NovelToon NovelToon
Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: revanyaarsella

Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.

Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 10: Api dan Kegelapan yang Terbangun

Ruangan megah itu terasa sesak, bukan hanya oleh jumlah orang yang hadir, tapi oleh ketegangan yang tak terucapkan. Dalam satu malam, Mira telah dikelilingi oleh tiga puluh empat pria, semua tampan dan memancarkan aura kekuatan yang berbeda—semuanya mengincar satu hal: dirinya. Di sekelilingnya berdiri empat kelompok kuat dari dunia supernatural, masing-masing memegang ambisi dan tujuan mereka sendiri. Namun, ancaman nyata belum datang dari mereka. Ancaman itu muncul dari altar kuno di tengah ruangan, di mana permata hitam mulai retak dan energi kegelapan merembes keluar, mengisi udara dengan hawa dingin yang menakutkan.

Ledakan energi yang keluar dari permata hitam itu menghentikan semua perdebatan. Jeritan suara dari dalam kegelapan itu menyayat telinga, menembus dinding dan hati semua yang ada di ruangan.

“Ini... bukan seperti yang kita duga,” gumam Dante, pemimpin Klan Malam, suaranya nyaris tenggelam oleh hiruk-pikuk energi yang bergolak di sekitarnya. Matanya yang keunguan bersinar samar di bawah bayang-bayang yang mengerikan.

Lucian, pemimpin vampir Timur, berlari mendekat dengan kecepatannya yang memukau, mata merah darahnya menyala dengan kemarahan yang tak terbendung. "Ini terlalu berbahaya! Kita harus segera menghancurkannya!" Dengan satu gerakan, tongkat perak yang ia bawa menciptakan lingkaran pelindung di sekitar Mira, melindunginya dari percikan energi gelap yang menyelimuti ruangan.

Namun, Valen, pemimpin penjaga kegelapan, hanya mengangkat pedang hitamnya dan tersenyum sinis. "Tidak ada yang bisa menghentikan ini. Ini adalah kekuatan yang hanya bisa dikendalikan, bukan dihancurkan," katanya tenang, meskipun jelas bahwa bayangan itu semakin meresap ke setiap sudut ruangan.

Mira berdiri di tengah badai kegelapan ini, jantungnya berdegup keras. Dia merasakan hawa dingin mengalir ke dalam dirinya, menembus daging hingga tulang. Meski tubuhnya menggigil, ada sesuatu yang lebih dalam di dalam dirinya yang mulai menyala—api Phoenix. Panas yang membakar dari dalam jiwanya mulai merespons kegelapan yang mengancam menguasainya. Tapi ini bukan hanya soal bertahan hidup. Ini soal siapa yang mengendalikan kekuatan yang sekarang menyatu di dalam dirinya.

"Semuanya diam!" Mira berteriak, suaranya menggema di seluruh ruangan. Api dari dalam dirinya mulai menyala, perlahan tapi pasti, menyelimuti tubuhnya dengan nyala oranye yang berdenyut hidup. "Kalian semua berbicara tentang kendali dan kekuatan, tapi ini bukan permainan kalian. Ini hidupku!"

Lucian melangkah lebih dekat, bibirnya menyeringai penuh ketegangan. "Kami tidak bisa membiarkanmu lepas kendali, Mira. Jika kekuatan ini tidak kau kuasai, dunia kita semua akan berakhir."

"Tapi jangan biarkan mereka mengendalikanmu, Jiwa Api," tambah Valen, suaranya rendah dan tegas. "Kegelapan ini adalah bagian dari dirimu. Kau harus mengendalikannya sebelum ia mengendalikanmu."

Dari balik kegelapan yang semakin pekat, suara lain terdengar. Kali ini bukan suara manusia, melainkan suara makhluk yang datang dari kedalaman. Sosok bayangan raksasa muncul dari retakan permata hitam. Matanya merah menyala, dan tubuhnya seolah-olah terbentuk dari kegelapan itu sendiri—sosok itu adalah inti dari semua kekacauan ini. Makhluk itu melengking, suaranya seperti cakar tajam yang mencabik-cabik udara, membuat seluruh ruangan bergetar.

"Kau bercanda," gumam Dante, wajahnya tiba-tiba pucat. "Itu adalah Penghuni Bayangan. Kita semua akan mati jika dia terbebas."

Orvus, pemimpin Ksatria Bintang, berteriak kepada anak buahnya, "Bersiaplah! Kita akan melawan!" Suara logam berbenturan terdengar ketika para ksatria menarik pedang mereka, yang berkilauan seperti bintang yang jatuh dari langit.

Dalam sekejap, makhluk itu menyerang. Cakarnya menyapu ruangan, menghancurkan pilar-pilar batu yang selama ribuan tahun menopang tempat itu. Para vampir, ksatria, dan penjaga kegelapan bereaksi cepat, masing-masing menggunakan kekuatan mereka untuk menahan serangan. Lucian melompat tinggi, tongkat peraknya memotong udara dengan kecepatan vampir, menciptakan gelombang energi yang menghantam makhluk itu. Namun, serangan itu hanya menggores permukaan kegelapan.

