NovelToon NovelToon
Mantan Prajurit

Mantan Prajurit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:124.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: Eka Magisna

“Gun ... namamu memang berarti senjata, tapi kau adalah seni.”

Jonas Lee, anggota pasukan khusus di negara J. Dia adalah prajurit emas yang memiliki segudang prestasi dan apresiasi di kesatuan---dulunya.
Kariernya hancur setelah dijebak dan dituduh membunuh rekan satu profesi.
Melarikan diri ke negara K dan memulai kehidupan baru sebagai Lee Gun. Dia menjadi seorang pelukis karena bakat alami yang dimiliki, namun sisi lainnya, dia juga seorang kurir malam yang menerima pekerjaan gelap.
Dia memiliki kekasih, Hyena. Namun wanita itu terbunuh saat bekerja sebagai wartawan berita. Perjalanan balas dendam Lee Gun untuk kematian Hyena mempertemukannya dengan Kim Suzi, putri penguasa negara sekaligus pendiri Phantom Security.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fragmen 5

"Sepagi ini kau mau kemana?" tanya Gun pada kekasihnya. Dia baru meraih kesadarannya setelah terlelap hampir enam jam di atas sofa.

Saat ini Hyena sudah nampak rapi dengan setelan formal seperti biasa. Harum parfum-nya menyeruak ke seluruh ruang.

"Aku akan bekerja. Sarapan sudah kusiapkan di meja," jawab Hyena, mengambil posisi duduk di tepi sofa yang direbahi Gun. Wajah pria itu dibelainya seraya tersenyum manis. "Banyak pertanyaan yang ingin kuajukan padamu tentang apa yang kau lakukan semalam sebenarnya, tapi ...." Ditengoknya jam di pergelangan tangan, lalu kembali menatap Gun. "... Waktuku akan tersita karena itu."

Gun mendengus, "Padahal aku menantikannya. Kau selalu seperti itu. Aku jadi kekurangan perhatian." Anak tua itu merajuk.

Sedang Hyena selalu tersenyum menyikapi sikap manja Gun yang tak tahu malu, seperti makanan kesukaannya. Sepasang telapak tangan dirangkumkannya ke wajah pria yang selalu membuatnya tak pernah berhenti mencinta. "Setelah kita menikah, semua waktuku milikmu," katanya lalu mengecup sekilas bibir pias Gun.

Godaan yang manis.

"Hey, aku belum gosok gigi. Kita bisa melakukannya lebih lama setelah itu!"

Sayangnya Hyena sudah melanting pergi dengan tawa renyah, kemudian menghilang di balik pintu. "Jangan lupa mengunci pintu dan titipkan kuncinya pada Nyonya Eunju!" teriaknya dari luar.

Gun terduduk memberengut, menatap pintu yang tertutup  seraya mendengus-dengus.

"Awas saja. Akan kubuat kau lupa bernapas nanti." Dia berjanji pada diri sendiri. Bibir hasil kecupan Hyena diusapnya lagi, kontak dengan pikiran yang mulai kotor. "Ah, sial! Lembutnya bahkan masih terasa." Betapa menyesali semalam tertidur cepat.

Satu jam kemudian Gun sudah mandi dan rapi, kemudian bersiap meninggalkan apartemen Hyena.

Motor di parkiran diambil lalu melaju secepat angin. Gun akan pulang ke galeri dan merenung banyak di sana. Bukan lagi tentang bibir manis Hyena yang begitu lembut, melainkan perkara kejadian di rumah Tuan Presiden malam tadi.

Andai Suho Kim bertanya, jawaban apa yang akan dia lontarkan, sebagai Gun si pelukis yang belum menyempurnakan lukisannya, atau Gun yang ikut bertarung sebagai berandal gila?

Itu ... sedikit membuat pusing.

Pasalnya selama di ibukota ini, belum ada yang mengetahui jika dirinya pandai bertarung tendang dan kepalan tangan apalagi tembak-menembak, termasuk Hyena dan teman-temannya yang tak seberapa jumlah. Kecuali Archie Less dan dua lainnya di server sama.

