NovelToon NovelToon
Pernikahan Kedua

Pernikahan Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Healing
Popularitas:69.8k
Nilai: 5
Nama Author: Annisa sitepu

Pernikahan pertama yang hancur akibat orang ketiga membuat Adel terluka hingga memutuskan menutup hati. Ditambah ia yang belum bisa memberikan keturunan membuat semuanya semakin menyedihkan.

Namun, takdir hanya Tuhan yang tahu. Empat tahun berjibaku dengan bisnis yang ia mulai untuk melupakan kesedihan, Adel malah bertemu anak laki-laki tanpa kasih sayang seorang ibu.

Dari sana, di mulai lah kehidupan Adel, Selatan dan Elang. Bisakah mereka saling mengobati luka atau malah menambah luka pada masing-masing hati. Terungkap juga kisah masa lalu menyedihkan Adel yang hidup di panti asuhan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa sitepu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memulai Hidup Baru

Sesampainya di stasiun Bandung. Kelima orang tersebut naik taksi online menuju rumah baru. Karena beberapa hal. Adel memutuskan meninggalkan mobilnya di rumah itu. Dan ketika tiba di depan rumah, kelimanya takjub dengan penampilan rumah yang memang benar-benar indah, meskipun terlihat sederhana. Tapi desainnya yang unik serta pepohonan yang membuat teduh membuat siapa pun akan betah tinggal di sana.

"Ini lebih indah dari rumah lama, Nyonya." Mang Ujang, suami dari bibi Inah bersuara. Pria paruh baya tersebut sangat menyukai kesederhanaan sehingga memuji rumah baru mereka.

"Ya, aku benar-benar betah tinggal disini. Bahkan pos jaganya cukup unik, Nyonya." Bondan, pria berusia 24 tahun. Satu tahun lebih tua dari Melati bersemangat ketika melihat pos jaga barunya yang terletak di pintu gerbang sederhana berwarna hitam.

"Senang mengetahui bahwa kalian menyukai rumah baru kita. Ayo, sekarang kita masuk, tapi setelah ini harus ada yang berbelanja agar kita bisa makan malam."

"Biarkan bibi yang belanja, kebetulan saat kita menuju ke sini, bibi melihat sebuah pasar yang cukup ramai. Sepertinya pasar malam di daerah sini."

"Baik, Bondan dan Mang Ujang harus menemani Bi Inah, sedangkan aku bersama Melati akan membereskan rumah."

"Setuju," ucap keempat orang tersebut.

Setelah berbagi tugas. Semuanya mulai mengerjakan apa yang menjadi miliknya, kebetulan rumah tersebut memiliki 4 kamar. Adel memutuskan mengambil kamar utama, bukan karena besarnya, tapi karena pemandangannya yang sangat indah setiap kali membuka jendela kamar.

Pada pukul 6 sore. Bi Inah, mang Ujang dan Bondan akhirnya pulang. Adel dan Melati juga sudah selesai dengan pekerjaan mereka, sekarang hanya Adel yang sedang di kamar. Masih mengenang masa-masa indah bersama Rai, sang suami.

"Ternyata aku masih terpuruk." Ingin rasanya Adel melupakan setiap momen manis yang ia dan suaminya lalui. Tapi sayang itu tidak semudah yang ia pikirkan. Kini ia malah terpuruk, menyesali apa yang sudah ia lewati sehingga suaminya menjadi seperti sekarang.

Mengingat kembali momen pertama kali bertemu, melewati hari-hari bersama lalu memutuskan menikah di usia muda, tapi sayang. Rumah tangga yang ia kira akan berakhir bahagia malah menjadi cerita sedih nan kelam. Ia masih 26 tahun, tapi sudah menjadi janda, yang lebih tragisnya. Janda ditinggal menikah oleh suaminya demi wanita yang ia selamatkan di masa lalu.

Sungguh sebuah kisah yang tragis. Tapi Adel tidak pernah menyesali bantuannya, lagi pula percuma. Semuanya sudah selesai, mungkin dia juga tidak akan menikah di masa depan. Entahlah, Adel hanya berencana, selebihnya Tuhan-lah yang tahu.

"Nyonya, makan malam sudah siap." Tiba-tiba suara bibi Inah mengganggu lamunan Adel.

"Baik, Bi. Aku akan turun sebentar lagi." Air mata masih tersisa di pipi, sehingga Adel harus mencuci wajah sebelum keluar kamar.

Memandang wajahnya di cermin. Adel terkejut, ini kali pertamanya ia melihat wajah menyedihkan serta tatapan kosong. Pantas saja banyak orang yang menatap kasihan padanya, mungkin keempat pelayan dan penjaganya juga memberikan tatapan kasihan tanpa sepengetahuannya.

