REINKARNASI berkali-kali dan berpacaran dengan seorang MALAIKAT TERKUTUK? Oh, please! Itu hanyalah sebuah cerita fantasi!
Tapi di Cerita ini, semuanya terasa... NYATA!
Kisah CINTA terlarang antara Manusia dan Malaikat, yang menyebabkan terjadinya peperangan antara Malaikat dan Golongan Terasing.
Golongan Terasing adalah Makhluk Abadi yang memburu seorang Myra Ainsley (Manusia), karena sudah menyalahi TAKDIR dengan melakukan REINKARNASI berkali-kali.
Itulah sebabnya Ignatius (Malaikat), menyembunyikan Myra Ainsley di sekolah tempat manusia setengah malaikat (NEPHILIM) agar terhindar dari kematian.
-Apakah Ignatius berhasil memerangi para MAKHLUK ABADI itu?
-Apakah Myra Ainsley berhasil mempertahankan hidupnya di Reinkarnasi terakhirnya?
Ikuti kisah "THE CURSED ANGEL" hanya di NovelToon... ❤
👣Follow Me👣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCA-05 : SAN FRANCISCO
"Myra...."
Myra menolehkan kepalanya ke arah Ignatius. Ignatius menarik bahu Myra dan menariknya ke arah bahunya.
"Satu fakta kecil tentang Malaikat, yaitu kami bisa menjadi bantal yang sangat nyaman loh!" ujar Ignatius sambil mengerling nakal.
Myra tertawa... Lalu dia mengangkat kepalanya untuk mengecup pipi Ignatius.
"Hahahaha.... Mana mungkin aku bisa tidur?" ujar Myra sambil membenamkan wajahnya ke leher Ignatius.
Di atas jembatan Golden Gate, terlihat banyak kerumunan para pejalan kaki, pengendara sepeda bercelana spandeks, dan orang-odang yang berjoging berkeliaran diantara barisan mobil.
Nun jauh di bawah sana, terdapat sebuah teluk yang di penuhi oleh titik-titik perahu layar dan pancaran sinar senja yang indah.
"Hmmm... Sudah berapa lama kita tidak.bertemu? Aku mau mendengar semua ceritamu, apa yang kamu kerjakan selama kita tidak bertemu?" ujar Myra dengan lembut.
Ignatius terdiam... Myra sempat melihat kedua tangan Ignatius mencengkeram kemudi sangat erat.
"Jika kamu tidak ingin tidur, berarti aku tidak perlu menceritakan secara detail delapan jam Perundingan para Malaikat yang terpaksa aku hadiri kemarin. Begini, Dewan berkumpul untuk mendiskusikan amandemen bagian 362B, yang merinci format sanksi bagi para partisipan Cherub di sirkuit ketiga dari...." ujar Ignatius bercerita panjang lebar kepada Myra.
"Hah!... Oke...oke! Aku paham..." ujar Myra malas sambil menepuk tangan Ignatius.
Myra tahu jika pemuda itu hanya bercanda, tapi itu adalah sebuah lelucon baru yang aneh.
Ignatius benar-benar terbuka kepada Myra tentang dirinya yang seorang Malaikat. Myra masih merasakan, jika perasaan dan fikirannya masih berjuang keras untuk mengejar perubahan dalam kehidupannya.
Saat ini, mereka sudah bersama kembali... Segalanya pasti akan menjadi lebih mudah. Tidak ada yang perlu di sembunyikan lagi oleh mereka.
"Ignatius...."
Ignatius menoleh ke arah Myra....
"Yes..."
"Setidaknya kamu kasih tahu aku, kemana tujuan kita sekarang..." ujar Myra kepada Ignatius.
Ignatius tersentak ke dalam kesadarannya dan mengingat tujuannya. Myra meletakkan tangannya diatas tangan Ignatius, namun pemuda itu melepaskannya untuk mengganti persneling.
"Di Fort Line ada sebuah sekolah LAWARE, dan kelasnya akan dimulai besok," ujar Ignatius serius.
"Kamu mendaftarkan aku ke sekolah lain? Kenapa?" tanya Myra kebingungan.
Rencana ini terdengar permanen di telinga Myra. Perjalanan ini seharusnya hanya sementara, kedua orangtua Myra bahkan tidak tahu jika dia telah meninggalkan Georgia.
"Kamu akan menyukai Laware. Sekolah itu lebih berkembang dan maju dari pada sekolah Two Sword & Tiger. Aku rasa, kamu bisa cepat berkembang di sana. Kamu akan aman disana, sekolah itu mempunyai kualitas perlindungan yang tinggi. Ada sebuah Tameng Pelindung yang terkamuflase di sana," ujar Ignatius memberikan penjelasan.
"Aku tidak mengerti, kenapa aku butuh perlindungan? Aku jauh-jauh kesini untuk bisa menghindari Miss. Allondra. Itu sudah cukup," ujar Myra dengan wajah cemberut.
"Ini bukan hanya Miss. Allondra, Myra... Masih banyak yang lainnya," ujar Ignatius perlahan.