Sementara itu, Valen mengarahkan anak buahnya membentuk perisai energi hitam untuk menahan dampak serangan balik Penghuni Bayangan. Tapi kekuatan gelap itu terlalu kuat, menghancurkan perisai mereka seolah-olah hanya kertas tipis.

Dante dari Klan Malam berdiri di sisi Mira, mengulurkan tangannya. "Dengarkan aku, Mira. Kekuatanmu adalah kunci untuk menghentikan ini. Kegelapan ini adalah bagian dari dirimu. Kau harus menerimanya."

Mira menatap Dante, matanya berkilat antara ketakutan dan ketidakpastian. "Bagaimana caranya aku bisa mengendalikan sesuatu yang begitu besar?"

"Terimalah kedua sisi dirimu," jawab Dante dengan nada mendesak. "Gabungkan api Phoenix dengan kekuatan vampirmu. Hanya kau yang bisa menyeimbangkan keduanya."

Sementara Mira berjuang dengan dirinya sendiri, Penghuni Bayangan semakin menggila, menghancurkan setiap penghalang yang berani menghalanginya. Orvus dan para Ksatria Bintang melemparkan serangan demi serangan, namun tampaknya makhluk itu menyerap setiap energi yang mereka keluarkan, semakin memperkuat kegelapan.

Lucian, dengan gerakan cepatnya, melompat mendekat ke Mira. "Jangan dengarkan dia! Kau tidak butuh kegelapan itu. Kau adalah Jiwa Api, kau bisa menghancurkan semua ini dengan kekuatanmu sendiri."

Mira merasa jiwanya terkoyak. Satu sisi dirinya menginginkan cahaya, tapi sisi lainnya merasa terikat pada kegelapan yang merasuk dari altar. Kemudian, dalam satu momen pencerahan, dia menyadari bahwa tidak ada jalan keluar. Ini bukan soal memilih satu kekuatan di atas yang lain. Ini tentang keseimbangan. Dia harus menggabungkan keduanya—menerima cahaya dan kegelapan dalam dirinya.

Mata Mira memancarkan kilatan oranye bercampur merah darah. Api mulai menyala lebih terang dari sebelumnya, bercampur dengan aura gelap yang mengalir dari dalam dirinya. Dia mengangkat kedua tangannya, merasakan energi dari kedua dunia tersebut mengalir, bersatu dalam satu kekuatan.

Penghuni Bayangan, yang sebelumnya tak terkalahkan, tiba-tiba terhenti. Ia menatap Mira dengan mata merahnya yang besar, seolah-olah merasakan ancaman nyata untuk pertama kalinya.

Mira, dengan seluruh kekuatan yang kini bersatu di dalam dirinya, mengayunkan tangannya ke arah makhluk itu. "Kau tidak menguasai aku!" teriaknya, suaranya bergema dengan kekuatan yang mengguncang ruangan.

Sebuah bola energi besar, bercahaya oranye dan hitam, terbentuk di tangannya. Dengan satu gerakan cepat, dia melemparkannya langsung ke arah Penghuni Bayangan. Ledakan energi yang dihasilkan begitu dahsyat, menyapu seluruh ruangan, menghancurkan kegelapan dan mengembalikan cahaya.

Penghuni Bayangan melengking keras, tubuhnya mulai meleleh di bawah kekuatan gabungan itu, sebelum akhirnya lenyap menjadi asap hitam yang menghilang di udara.

Ruangan kembali tenang. Para pria, dari setiap kelompok, menatap Mira dengan mata lebar, tak percaya apa yang baru saja mereka saksikan. Mira berdiri di tengah-tengah mereka, tubuhnya masih bergetar dari energi yang dilepaskannya, tapi kekuatan yang ia rasakan sekarang jauh lebih stabil. Dia telah menemukan keseimbangan.

Mira menarik napas panjang, menatap mereka semua. "Jika kalian ingin bertahan hidup di dunia ini, kita harus bekerja sama. Tidak ada lagi permainan kekuasaan. Kalian tidak mengendalikan aku. Kita akan melawan ini—bersama-sama."

Semua yang hadir hanya bisa terdiam, menyadari bahwa dunia telah berubah. Mira bukan lagi sekadar seorang gadis dengan kekuatan besar. Dia adalah kunci untuk masa depan dua dunia—cahaya dan kegelapan.

1
Yurika23
aku mampir ya thor....bagus ceritanya..penulisannya juga enak dibaca...lanjut terus Thor..
Yurika23: gak membingungkan kok kak...semangat terus...
Revanya Arsella Nataline: iya, makasih
maaf kalau agak membingungkan
total 2 replies
Afiq Danial Mohamad Azmir
Tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir. Semangat thor! 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, maaf kalau kurang nyambung
total 1 replies
Ngực lép
Semoga semangatmu selalu terjaga agar bisa sering nulis, thor 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, semoga suka dengan ceritanya soalnya masih pemula
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!