Warren Frendata Rafaeyza, seorang CEO dari perusahaan Desainer frough yang berpengaruh di kota Jakarta,
Dia menjadi mualaf karna wasiat sang ayah yg mengatakan bahwa sebenarnya ayahnya adalah gus yg telah ingkar masuk ke agama lain dan ingin anak dan istrinya masuk islam. Diusianya yang sudah matang Warren belum menikah karena masih terjebak dengan cinta pertamanya saat remaja. Dia Citra Bayu Antriza, Wanita cantik yang berhasil memporak porandakan hatinya. Suatu ketika Tuhan menjawab keinginannya untuk memiliki hati Citra sepenuhnya. "7 tahun bukan waktu yg mudah aku lalui ya Alloh, untuk menemukannya, sekarang aku sudah menemukannya! izinkan aku memilikinya, dia yg selalu aku sebut di sepertiga malamku" "Aku, Warren memang bukan yang pertama, tapi aku akan menjadi yg kedua untuk yg terakhir"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeaIsw31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05. Bertemu denganmu.
Ditengah perbincangan seru antara Warren dan Chayna.Citra berjalan bergegas ke ruangan yang ditunjukan 2 pria berbadan kekar tadi, Citra merasa kaget karna yang di arahkan padanya adalah ruangan VIP.
Dia membuka pintu pelan mulai terlihat punggung seorang pria yg sedang bercanda dengan anaknya, badannya lemas! Lemas karna lega anaknya baik-baik saja.
"A-asalamualaikum" Lirih Citra.
Warren dan Chayna menoleh kearah suara.
"Waalaikumsalam bundaaa" Chayna turun dari ranjang dan memeluk bundanya.
"Ya allah Chay" Citra menangis dan dengan sigap memeluk anaknya lalu menggendongnya, di peluknya Chayna erat erat "kamu baik-baik saja kan Chay? Maafkan bundamu ini sayang" Citra sembari mengecup seluruh wajah putrinya itu.
"Bunda jangan nangis, Chayna baik baik saja dan bunda tidak salah" Ucapnya sambil mengusap air mata Citra.
Ketakutan yang Citra rasakan langsung sirna semua, dia akhirnya tak perlu mengabari orang di kampung kalo anaknya hilang cukup ini antara anaknya dan dia, pengalaman agar citra tak lalai sesibuk apapun dia.
Setelah itu Citra menatap pria yang dari tadi masih menghadap ranjang, hanya punggungnya yang ia lihat sejak tadi masuk, bahkan saat dia menoleh padanya pria itu langsung membalikkan wajahnya.
Apa dia anti wanita? Atau dirinya begitu kucel tak layak di pandang oleh orang ber jas? Atau dia menjaga pandangannya?
Pikiran itu lewat dibenak Citra.
"Tuan?" Citra memanggil orang itu lalu "Terima kasih banyak sudah menjaga anak saya, dan menyelamatkannya" Ucapan tulus dari Citra.
Warren akhirnya memberanikan diri untuk menoleh setelah mengatur detak jantungnya yang dari tadi tak beraturan dia bahkan memejamkan mata berdzikir agar jantungnya tenang.
"Ya, tidak masalah sesama manusia harus saling membantu yang kesulitan" Dengan susah payah Warren mengatakan itu.
"Bunda om ini baik bangat sama Chayna, dia juga tadi suapin sama ajak Chayna solat" Bisik Chayna yang masih digendong Citra.
Citra tak berani menatap orang didepannya yang tinggi untuk ia tatap, dia bahkan melihat pria didepannya menundukkan pandangan berarti dia harus menjaga adab mungkin dia lelaki paham agama seperti almarhum suaminya.
"Silahkan duduk kan Chayna dulu di kasur, pasti Chayna berat kamu gendong" Warren.
"Terima kasih" Citra memang sudah kesusahan menggendong anaknya apa lagi anaknya tinggi tak seusianya tapi yang namanya ibu mau seberat apapun anaknya dia gendong selama masih mampu.
Setelah Citra mendudukkan Chayna Warren langsung berbicara padanya.
"Chayna baik baik saja, dia dibawa kerumah sakit karna obat bius yang melebihi dosis, dia sudah bisa pulang karna sudah pulih sepenuhnya" Warren.
"Terima kasih tuan, sekali lagi Terima kasih atas kebaikan anda saya berhutang kepada tuan".
" Jangan menganggap kebaikan saya sebagai hutang, soal administrasi sudah saya bayar kamu tak perlu repot repot membayarnya dan jangan bilang untuk menggantinya" Warren.
Citra menoleh kearah warren dan kebetulan Warren juga menoleh menatap Citra, dia sudah dari tadi ingin menoleh tepat saat itu netra mata mereka bertemu.
Mereka Terhipnotis masing masing jelas kalo Warren karna dia akhirnya bertemu sang pujaan hati ia tatap mata coklat milik Citra. Sedangkan Citra kagum dengan warna mata abu abu milik orang yang menolong putrinya, dia jadi mengingat seseorang tapi tak iya ingat siapa dan dimana?
"Bunda mata om cantik ya? Sampe buat bunda natap kaya gitu".
Celetukan Chayna membuat keduanya kelimpungan antara malu dan tak enak hati. Apa lagi Warren langsung beristighfar.
"Masya alloh indahnya ciptaanmu, kok bisa mata manusia abu abu gitu kaya kucing, lucu apa lagi parasnya bule bangat disertai jambang tipis ala artis luar negeri , baik pula hatinya" Batin Citra.