"Ayo, Adel. Kau harus bisa bangun, pria itu tidak pantas untuk kau tangisi. Masih ada mereka yang membutuhkan mu." Hanya diri sendiri yang bisa membantunya saat ini. Kata-kata bijaksana sudah tidak berarti apa-apa untuknya, yang ia butuhkan sekarang pelukan serta teman cerita. Sayangnya dia tidak memiliki kedua hal tersebut.

Sekali lagi Adel membasuh wajahnya. Meskipun masih terlihat sembab, setidaknya tidak terlalu menyedihkan. Mungkin banyak yang melihat dia baik-baik saja ketika keluar dari resepsi pernikahan kedua suaminya, bahkan masih terlihat tenang meskipun perasaannya sangat hancur.

Selesai menatap wajah sendunya di kaca kamar mandi. Adel memutuskan pergi keluar kamar dan bergabung dengan bibi Inah, mang Ujang, Bondan dan Melati untuk makan malam. Mulai sekarang, hubungan mereka sudah berubah menjadi saudara, tidak ada nyonya dan pelayan.

"Mari makan." Tanpa melihat wajah keempat orang tersebut. Adel duduk di kursi lalu mulai mengambil piringnya. "Kenapa kalian masih berdiri? Jangan berfikir hubungan kita masih sama. Sekarang kita saudara jadi tidak perlu merasa sungkan. Aku juga bukan nyonya kalian lagi. Panggil saja nama ku."

Mendengar kata-kata Adel, keempatnya menjadi terharu. Tidak pernah mereka bayangkan bahwa nyonya besar mereka kini menjadi saudara. Dan mulai sekarang mereka akan saling membantu.

"Baik," ucap keempatnya bersama.

Untuk pertama kalinya, makam malam kali ini terasa spesial untuk keempat orang tersebut. Mereka sudah tidak lagi menyandang status pelayan, dan status mereka juga tidak rendah seperti dulu.

Selesai makan malam. Ketika Adel ingin pergi ke kamar, bibi Inah yang sudah melihat mata sembab Adel memutuskan menghampirinya, di antara mereka berlima. Hanya dia wanita yang paling tua sehingga sudah dapat di katakan dia adalah orang tua untuk Adel, Melati dan Bondan.

"Mau bercerita?"

Langkah kaki Adel terhenti, tiba-tiba matanya mulai berkaca-kaca. Selama hidupnya, ia tidak pernah memiliki bahu untuk menangis, terlahir di panti asuhan, lalu menikahi pria yang tidak mau tahu tentang kisah hidupnya membuat Adel menjadi wanita tegar.

Wajar jika perasaannya menjadi sangat sensitif sekarang. Ditambah dua kata sederhana dari bi Inah, Adel menjadi tidak kuat dan memutuskan memeluk tubuh renta bibi Inah. Bondan, Melati dan Mang Ujang menjadi ikut sedih, walau mereka tidak tahu cerita masa lalu Adel, tapi mereka yakin bahwa wanita itu sedang berusaha tegar dan sekarang pembatasnya sudah hancur ketika hubungannya dengan Rai hancur oleh orang ketiga.

"Aku berfikir bahwa aku baik-baik saja, Bi. Tapi nyatanya, kenangan itu masih ada. Hati ku masih terluka dan aku masih terpuruk." Setelah puas menangis. Akhirnya Adel berbicara, dan perkataanya membuat keempat orang tersebut ikut sedih.

"Itu hal yang wajar, Nak. Percayalah, setelah hujan akan ada pelangi. Mungkin sekarang kau ada di pase paling sakit dalam kehidupan, tapi yakinlah. Di masa yang akan datang, semua tangisan ini akan berubah menjadi bahagia."

Pelukan Adel semakin kuat, ia lelah. Benar-benar lelah. Setelah bersikap dewasa dan kuat selama 26 tahun, ini adalah satu-satunya hari dimana dia melemahkan dirinya.

"Kak Adel harus kuat. Masih ada kami yang akan menjaga Kakak. Melati masih ingat bagaimana Kak Adel memberikan senyuman saat Melati sedang sedih, mengatakan bahwa setiap manusia punya pase menyedihkannya masing-masing. Setelah ini, pasti Kak Adel bakal bahagia." Melati memberikan pelukan di punggung Adel. Ketiganya menangis dalam pelukan, sedangkan Bondan dan mang Ujang hanya bisa menatap mereka dengan mata memerah.

Setelah puas menangis, kini Adel, bibi Inah dan Melati memutuskan duduk di sofa bersama Bondan dan mang Ujang. Beruntung rumah ini sudah terisi dengan perabotan, dan sebelum pindah pun Adel sudah menyewa seorang bersih-bersih untuk merawat rumah kecilnya.

"Mari kita buka lembaran baru, terima kasih karena kalian sudah bersedia ikut dengan ku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidup ku tanpa adanya kalian." Andai saja tadi Adel menolak keempat orang tersebut ikut dengannya. Mungkin sekarang ia akan menjadi wanita gila, menangis sendirian, dan lebih parahnya lagi mati akibat kesepian.

