Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 05
" Hei Mas, udah pulang?"
" Lho, kamu kok juga udah pulang Lei?
Pukul 16.00, mereka sudah sama-sama sampai rumah. Tapi Ravi sudah melihat Leina mengenakan pakaian rumahnya dan tengah sibuk di dapur. Ravi beranggapan bahwa Leina pasti pulang lebih awal dari dirinya.
" Aku ganti baju dulu, nanti aku bantuin."
" Santai aja Mas, tapi kalau mau bantuin, nyapu aja boleh nggak?"
Ravi mengangkat jempolnya ke udara tanda ia setuju. Leina pun tersenyum. Sebenarnya ia tidak menyangka bahwa mereka bisa menjalani kehidupan satu atap ini dengan tenang seperti ini. Dalam bayangan Leina, mereka akan terasa canggung. Tapi ternyata tidak. Tidak ada yang berubah dari keduanya. Mereka tetaplah seperti dulu, hanya status mereka saja yang berubah, dari teman menjadi pasangan sah.
Setelah mengganti pakaiannya, Ravi benar-benar melakukan aoa yang diminta oleh Leina. Dia menyapu lantai rumah sekaligus mengepelnya. Sungguh kerja sama yang sangat harmonis. Orang yang tidak tahu jika melihat mereka berdua akan berkata bahwa mereka adalah pasangan suami istri yang harmonis.
" Mas Rav, sini bentar deh. Coba icipin."
" Wait, aku kelarin ini dulu."
Ravi menyelesaikan sisa lantai yang yang belum ia pel dengan segera. Ia merapikan alat dan segera menghampiri Leina. Dengan spontan Ravi membuka mulutnya dan Leina juga langung menyuapkan sendok ke mulut Ravi.
" Gimana Mas," tanya Leina dengan sedikit cemas.
" Kurang garam Lei."
" Astaga Mas, aku lupa kayaknya kasih garam. Duuuh."
Ravi tersenyum, ia lalu membantu Leina menyelesaikan masalahnya. Wajah Leina tampak tidak nyaman saat ini. Di rumah ia sebenarnya sering memasak, tapi lagi dan lagi dia melupakan hal kecil.
" Hei, jangan asem gitu mukanya. Kurang garam tinggal ditambahin kan. Bukan masalah gede."
" Iya, tapi kan aku malu Mas. Kamu yang cowok lebih jago masak ketimbang aku."
Ravi sedikit terkejut, ini adalah sisi lain dari Leina yang belum pernah ia lihat. Sedikit merajuk akan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya. Entah mengapa Ravi memilki dorongan untuk mengusap kepala wanita itu. Seraya kembali mengatakan bahwa itu bukan masalah besar baginya. Ravi juga berkata bahwa dia akan memakan apapun yang Leina masak.
" Kalau nggak enak gimana?"
" Ya kita bikin enak aja."
" Jangan ngeledek deh Mas."
Tawa renyah keluar dari bibir Ravi, apalagi melihat wajah Leina yang semakin kesal itu. Ya, memasak sore itu menjadi hal yang menyenangkan. Mereka sama-sama merasakan kenyamanan satu sama lain sebagai teman.
Rasa terdalam hati mereka belumlah terasakan. Atau sebenarnya mereka sudah memiliki cinta itu, namun belum disadari oleh masing-masing. Tapi yang jelas untuk saat ini bagi mereka ini hanya sekedar pertemanan yang menyenangkan.
Malam menjelang, mereka berpisah dan masuk ke kamar masing-masing. Ravi merebahkan tubuhnya, mengingat bagaimana kegiatannya seharian ini.
Tidak ada hal yang istimewa, dia hanya bekerja dan kembali ke rumah. Tapi ada sebuah momen yang lain dari kebiasannya. Yakni ada orang di rumah yang bisa ia ajak bicara.
Kehadiran Leina sedikit membuat kesehariannya berwarna. Sebelum memutuskan untuk menikah, mereka juga sering bertemu. Tapi tentu intensitas bertemu keduanya tidaklah sering. Dan tinggal bersama seperti ini, cukup menyenangkan juga. Setidaknya itulah yabg dirasakan oleh Ravi.
