Farah adalah seorang psikolog muda yang energik dan penuh dedikasi. Setiap pagi dimulai dengan keceriaan, berinteraksi dengan penjaga gedung sebelum menuju tempat kerjanya di lantai enam. Sebagai seorang psikolog yang sudah berpraktik selama empat tahun, Farah menemukan kebahagiaan dalam mendengarkan dan berbagi tawa bersama pasien-pasiennya.
Pada suatu hari, saat makan siang, Farah mendengar kabar bahwa ada seorang psikiater baru yang bergabung di rumah sakit tempatnya bekerja. Jantungnya berdebar-debar, berharap bahwa psikiater baru tersebut adalah kakaknya yang telah lama tak ia temui. Di tengah-tengah rasa penasaran dan kekecewaannya karena belum mendapat kepastian, Farah bertemu dengan seorang pria misterius di kantin. Pria itu, seorang dokter psikiater dengan penampilan rapi dan ramah, membuat Farah penasaran setelah pertemuan singkat mereka.
Apakah pria itu akan berperan penting dalam kehidupannya? Dan apakah akhirnya Farah akan menemukan kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5
“Kita akan tunggu sampai pria asing ini bangun.”
Jawab
Farah. Satu jam, dua jam, tiga jam, sudah berlalu.
Pria asing ini masih belum
sadarkan diri, Farah dan Pera yang berjaga
semalaman. “Kita laporkan ke polisi
saja.” Ucap Farah khawatir.
“Kenapa wajahnya tidak asing?” ucap Pera.
“Apakah kau mengenalinya?” tanya Farah.
Pera terus memperhatikan pria asing itu dengan
sangat serius. “Aku ingat sekarang, pria ini adalah model.” Ucap Pera dengan
sangat yakin. Farah mundur perlahan “Siapa
namanya?” tanya Farah.
“Faisal atau lebih dikenal dengan nama Ical.” Jawab
Pera. Pria asing ini ternyata adalah seorang model yang sedang naik daun, baru
saja melakukan debut pertamanya dalam dunia music dan acting.
Farah sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, bahkan
jika mereka melapor ke polisi orang tidak akan percaya. Mereka berdua yang akan
masuk penjara atas tuduhan pembunuhan. Ditengah-tengah kegelisahan mereka
berdua Ical terbangun, Farah langsung melepaskan tali yang mengikat dari tubuh
Iplan. Tunggu, bagaimana jika dia memang berniat jahat pada Pera pikir Farah.
Farah kembali mengikat Ical.
“Apa yang sedang kalian lakukan, kenapa kalian
mengikatku?”
tanya Ical.
“Kenapa kau mengikuti Pera ?” tanya Farah dengan
tatapan
tajam sambil menatap Ical.
“Aku hanya ingin mengembalikan ini.” Ucap Ical
sambil memberi isyarat ada sesuatu di dalam jaketnya. Farah segera melepas tali
yang mengikat tubuh Ical, Ternyata itu adalah berkas kontrak kerja milik Pera.
“Kenapa ini ada di kamu.” Tanya Pera.
“Aku duduk tepat di belakangmu saat di pesawat,
jadi saat melihat berkas mu tertinggal aku berniat mengembalikannya. Tapi kamu
selalu
kabur saat aku panggil.” Ucap Iplan.
Farah yang sudah memahami ke salah pahaman dari
situasi ini pun hanya bisa terduduk pasrah, entah apa yang akan dilakukan Ical
pada mereka berdua. Farah hanya berpikir apakah dia akan berakhir
dipenjara karna kesalahan pahaman ini. “Jadi apa
yang akan kamu lakukan sekarang?”
ucap Farah.
“Tenang saja aku tidak akan menuntut kalian, tapi
sebagai gantinya aku ingin membuat kontrak kerja dengan kamu.” Ucap Ical sambil
menatap Pera. Pera pun mengiyakan hal itu. Kontrak itu menyatakan bahwa mulai
saat ini Ical disponsori oleh butik milik Pera.
Saat Farah melihat jam di tangannya sudah pukul
05:00 pagi. Farah sudah sangat mengantuk memutuskan untuk pergi ke kantornya di
rumah sakit. Setelah berpamitan dengan Pera dan meminta maaf kepada Ical atas
ke salah pahaman itu. Banyak sekali
kejadian yang menguras emosi Farah hari, Farah
mendekap dirinya sendiri dengan
lembut “Terima kasih untuk kerja kerasnya hari
ini.” Gumang Farah. Farah pun
tertidur sebentar sebelum kembali bekerja.
Matahari mulai naik kepermukaan menghangati langit
dengan perlahan. “Selamat pagi, kamu tidur di
kantor yah, tumben.” Tanya tekan kerja Farah. Farah
hanya membalas dengan
senyum.
“Farah ada orang yang mencari kamu.”
“Siapa?”
“Sepertinya dia dokter di sini” ucap rekan
kerjanya. Farah pun menghampiri orang tersebut dan ternyata itu adalah Iplan.
“Bagaimana kamu
tahu aku ada di sini?” tanya Farah.
“Pertama, aku melihat ada mobilmu di parkiran.
Kedua, aku bertanya kepada resepsionis di lantai berapa kantor kamu. Ketiga aku
menyuruh orang yang lewat memanggilkan kamu. Karna itu aku di sini. Aku membawa
bubur, ayo kita makan bersama!” ucap Iplan.
Farah pun mengajak Ical pergi ke ruangannya untuk
makan bersama. Setelah makan Iplan pun pergi dan Farah juga mulai bersiap untuk
menerima tamu yang datang.