"Ya Alloh, benar benar harus segera dihalalkan pemilik hatiku ini ya Alloh,karna aku tak bisa menahan untuk tak menatapnya,izinkan aku memilikinya kali ini! Aku tak akan telat lagi kali ini izinkan cintaku sampai padanya" Batin Warren.
"Untuk masalah tadi maaf jika tidak sopan, dan soal biaya rumah sakit saya akan tetap ganti, tapi saya mohon maaf tak bisa kontan saya akan cicil jadi saya minta nomor tuan"Citra tetap tak enak hati dia tak mau berhutang,dia sudah terbiasa berhutang bahkan melunasi hutang pengobatan suaminya yang mahal saja baru 1 tahun ini lunas.
Warren hendak menolak kembali namun dia berpikir ini bisa dia jadikan alasan bertemu atau berhubungan dengan Citra jadi dia menyetujuinya.
"Baiklah,untuk nomor ponsel saya sudah ada di HP milik kamu karna tadi Chayna meminjam untuk menghubungi bundanya" Warren.
"Baiklah, sekali lagi Terima kasih" Citra "saya izin pamit, sampai bertemu nanti, asalamualaikum" Lanjut citra yang akan membawa anaknya pergi agar istirahat dirumah toh katanya sudah boleh pulang kan.
"Mari saya antar"Warren berani mengatakan itu karna ada Chayna, mereka tak berdua tapi bertiga.
" Tidak usah repot repot tuan".
"baiklah" Warren tak memaksa takut berlebihan mendekati dia akan pelanggan pelan toh masih ada waktu "perkenalkan saya Warren, panggil saja dengan nama jangan tuan" Pinta Warren.
"Tapi kaya gak sopan" Gumam Citra yang didengar Warren.
"Tak apa, senyaman kamu aja" Warren tersenyum tipis sambil mencuri pandangan pada Citra yang tengah menatap anaknya.
"Siapa namamu kalau boleh tau, kan kita akan berhubungan untuk beberapa saat" Dilanjut dihati "dari beberapa saat menjadi selamanya".
Citra menatap pria didepannya yang terus menunduk dia tersenyum simpul dan menunduk juga "Perkenalkan saya Citra".
Warren mengangguk tersenyum lalu bergumam "apa kau tak mengenaliku Citra?" sambil menatap kepergian wanita yang ia rindukan.
Setelah berbasa-basi tadi Citra pergi bersama Chayna meninggalkan Warren yang duduk dan meletakkan kepalanya di atas ranjang, hatinya bahagia tapi kepalanya terasa sakit.
Matanya terasa panas entah akan menangis senang atau sedih. Dia senang bertemu dengan cintanya tapi sedih cintanya tak mengenalinya. Untuk pertama kalinya pundak seorang Warren tertunduk begitu rapuh.
"Tak masalah kau tak mengingatku, karna aku mengingatmu, aku akan datang sebagai orang baru mengejar cintamu".
Setelah kejadian itu pihak sekolah meminta maaf kepada Citra, Citra pun tak akan berani lagi menitipkan anaknya pada orang terdekat sekalipun! Sesibuk apapun dia akan tetap antar jemput anaknya, walau Chayna bilang tak masalah karna dia sudah tak takut pria dewasa lagi tapi ibunya menjadi protektif.
"Chay, "
"Iya bunda" Saut Chayna dengan kepala tiduran di paha sang bunda.
"Apa Chayna pake cadar aja ya?".
Chayna menatap bundanya " Terserah bunda aja".
Citra menghela nafas, setelah kejadian penculikan itu hatinya selalu takut jika jauh dari anaknya, jika menyuruh anaknya memakai cadar dia juga harus memakainya, jujur dia tidak se muslimah itu untuk ber istiqomah memakai cadar. Dia tak paham agama dia hanya tau dasar dasarnya.
"Tak usah lah, cadar itu dari hati. bunda mau menyuruh kamu pakai cadar bunda aja gak pake, yang penting jaga selalu rambut kamu, pakai hijab terus ya nak. Menutup aurat tuh wajib ".
" Iya bunda, Chayna selalu ingat nasihat bunda. Jika nanti ada yang mempertanyakan sifat kita karna kita berhijab jangan bingung menjawab. Karna hijab kewajiban seperti solat tak bisa disamakan dengan sifat yang kita miliki".
"Masya allah, pintarnya anak bunda".
" Bunda, " Panggil Chayna.
"Kenapa sayang? " Citra berhenti mengusap helai rambut anaknya karna Chayna duduk menatapnya.
"Bunda jangan marah ya Chay bilang kaya gini".
" Emang kamu mau ngomong apa? Bunda gak marah, bunda bakal dengerin dulu".
"Pas 3 hari lalu dirumah sakit, inget gak sama om yang nolongin Chay?".
" Ingat nak, bunda memang pelupa tapi semua yang menyangkut kamu tak bunda lupa,dia kan yang nolongin kamu".
"Tatapan mata om itu tuh penuh kasih sayang kebunda, dari cara dia bicara sama bunda aja berbinar binar, kaya kakek kalo lagi ngomong sama nenek" Chayna disertai kikikan geli.
"Ada ada aja kamu, bunda aja baru kenal kok" Citra yang menyangkal perkataan anaknya, dia tak sebodoh itu oleh tatapan pria gagah didepannya kemarin.
"Kayaknya kita pernah ketemu deh bun, pas kita di rumah Oma Yuna loh" Chayna yang mengingat itu.
Degh
Tiba tiba kepala Citra berdenyut sakit, dia mengingat ingatan lama yang sudah ia lupakan.