Isa adalah seorang Presdir tampan, ia dipaksa ibunya untuk menikahi Jinan, gadis kampung yang masih imut karena dia baru lulus SMA.
Untuk menguji ketulusan Jinan, Isa berpura-pura menjadi sopir. Ia tak menyangka, Jinan malah bekerja di perusahaannya sebagai OG.
Bagaimana caranya Isa menyembunyikan jati dirinya dari Jinan, dan akan mereka benar-benar jatuh cinta.
Silakan baca kisah kocak and romantis mereka dalam Novel : Dikira Sopir Ternyata Presdir.
Baca juga kisah Novel saya yang lain :
Dia Ameera (Sang Putri Arab)
Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
Mona Si Gadis Petualang (Novel Misteri Memecahkan Misteri pembunuhan di kampus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lupa Istri
Jinan terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap dan memindai sekelilingnya. Mata gadis cantik itu melebar ketika menyadari dirinya bukan tidur di rumahnya melainkan di rumah suaminya.
"Ya ampun, ini jam berapa ya, si Om di mana ya?" Jinan turun dari ranjang kemudian keluar dari kamarnya. "Kok, sepi. Di mana tuh orang?" Jinan terus mencari-cari Isa. Dia membuka kamar yang satunya, tàpi dia tak menemukan Isa. "Sebaiknya aku ke kamar mandi dulu, entah jam berapa ini, di luar udah agak terang, mungkin udah hampir jam 6 pagi." Gadis remaja itu terus berbicara seorang diri sembari berjalan menuju kamar mandi.
"Ya Allah, aku lapar banget, aku juga haus. Sebaiknya aku periksa dapur," Jinan melepas mukenanya kemudian berjalan menuju dapur, berharap menemukan bahan makanan yang bisa ia masak, tapi sayangnya, dapur itu kosong. "Kemana tuh, cowok? Apa dia sengaja meninggalkan aku sendirian? Dasar laki-laki gak tanggung jawab, mana pintu depan juga dikunci, apa dia mau aku mati di rumah ini?"
Jinan terus menggerutu, sementara Isa kini sudah bersiap menuju kantornya. Dia menepuk dahinya sendiri kala dia melihat sopirnya. Dia baru teringat bahwa dia meninggalkan gadisnya di kontrakan. "Ya ampun, aku sampai lupa gadis itu. Pak Deni, apa Bapak nengokin gadis kemaren?" tanya Laki-laki itu pada sang sopir.
"Udah, Pak, tapi Mbaknya belum buka pintu," jawab Pak Deni.
"Apa, aduh, tadi malam saya mengunci rumahnya dari luar. Ya ampun, ayo ke sana dulu!" Dengan panik, Pak Deni langsung memutar balik mobil yang ia kendarai menuju kontrakan.
"Pak, ini uang, tolong belikan makanan buar sarapan, dia pasti belum makan apa-apa dari tadi malam."
Setelah memerintahkan sopirnya membeli makanan, Isa langsung turun dari mobilnya dan membuka pintu. "Jinan, kamu di mana?" teriak Isa sembari membuka pintu, tapi sebelum dia sempat masuk, sebuah tendangan mendarat di punggungnya hingga membuat dia terhuyung.
"Aww, kenapa kamu menendangku?" teriak Isa saat dia menoleh dan melihat Jinan berdiri dengan bertolak pinggang. "Dasar preman kecil, kamu mau suamimu mati?" Isa kembali berteriak.
"Om yang mau aku mati, ninggalin aku sendirian di sini, tanpa makanan, mana pintunya dikunci lagi!" Jinan menjawab dengan nada berapi-api, membuat Isa yang tadinya akan marah, kini terlihat merasa bersalah.
"Hehe, maaf. Tadi Mas ... mm Mas kerja malam. Iya, Mas dipanggil Bos, jadi ya harus kerja, Mas kan sopir," Isa menjawab dengan gugup. Ada rasa bersalah yang menyelinap di hati Jinan, tapi kala dia ingat pintunya dikunci dari luar, dia kembali manyun.
"Kerja sih, kerja, terus kenapa pintunya dikunci dari luar?" Jinan masih terlihat sewot, dia duduk di kursi tamu dengan bersidekap dan bibir dimanyunkan.
"Itu, karena Mas bingung, kalau pintu gak dikunci, takutnya ada orang jahat masuk, ya terus kan tadinya Mas mau pulang sebelum azan, tapi Mas ketiduran di rumah Bos," Isa terus berusaha membujuk istri kecilnya itu.
Untungnya sebentar kemudian, Pak Deni datang membawakan sarapan yang diminta Isa. "Pak isa, ini makanan yang Bapak minta," ucap Pak Deni seraya berlalu dari rumah bos anehnya.