Andai tak demi kemanusiaan, dia tak akan rela menunjukkan diri.

Tanpa terasa motornya melaju kian mendekat ke arah galeri dan terus semakin mengikis jarak.

Tapi belum sempat semua terealisasi, sebuah keadaan mengubah banyak yang Gun rencanakan di kepalanya tadi.

Motor dibantingnya sebelum jembatan, tidak terparkir dengan baik.

Kebun kecilnya hancur berantakan. Sawi pagoda yang dia rawat dengan sayang oleh Hyena, tersebar dan terserak bahkan sampai mengotori sungai kecil buatan yang selalu dia jaga kebersihannya.

Tak jauh beda dengan keadaan di dalam rumah. Semua lukisan dirobek dan diacak-acak seperti gumpalan kertas yang tak berharga. Semua kuas patah menjadi remah. Cat-cat terciprat tumpah memberi warna pada lahan dan bagian yang tak punya hak untuk disempurnakan.

Gun tidak berteriak marah dan menghijau seperti Hulk, tidak bertaring seperti vampir atau lainnya, amarahnya bertumpuk di dada, kepalan tangan, serta sorot mata yang menajam seperti elang. Seketika banyak pertanyaan mencuat ke kepalanya.

"Keparat mana yang berani merusak kesenanganku?" Itu salah satunya, dia ingin tahu. Suaranya terdengar menggeram seperti singa. Selebihnya mungkin akan tak baik.

"Aku!"

Jawaban tak diduga itu membuat Gun melengak. Raut-raut wajah mulai memenuhi penglihatannya di ambang pintu, lalu menyebar hampir ke semua penjuru ruang.

Mereka semua adalah pria-pria berbaju gelap.

"Siapa kalian?!" Gun bertanya, terdengar berat dan menekan. Sorot matanya masih setajam tadi, tidak ada takut yang tersirat apalagi ancang-ancang akan berlari. Kakinya kokoh berdiri di tempat seakan siap diterjang.

"Hahaha!" Mereka semua tertawa membalas pertanyaan Gun yang tedengar polos seperti anak TK.

Gun yang sudah marah tentu tak akan membuat tawa-tawa itu mencapai puas. Sebelum melakukan yang seharusnya, dia menyapu satu per satu wajah.

Detik berikutnya, sebuah meja ditendang ke udara lalu mendarat di badan dua orang yang berdekatan.

Mereka mengerang sakit dan sisanya mengumpat keras. Suasana seketika berubah gaduh.

Perkelahian kembali terjadi, satu lawan banyak. Gun sibuk memainkan semua bagian tubuh untuk melawan, nyawa benar-benar dipertaruhkannya.

Dia tidak akan peduli.

Kepalang sudah, mereka harus membayar walau belum jelas sampai di mana kemampuannya bertahan.

*

*

*

"Apa maksud Anda menariknya ke dalam Phantom, Ketua?" Jae won tidak mengerti dan dia butuh jawaban  sekarang juga, sebelum perintah itu disanggupinya.

Suho Kim yang santai duduk di sebuah kursi menatap dengan keyakinan. "Aku ingin dia melindungi Suzi," ungkapnya. "Sesederhana itu, apa kau tidak mengerti?"

Won menelan ludah menyadari kesalahannya terlalu mencolok. "Maaf, Ketua." Cukup satu anggukan dan dia tak ingin bertanya lagi.

"Lekas bawa dia. Aku sendiri yang akan menginterview-nya. Selain itu, dia juga harus menyelesaikan lukisannya, bukan?"

Tidak ada alasan Won untuk membantah lagi, walau sebenarnya dia tak yakin dengan keputusan presiden yang ingin merekrut seorang pelukis untuk menjadi pengawal putrinya. Selain sebagai seorang seniman dan pintar beradu tinju, seluk beluk pelukis itu bahkan belum diketahui bibit bebet dan bobot.

Tapi apa mau disela, perintah Suho telah turun ke tangannya, dan itu adalah harga mati.

"Baik, Ketua. Segera saya laksanakan."

