Di dalam hening dan gelapnya malam, akhirnya Shima mengetahui sebuah rahasia yang akan mengubah seluruh hidupnya bersama Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaLibra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mursyid
Shima terbangun di ranjang kamarnya. Tampak Cello sedang berbincang dengan seseorang yang tadi mengagetkan Shima.
"Mbak sudah bangun?" Pemuda yang bernama Kim tersebut terlihat menghampiri Shima.
"Maafin saya ya Mbak, Mbak pingsan gara-gara saya. Saya cuma pengen kenalan sama Mbak, katanya mbak adiknya mas Cello ya? "
"Adik.? " Shima membatin.
" Perkenalkan mbak, nama saya Kim Khalid, ibu saya sering manggil saya Mursyid. Saya orang paling cakep yang ada di indekos belakang mbak. "
Shima hampir menyemburkan tawanya saat mendengar celotehan Kim.
"Iya Mas, nama saya Shima. Maaf ya Mas, tadi saya terlalu shock sampai pingsan. "
"Namanya cantik, secantik orangnya. "
Cello menghampiri Shima dan Kim.
"Sudah Kim, kamu kembali saja. Lagian siapa yang nyuruh kamu kenalan sama Shima.? "
"Saya kan orang baru disini mas, harus mengakrabkan diri sama yang punya kos, siapa tahu bayarnya boleh diskon sedikit. " Kim cengengesan.
"Mas Kim masih kuliah.? " Shima kali ini bertanya pada Kim.
"Saya pengangguran mbak, saya di sini karena galau. Saya ini sebenarnya sudah menikah, tapi istri saya kabur waktu pernikahan. Yaa saya sih sebenernya seneng kalau gak jadi nikah, tapi status saya sudah berubah sekarang di KTP, tuh kan statusnya jadi cerai hidup" Kim menyodorkan KTPnya
"Kok mas gak sedih.? "
"Yaa gimana mbak, istri saya itu gedenya se lidi, gigi depannya kuning, rambutnya sering disemir warna-warni."
Shima tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa lepas. Setelah mendapatkan tatapan tajam dari Cello, Shima terdiam.
"Sudahlah Kim, kamu balik sana. Sudah malam, waktunya Shima istirahat. "
"Iya deh Mas. Mbak Shima saya balik dulu ya, sekali lagi saya minta maaf.
" Iya mas, gak papa".
Setelah Kim berpamitan, Cello juga keluar dari kamar Shima. Cello menyambar jaketnya, dan memacu kendaraannya membelah jalanan kota.
Shima yang tak bisa tidur hanya bisa mengutak atik ponselnya. Karena bosan akhirnya, Shima ketiduran.
Di suatu tempat yang bising dan di iringi suara musik yang memekakkan telinga, Cello bertemu dengan Andre, teman lamanya.
"Eeh.. Penganten baru bukannya dirumah berduaan sama istri kok malah kelayapan disini.? " Ucap Andre setengah mengejek.
"Pusing gua Ndre"
"Bukannya istri lo cantik ya.? "
"Cantik sih, tapi gua gak cinta"
"Persetan sama cinta Cell, kalau gua jadi lo, yaa gua manfaatin lah. Kenapa lo? Masih ingat Alina? "
Cello tersenyum miring.
"Udahlah Cell, lo ngapain mikir Alina. Dia udah bahagia sama suaminya. Suaminya lebih kaya dari lo, udah paling bener, lo di buang, ditinggalin kaya sampah. "
"Gak segampang itu Ndre. Uang gua udah abis sama Alina. Sampai gua ngarang cerita kalau uang gua habis buat judi. Breng-sekkkk emang Alina. "
"Trus lo ngapain masih disini? Pulang gih. Istri lo nungguin di rumah. "
"Gua gak cinta sama dia Ndre, bawaannya gua pengen marah kalo deket dia. Pesenin gua minum cepet deh, gua males pulang"
Malam itu Andre dan Cello party lagi. Entah berapa botol yang dihabiskan oleh Cello , sampai Cello hilang kesadaran.
"Cello emang si*lan. Nyusahin gua aja ni anak. " Andre menggerutu karena harus mengantarkan Cello pulang.
Sampai rumah, Andre mengetuk pintu.
Tok tokkk tokkkk
Shima terbangun dari ranjang empuknya saat mendengar pintu rumah diketuk dari luar. Shima menengok jam yang ada di dinding, pukul 02.23.
"Jam segini siapa yang datang? " Gumam Shima.
Sebelum membuka pintu, Shima mengintip dari jendela depan. Ternyata seorang lelaki dengan memapah Cello yang tidak sadarkan diri.