"Nan, ini makan dulu, kamu pasti lapar, iya kan?" Isa meletakkan makanan di depan Jinan. Tanpa disuruh kedua kalinya, Jinan langsung membuka makanan itu. Wajahnya terlihat berseri ketika melihat bubur ayam kesukaannya.
"Wah, ini pasti enak," Tanpa menunggu suaminya, Jinan langsung saja memakan makanan di depannya dengan lahap.
'Ya ampun, anak ini benar-benar kelaparan. Padahal baru beberapa jam dia gak makan,' batin Isa sembari menelan ludah melihat tingkah barbar gadis remaja di depannya.
"Om, minumnya dong!" titah Jinan pada Isa, entah kenapa Isa pun langsung menurutinya.
"Nih, pelan-pelan minumnya, nanti kesedak kamu! Mas pergi kerja dulu, Mas menaruh uang di meja makan, apa kamu gak lihat?" Isa terus mengoceh sembari bangun dan membenahi Jasnya.
"Iya, Inan lihat, kok. Om, kok, mau kerja lagi, kan baru datang?" tanya Jinan di sela aktifitas mengunyahnya.
"Kan, Mas udah bilang, Mas ini sopir, jadi kerjanya harus nuruti Bos. Kalau bos mau Mas kerja sekarang, ya harus Mas turuti,"
"Emang kalau kerja jadi sopir, gak boleh istirahat dan makan? kenapa Om gak cari kerja yang lain aja?" celoteh Jinan, sembari terus melanjutkan aktifitas sarapannya.
"Hmm, sudahlah, kamu jangan cerewet, pokoknya Mas kerja ini demi kamu juga. Biar kamu bisa makan enak begini. Kamu jangan banyak tanya. Kamu juga jangan khawatir, toh Mas baik-baik saja!" balas Isa dengañ nada suara naik satu oktaf.
Mendengar suaminya membentak, Jinan kini berhenti mengunyah. "Om kenapa bentak Inan? Inan kan cuma khawatir, lagian Om jangan lupa, Om udah janji gak akan bicara keras sama Jinan,"
"Ya ampun, tadi dia yang kasar, tapi dia malah mau nangis cuma gara-gara aku bicara keras sedikit. Akhkh," gerutu Isa, tapi tentunya hanya sebatas dalam benaknya.
"Ya, Mas minta maaf, Mas gak maksud bentak kamu, sekarang Mas pergi dulu. Kalau mau beli makanan, nanti kamu bisa ke super market di depan. Kalau kamu ditanya sama tetangga, kamu jangan bilang kita suami istri, kita belum punya surat nikah, bilang aja Mas kakak sepupu kamu, ok? daah!" Tanpa menunggu Jinan menjawab, Isa langsung keluar dari kontrakan itu.
"Dasar laki-laki aneh. Kenapa dia kerja siang malam. Mana aku disuruh bilang ke orang bahwa aku adiknya lagi," gerutu Jinan sembari merapikan bekas makanannya. "Eh, ini kan ada nasi uduk, baiknya aku gak usah masak aja, tapi kalau si Om nanti siang pulang dan pengen makan, nanti gak ada makanan. Kata emakku, aku harus jadi istri yang baik. Baiknya aku ke warung buat beli sayuran," gumam Jinan.
Setelah Isa pergi, Jinan bergegas keluar rumah mencari warung. "Ya ampun, aku sekarang udah jadi ibu-ibu rumah tangga, beli sayuran terus masak buat suami. Moga aja ibu-ibu komplek ini gak ada yang keppo,"
"Permisi, Bu!" sapa Jinan pada ibu-ibu yang sedang membeli sayuran.
"Eh, Adek baru di sini?" tanya salah seorang dari mereka.
"Eh, yang ganteng tadi pagi, kakak kamu?" tanya Ibu yang lainnya.
"Kakakmu pasti tajir, mobilnya aja mewah, Jasnya juga terlihat mahal? tapi kok, kamu tinggal di kontrakan, apa jangan-jangan kamu ini simpanan Om-om, ya?" celetuk si ibu yang lainnya.
Mata Jinan melotot mendengar tuduhan dari ibu-ibu tetangganya itu. "Maaf, Ibu-ibu, yang itu suam ..eh, maksud saya, itu sepupu saya, dia cuma sopir," jawab Jinan kesal.
"setelah sampai kantor Jinan pun menuju tempat keja OG dan bertanya sama Rima" terus.....baru reader paham,,nih terus pada nanya Rima,,diingat Rima sama numpang dimobil,ataupun pertanyaan tadi dituju sama Isa.