"Setuju, dan jangan berterima kasih pada kami, Nak. Kita sudah satu keluarga jadi tidak ada kata terima kasih setiap kali membantu." Mang Ujang berjanji akan menjadi orang tua untuk Adel, Melati dan Bondan.

"Baik, kalau begitu. Aku akan memberitahu rencana ku setelah kita tinggal di sini. Seperti yang sudah ku diskusikan dengan Bi Inah dan Melati, kita akan membuka sebuah kafe yang menjual es krim, cup cake dan minuman jus serta kopi. Tentang lokasi, aku akan mendiskusikan dengan koneksi ku. Dan untuk lebihnya, aku menyerahkan semuanya pada kalian."

Senang rasanya di hargai, keempat orang tersebut merasa terharu karena Adel meminta mereka ikut serta dalam pembentukan kafe baru tersebut.

"Bisakah aku dan kak Bondan jadi perancangan  ruangan yang ada di kafe itu, Kak?" Karena nasib yang sama yaitu yatim piatu. Melati dan Bondan cukup akrab dan memiliki hobi dekor walau tidak hebat seorang arsitek, tapi hasil rancangan mereka cukup bagus.

"Tentu, kalian boleh menjadi pihak dekor."

"Kita juga harus memasang wi-fi untuk remaja, Kak." Kali ini Bondan angkat bicara.

"Boleh juga, bagaimana pun target ku adalah anak remaja. Tapi kita juga tidak boleh melewatkan orang-orang yang bekerja di kantor. Mungkin menu lain kita bisa menambahkannya."

Kelima orang tersebut mulai mendiskusikan apa-apa saja yang diperlukan ketika membuka sebuah kafe. Melati dan Bondan juga bersedia menjadi pelayan tanpa gaji di awal pembukaan, sedangkan bi Inah bertugas di dapur entah mencuci piring atau membersihkan kafe serta dapur sedangkan mang Ujang, kebetulan sangat berpengalaman sebagai kasir dijadikan kasir sementara oleh Adel.

Untuk urusan memasak, serta meracik menu itu merupakan milik Adel. Ia cukup ahli dalam bidang kuliner karena bagaimana pun saat SMA ia mengambil jurusan tata boga.

"Baiklah, karena semuanya sudah tahu pekerjaan apa yang akan dilakukan saat kafe berdiri. Maka saatnya kita beristirahat. Semoga apa yang kita rencanakan bisa berjalan dengan lancar."

"Amin," sahut keempat orang tersebut.

Kelima orang tersebut akhirnya kembali ke kamar masing-masing. Adel yang sudah mendapatkan gambaran kafe tidak lagi sempat memikirkan masalah rumah tangganya, ia hanya ingin fokus pada rencananya.

Adel mulai menentukan mana saja orang yang bisa dimintai bantuan. Mulai memikirkan apa alasan yang bisa membuat mereka yakin ingin bekerja sama dengannya. Kali ini, pekerjaan tersebut terasa sedikit sulit dari saat ia memimpin perusahaan, hal itu wajar mengingat kafenya baru akan di buka dan belum tentu bisa mendatangkan untung, namun. Adel tidak akan menyerah, ia pasti bisa mendirikan sumber uangnya sendiri.

1
vi
ceritanya bagus
Herna Wati
wow..kerenn
Herna Wati
rasainlu..karma mulai berjalan
Galuh Setya
thor kapan up lagi
Lembayung Senja
ini kenapa ndak dlanjut lg critanya
Galih Galvin
emang jadi janda itu banyak, godaannya selalu d cap jelek, sama semua orang, padahal semua perempuan tidak ada yang sebenernya,lanjut kakak cerita nya bagus👍👍👍
Elin Lina
Kak othooorrr.., mana nih lanjutannya.. kok nggk up² sh..
Rapika Manurung
ee babi updatlah kontolmu bapak kaulah anjeng kau
Yeni Astriani
kpn up lagi thor seruuuu nich ceritanya
Lembayung Senja
blom up lg kak
Ani
semoga Adel memang masih memiliki keluarga yang utuh..
Mira Rista
mantep siiiip, lanjut semangat
Fitria Syafei
kk kereeen 😘 keren 😘 kereeen 😘
Reni Anjarwani
doubel up thor
Rapika Manurung
ee manusia babi 🐷🐷🐷🐷🐷
Fitria Syafei
semoga mereka bersatu kepada ya KK, Wisnu dan Diva 🤲 KK terimakasih 😘😘
Elin Lina
Yaaahhh..,, giliran up cuman 1 thoooorrr.., double up sh.. 🤣🤣
Reni Anjarwani
doubel up thor
Lembayung Senja
lanjut
Reni Anjarwani
doubel up thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!