mengatur keuangan. Selama ini aku kasih uang selalu saja habis," ujar kasno.
“ Kamu ngomong apa mas? Bisa-bisanya kamu menuduhku seperti ini. Kurang sabar apa aku selama ini jadi istrimu. Uang yang kau kasih padaku setiap hari juga untuk kebutuhan sehari-hari. Kamu kira uang sebesar Rp 5.000 setiap hari cukup mas? Sedangkan uang segitu saja terkadang kau masih minta kembaliannya. Paling banyak kau kasi aku Rp 10.000 mas itu juga harus ada kembalian. Selama ini kamu memberi uang orang tuamu dan adik-adikmu aku diam saja mas. Uang yang kau kasih bukan untuk kebutuhanku saja mas, tapi untuk kita dan anakmu mas," jawab marni penuh dengan kekecewaan.
Karena mengingat kejadian yang telah dia alami, amarahnya jadi tidak terkendali. Apa yang selama ini selalu ada dalam benaknya ia luapkan begitu saja pada kusno. Hingga akhirnya Marni mengemas pakaian suaminya dan memintanya untuk pergi.
“ Pergi kamu dari sini, sungguh aku menyesal telah menikah denganmu. Bawa semua pakaianmu aku tidak mau menjadi istrimu lagi!," ujar Marni dengan hati yang hancur dengan deraian air mata dipipinya.
Spontan saja kusno tercengang, ia tidak menyangka istri yang begitu lembut baginya bisa berubah begitu keras. Akhirnya kusno menyadari kesalahan yang telah ia perbuat selama ini.
Namun penyesalannya sudah tiada artinya. Kini marni benar-benar sudah terluka olehnya, berulang kali ia berusaha meminta maaf namun marni tidak mau memaafkannya.
“ Marni aku punya anak, kau tega mengusirku marni. Lalu anakku bagaimana nantinya?," ucap kusno mencoba membujuk marni.
“ Aku bisa mengurus anakku walau tanpamu mas, kau yang membuatku seperti ini! Kau yang tanpa sebab yang jelas malah memakiku bahkan disaat anak sakit kau pergi ketempat adikmu. Kamu tidak memperdulikanku dan Tisna yang sedang sakit. Pergi kamu mas, pergi!," jawab marni sembari mendorong suaminya keluar dari rumah.
Ibu marni mencoba menengahi pertengkaran diantara mereka. Namun usahanya sia-sia, marni bersikeras tidak mau memaafkan kusno.Marni kemudian menggendong Tisna membawanya kekamar dan mengunci pintu kamarnya.
Ibu marni bingung dengan keadaan yang terjadi. Ibu marni berjalan mendekati kusno memberikan saran agar bersabar.