"Siapa?! Kamu bisa melindungiku dari Cyrill, Rella, atau siapapun... Hahahaha" ujar Myra tertawa, tapi rasa dingin di dalam dada mulai menyebar ke bagian perutnya.
"Bukan... bukan Cyrill atau pun Rella, Myra! Akkh! Aku tidak bisa membicarakan ini, Myra...." ujar Ignatius sedikit frustasi.
"Apakah ada yang kita kenal di sana? Maksudku, apakah ada Malaikat lainnya disana?" tanya Myra.
"Ada beberapa Malaikat di sana. Tidak ada yang kamu kenal, tapi aku yakin kamu bisa mendapat banyak teman di sekolah itu," ujar Ignatius meyakinkan.
Lalu Ignatius menambahkan kalimatnya.
"Ada satu hal lagi... Aku tidak ikut mendaftar di sana. Hanya kamu... Hanya untuk sementara," ujar Ignatius datar sambil menatap lurus ke depan.
"Berapa lama?" tanya Myra.
"Beberapa.... minggu," jawab Ignatius.
Myra terperanjat kaget. Jika dia yang berada dibelakang kemudi, mungkin dia akan menginjak rem dengan kuat.
"Beberapa minggu?" tanya Myra kembali.
"Jika aku bisa ikut denganmu, aku akan melakukannya, Myra..." ujar Ignatius datar.
Melihat wajah Ignatius yang datar dan biasa saja itu membuat seorang Myra Ainsley semakin kesal. Ignatius melihatnya sekilas, lalu dia menjelaskan dengan perlahan.
"Kamu lihat apa yang aku lakukan tadi dengan tas jinjingmu itu, kan? Itu sama saja seperti mengirim kembang api ke udara, untuk memberitahukan lokasi kita. Untuk memberitahu semua orang yang mencari keberadaanku... Keberadaanku itu adalah dirimu."
"Hal kecil yang aku lakukan terhadap tasmu, itu tidak ada artinya dibandingkan dengan hal-hal yang aku lakukan setiap hari, yang bisa mengundang perhatian dari...." ucapan Ignatius terjeda, lalu dia menggelengkan kepalanya dengan tegas.
"Aku tidak ingin melibatkan dirimu dalam bahaya, Myra... Tidak mau!" pekik Ignatius tertahan.
"Kalau begitu....JANGAN!" jawab Myra tegas dengan wajah datar.
"Oh, Myra... Come on!... Keadaannya sangat rumit sekali," ujar Ignatius dengan wajah frustasi.
"Hehehehe, biar aku tebak: 'Kamu tidak bisa menjelaskannya'..." sarkas Myra dengan menekankan kata-kata paling akhir.
"Seandainya aku bisa, Myra...."
Myra Ainsley menarik kedua lututnya ke arah dada dan menjauhkan diri dari Ignatius. Lalu dia bersandar ke pintu... Entahlah.... Dia merasakan sesak di bawah langit biru California.
...----------------...
Mereka terdiam selama perjalanan. Perjalanan menembus gumpalan kabut dan lahan gersang berbatu. Mereka melewati sebuah papan tanda nama CarmelSun, saat mobil melaju melewati perkebunan anggur hijau yang subur, akhirnya Ignatius bersuara.
"Masih ada tiga jam lagi perjalanan ke FortLine. Apakah kamu ingin terus mendiamkan aku sepanjang perjalanan, Myra?" tanya Ignatius kepada kekasihnya.
Myra Ainsley mengacuhkan pertanyaan Ignatius. Dia sudah memikirkannya dan menolak untuk menyampaikan ribuan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.
Perasaan putus asa, tuduhan-tuduhan, dan pastinya permintaan maaf karena sudah bersikap seperti anak manja. Saat berbelok menuju Lembah Wood Beach, Ignatius melewati sebuah jalan bercabang dua menuju barat. Dan Ignatius mencoba untuk menggenggam tangan Myra.
"Mungkin ada saatnya nanti kamu mau memaafkan aku, Myra.... Agar kita bisa menghabiskan waktu beberapa menit yang tersisa untuk bersama-sama," ujar Ignatius drngan nada lembut.
Myra ingin sekali melakukan itu. Dia sangat ingin untuk tidak bertengkar dengan Ignatius saat ini. Tapi kalimat yang Ignatius ucapkan, membuatnya berfikir bahwa Ignatius akan meninggalkannya sendirian dengan alasan-alasan yang tidak dia pahami.
Ignatius selalu menolak untuk menjelaskannya, dan itu membuat seorang Myra Ainsley menjadi gugup, ketakutan, dan berputus asa kembali.
Dalam gelombang negara baru, sekolah baru, dan bahaya baru yang akan datang dari mana-mana. Ignatius adalah satu-satunya tempat Myra untuk berpegangan, dan pemuda ini akan meninggalkannya? Apakah di kehidupan ini, dia belum cukup menderita? Apakah mereka berdua belum cukup menderita?
Hanya SANG PENCIPTA yang mengetahui semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seorang Myra Ainsley...
"Ya.... Hanya SANG PENCIPTA yang tahu...."
...----------------...
ingin muntah ga Tius???
mampir baca☺