Pun dengan Leina. Dia juga merasakan sebuah kelegaan saat bertemu dengan Ravi di rumah. Setelah merasa lelah dengan sang adik karena komunikasi memburuk, Leina senang karena ada Ravi yang ia lihat. Namun lagi-lagi dia melupakan hal kecil.
Leina mengambil sebuah amplop yang ia simpan di lemari. Sebuah lambang rumah sakti dan kop surat di amplop menjelaskan dimana asal amplop itu dikeluarkan.
Perlahan Leina kembali membuka amplop dan mengeluarkan rekam medis miliknya. Hasil bermacam-macam tes juga ia keluarkan dan ia lihat kembali. Rasanya bagai disambar petir di siang bolong ketika ia mendapatkan hasil pemeriksaan waktu itu.
Sekitar 5 bulan yang lalu, Leina merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya memutuskan untuk melakukan medical chek up. Tapi dia tidak datang ke Rumah Sakit Mitra Harapan, karena di situ adalah tempat dimana banyak kenalan keluarganya. Leina menggunakan rumah sakit di luar kota untuk melakukan pemeriksaan.
Ia bahkan sampai membuat alasan liburan untuk melakukannya. Dan sebuah hasil yang tidak ia duga pun muncul. Sebuah penyakit yang tidak bisa disembuhkan tengah merenggut daya hidupnya sedikit dari sedikit.
" Apa Nona sering merasa lupa akan hal-hal kecil? Atau Anda terkadang Anda kesulitan berpikir, menghitung, dan juga kesulitan menciptakan ingatan baru?"
" Iya Dok, kadang saya tuh suka lupa dengan hal baru saya lakuin kemarin. Kayak daya ingat menurun, dan merasa lebih cepet emosi."
" Dari semua tes yang dijalani. Kami, juga meminta doktor spesialis neurologi untuk melakukan tesnya, dan Anda positif terkena alzheimer. Dan setelah dilihat, Anda sudah lumayan lama menderita Alzheimer."
Duaaaaar
Saat itu Leina amat sangat terkejut. Siapa sangka dia yang mudah lupa akan hal-hal kecil selama setahun itu merupakan awal dari penyakit yang sama sekali tidak bisa disembuhkan. Ya, hingga saat ini belum ada obat untuk alzheimer. Dan penderitanya akan mencapai akhir yang sudah diketahui.
" Nona ... Anda harus segera menjalani pengobatan. Saya lihat Anda tinggal di Jakarta, jadi saya sarankan Anda berobat di RSMH. Meskipun memang tidak bisa disembuhkan namun dengan obat-obatan alzheimer dapat meringankan gejala. Dan yang kami tahu penderita Alzheimer dapat bertahan hidup 8-10 tahun. Tapi itu hanyalah prediksi manusia, semua Tuhan lah yang memiliki kehendak. Jadi, semangat lah Nona. Dan nikmati hidup Anda."
" Terimakasih dokter untuk penjelasannya. Permisi."
Leina kembali ke hotel dengan langkah lunglai. Dia masih sangat tidak percaya atas vonis dari dokter itu, tapi semuanya memang benar adanya. Karena setelah menerima hasil tes, ia langung membuka website yang berhubungan dengan penyakit itu.
Ia hanya bisa membuang nafasnya kasar. Ia memejamkan matanya untuk memikirkan apa yang harus ia lakukan kedepannya. Namun, tidak ada satu hal pun yang ia dapatkan sebagai jalan keluar. Pada akhirnya Leina menyerah dan membiarkannya.
Beberapa bulan setelah itu Ravi datang menawarkan pernikahan. Tanpa banyak berpikir, Leina menyetujui hal tersebut. Ia tidak ingin keluarganya tahu, dan menikah dengan Ravi bisa menyembunyikan penyakitnya itu. Ia juga berencana untuk bercerai dari Ravi setelah setahun.
Namun kini, ketika ia berada di bawah atap yang sama dengan sang teman, sebuah kenyamanan ia dapatkan. Hal tersebut membuat Leina sedikit goyah dengan tujuan utama.
" Aduuh Lei, apa yang kamu pikirin sih? Ayo back to project. Aku harus bisa segera menyiapkan Leon, setelah Leon siap maka aku akan pergi. Ya, kayak gitu emang lah yang paling pas."
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