Hari ini Farah kedatangan tamu yang kondisinya
sudah berat dan harus ke dokter psikiater tapi dokter yang biasanya Farah
rekomendasikan sudah pindah keluar kota. Saat melihat daftar dokter psikiater
Farah memutuskan untuk merekomendasikan kepada Iplan. Farah yakin Iplan bisa
mengatasinya.
Hari pun tak terasa sudah berlalu. Setelah
jam kerja selesai Farah pergi ke lantai 10 bukan
untuk menemui Ruel melainkan
Iplan, Farah hanya ingin berterima kasih karna
Iplan sudah mau menerima tamu
yang dia rekomendasikan. Saat menunggu di ruang
tunggu Farah melihat Ruel,
Farah ingin menghampirinya namun, Farah masih belum
siap menghadapi reaksi yang
akan Ruel berikan. Farah hanya pura-pura tak
melihatnya sambil menunggu Iplan
datang.
Sudah hampir setengah jam menunggu dan Farah tak
sengaja tertidur. Entah sudah berapa lama Farah tertidur tiba-tiba ada yang
membangunkannya. “Apakah kamu keluarga pasien?”
saat melihat siapa yang
membangunkannya ternyata itu Ruel.
Beberapa saat setalah Farah meninggalkan Ical dan
Pera berduaan di kamar hotel.
“Kenapa kamu mau membuat kontrak denganku, padahal
banyak sekali desainer
terkenal yang ingin membuat kontrak dengan kamu.
Kamu juga lagi naik daun kan.”
Ucap Pera.
Pera bukannya menilai bahwa dia tak pantas untuk
menjalin kontrak dengan Ical namun, Pera hanya heran biasanya orang yang sedang
naik daun akan langsung mengajukan kontrak pada butik dan desainer yang sangat
mahal. “Aku hanya tertarik padamu.” Sahut Ical.
Pera memalingkan matanya ke kiri dan ke kanan
merasa ambigu dengan jawaban Ical.
“Karna sudah menanda tangani kontrak, kamu bisa
keluar sekarang.” Ucap Pera.
“Berikan aku tanda mengenalmu, setelah itu aku akan
pergi.” Ucap Ical. Pera memberikan kartu namanya kepada Ical, Pera hanya
berfikir bahwa Ical tidak sepenuhnya percaya kepadanya. Wajar saja sih, tapi
yah sudahlah.
Pera juga tidak ingin berlama-lama dengan Ical
karna khawatir akan ada rumor
yang beredar.
Ical pergi keluar dari kamar Pera “Apakah dia tidak
mengingatku?”
gumang Ical.
*KEMBALI*
Farah yang terkejut saat melihat Ruel hanya bisa
terdiam dan menatap sendu. “Bukan, saya sedang menunggu dokter Iplan.” Jawab
Farah.
“Kalau begitu saya pamit dulu.” Ucap Ruel. Farah
yang sudah tidak tahan ingin menjelaskan kembali pertemuan singkat mereka
“TUNGGU…” ucap
Farah.
Ruel membalikkan badan menatap Farah.
“Ada perlu apa yah?” tanya Ruel.
“Apakah anda ingat dengan orang yang bernama
Farah?” tanya Farah balik.
“Farah, pasien di sini ?”
“Bukan, kita pertama kali bertemu di jalan besar
pinggir bukit dan terakhir bertemu di rumah sakit.” Ruel berusaha untuk
mengingatnya namun, tiba-tiba ada telpon darurat. Ruel segera berlari pergi
tanpa mengatakan apapun.
Memang bukan pertama kalinya Ruel bersikap seperti
itu terhadap Farah
namun, tetap saja itu sangat menyedihkan.
“xargus, sedang apa kamu di sini?”
tanya Iplan. Farah kebingungan siapa xargus dan
kenapa saat memanggil Iplan
menatapnya.
“Siapa Xargus?”
“Memang ada orang lain di sini selain kamu.”
“Jadi maksudmu Xargus itu aku, bukannya aku sudah
katakan
siapa namaku.”
“Sudah banyak yang memanggilmu dangan nama itu, aku
ingin
memanggilmu dengan berbeda. Bukannya lucu yah
Xargus yang berarti kelinci
sepertimu.”
“Lakukanlah sesukamu, aku kesini ingin mentraktir
kamu makan
sebagai tanda terima kasih karna sudah menerima
salah satu tamuku.”
“Aku tidak lapar sekarang, bagaimana kalau kita
ketaman bermain saja di dekat sungai?” Farah menuruti permintaan
Iplan untuk pergi ketaman bermain, mereka pergi menggunakan mobil Farah.
Saat sampai di sana hal pertama yang ingin Ipan
mainkan adalah komedi putar. Seketika Farah bagaikan seorang ibu yang sedang
menjaga anaknya, yang baru pertama kali ke
taman bermain “Ayo Xargus juga harus ikut naik!”
ucap Ipan. Dengan tersenyum
tertekan Farah menuruti permintaan Iplan.
Saat melihat Iplan yang sangat bahagia
menaiki komedi putar, senyum Farah yang awalnya
tertekan menjadi lepas bahagia.
Farah merasa beruntung karna tak menolak ajakan
Iplan ke taman bermain.
Permainan berikutnya yang di coba Iplan adalah
bumper car.
Saat menaiki itu Iplan hanya menabrak Farah dari
belakang dengan tawanya yang bahagia, lepas. Farah yang sudah mulai geram
membalas mengejar Iplan, ingin menabraknya. namun, tak pernah berhasil sampai
waktu permainan berakhir. Farah yang kesal karna tak bisa membalasnya hanya
merengutkan wajahnya.
“Ayolah, aku akan memenangkan itu
untuk Xargus. Jadi jangan cemberut lagi yah!” ucap
Iplan sambil menunjuk boneka
kelinci putih yang tergantung di atas permainan.