Shima segera membuka pintunya dengan wajah khawatir.
'Klek'
"Sorry ganggu malem-malem" Terdengar Andre berbicara pada Shima.
"Mas Cello kenapa mas.? " Tanya Shima khawatir.
"Udah biasa, mbak gak usah khawatir. Sekarang bantu saya anter Cello ke kamarnya. "
Shima membantu Andre meletakkan Cello di ranjangnya.
"Saya pulang dulu. Mbak gak usah khawatir, besok juga baik sendiri".
Shima mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
Setelah mengunci kembali pintu rumahnya, Shima menghampiri Cello di kamar. Shima membuka sepatu Cello dan meletakkannya di rak.
" Hueeeek" Cello muntah di lantai dan mengotori sebagian bajunya.
Shima menutup hidungnya saat membersihkan sisa muntah Cello.
"Bau begini kenapa masih diminum sih? Bikin mabok, muntah pula" Shima menggumam tidak jelas. Setelah selesai membersihkan, Shima melenggang pergi dan kembali tidur di kamarnya.
Keesokan paginya, Shima bangun lebih awal. Shima langsung menuju dapur dan memasak bahan makanan yang ada. Shima masak nasi, ayam goreng dan sup, karena hanya itu bahan makanan yang ada. Shima juga membersihkan semua bagian rumah. Mulai dari menyapu, mengepel, mencuci bahkan membersihkan kamar mandi.
Pukul 8, Shima belum mendapati Cello bangun. Shima inisiatif untuk membangunkan Cello dengan mengetuk pintu kamarnya karena Shima tahu Cello tidak mau jika ia masuk kesana. Bahkan jika Cello tahu, tadi malam Shima ke sana dan membersihkan sisa muntahnya, entah apa yang akan terjadi.
Tok tok tokkk
"Mass.. Mas bangun Mas"
Tok tokkk tokkkk
Tidak ada sahutan dari dalam. Shima membuka knop pintunya dan melongokkan kepalanya kedalam. Cello masih tertidur pulas, bergelung selimut hangat ditubuhnya.
Shima menutup kembali pintu kamar Cello untuk sarapan terlebih dahulu. Shima memang sudah lapar sekali karena sejak dari kemarin malam, dia tidak makan apa-apa, hanya minum air itupun langsung pingsan karena kaget dengan kehadiran Mursyid, ehh Kim.
Mengingat Kim, Shima jadi tertawa geli. Lucu juga manusia itu. Dalam sejarah kehidupannya, baru Kim yang mau berkenalan dengan dirinya.
Setelah sarapan, Shima memutuskan menyapu halaman, sambil menunggu Cello bangun. Namun sebelum itu, Shima membuatkan kopi dan beberapa camilan untuk Cello, agar saat bangun nanti Cello bisa meminum kopinya.
Saat melewati kamar Cello, Shima meliriknya dan kembali mengetuk pintunya.
"Masss.. Bangun mass"
"Heeemmmm" Terdengar gumaman Cello dari dalam.
"Mas Cepat bangun, aku sudah siapkan kopi untukmu. Aku akan membersihkan halaman. "
"Shimmaaaaaaaaaaaaaaa" Terdengar teriakan Cello dari dalam. Shima pun terkaget.
Cello membuka pintu kamarnya dengan mata merah dan penampilan yang menakutkan.
"Siapa yang menyuruhmu masuk kamarku.? "
"Maaf mas, tadi malam temanmu yang menyuruhku membantunya untuk mengangkatmu. Maaf mas" Shima menunduk dengan wajah ketakutan. Tangannya meremas rok selutut miliknya dan mata berkaca-kaca.
"Lain kali apapun yang terjadi, jangan sekalipun masuk kamarku" Ucap Cello dingin.
"I_iya mas"
Shima berlalu pergi dan menyapu halaman depan, serta merapikan bunga yang layu dan hampir mati. Semua tertata bagus oleh tangan mungil Shima. Shima mencabut rumput liar, serta menyiram beberapa tanaman hias di samping rumah. Rumah Cello memang bagus tapi sedikit berantakan, mungkin karena Cello tidak pernah merapikannya.
Saat Shima menyiram tanaman pagar yang rimbun, dahan tanaman yang tidak tersiram bergoyang dengan kencang. Shima agak takut karena mungkin ular atau hewan lainnya yang bersarang disana. Shima mendekati tanaman tersebut dengan membawa sapu. Perlahan Shima menyibak daunnya dan alangkah terkejutnya Shima.
"Mursyid.? "