 

Malam hari di sebuah tempat yang jauh dari keramaian.

"BODOH! ... KALIAN SEMUA BODOH!"

Teriakan Hwayoung menantang jagat. Wajah merah mengurat kencang, menandakan betapa murkanya dia saat ini.

Di hadapannya, para pria yang jumlahnya lebih dari sepuluh berdiri dengan telapak tangan saling mengait di balik punggung. Tak ada yang berani mengangkat wajah.

"Bagaimana bisa kalian yang banyak ini gagal menangkap satu orang cecunguk saja, huhh?!" Napas wanita ini kian memburu tak terkendali.

"Maafkan kami, Nyonya. Anak itu benar-benar kuat." Chulmoo menjawab tanpa mengangkat wajah.

"Kuat katamu?" Hwayoung menatapnya seolah akan menelan. Perlahan dia melangkah mendekat pada pria itu lalu mencengkram dagunya yang berjenggot tipis. "Lalu tubuhmu yang besar ini apa isinya?!"

Chulmoo berpasrah dan diam saat Hwayoung melayangkan tamparan keras di bagian pipi yang sudah bonyok sebelumnya karena perbuatan Gun.

Ya. Mereka adalah orang-orang yang datang dan menghancurkan rumah galeri Lee Gun siang tadi atas perintah Hwayoung.

Selain galeri yang berhasil dirusak, tak ada yang berarti. Tujuan utama mereka tak bisa diselesaikan dengan sempurna. Gun mampu melawan dan berhasil melarikan diri.

"Aku tidak mau tahu, bagaimana pun caranya ... kalian harus berhasil menyingkirkan sialan itu!” Hwayoung benar-benar murka. Gun menjebak dirinya dalam kecemasan tak ada obat.

Bagaimana jika dunia tahu dirinya yang seorang ibu negara, berselingkuh dengan seorang pengawal?

“Bedebah itu ... harus mati!”

1
Ahmad Abid
bener2 kejutan yang luar biasa...
ahhh ... karyamu thor bener2 seru dah/Determined//Determined//Determined/
AbhiAgam Al Kautsar
ketahuan kan
Khairul Imran
Luar biasa
Neng Saripah
jangan jampe gun ada main sama tuh perempuan
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝙷𝚎𝚑𝚎.. 𝙴𝚗𝚝𝚊𝚑, 𝙺𝚊𝚔
total 1 replies
Ahmad Abid
surprise lagi/Shhh/
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝙺𝚎 𝚍𝚎𝚙𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚞𝚙𝚛𝚎𝚜2 𝚕𝚊𝚒𝚗, 𝙺𝚊𝚔/Hey/
total 1 replies
AbhiAgam Al Kautsar
owh ya
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝙸𝚢𝚊, 𝙺𝚊𝚔/Grin/
total 1 replies
Anonymous
Lanjut
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝚂𝚒𝚊𝚙, 𝙺𝚊𝚔.
𝚜𝚝𝚊𝚢𝚝𝚞𝚗𝚎𝚍/Smile/
total 1 replies
Sutikno 23
Suzi kangen ama Gun
Sutikno 23
berbuat jinah orang lain yang kena putri presiden
Sutikno 23
tetua mujong didatangi oleh Gun
Sutikno 23
siapa yang diintip ya gan
Sutikno 23
Gun kaget masalahnya Suzi tahu
Sutikno 23
mentri masih disiksa ama Gun
Sutikno 23
cerita bagus lanjut ya Thor semangat lagi untuk menulis lebih bagus lagi
ⱮαLєƒι¢єηт: Terima kasih ulasan dan bintangnya, Kakak😊
Semoga tidak ada kendala dan aku tetap konsisten.❤️
total 1 replies
Sutikno 23
mau siksa musuh besarnya
Sutikno 23
Suzi diajak kemarkas ama Gun
Sutikno 23
ayo berjuang untuk lepas dari masalah
Sutikno 23
semua pengawal lagi telusuri kejadian
Sutikno 23
wah akan dituduh yang tidak-tidak repot lagi
Sutikno 23
bangun udah ada sarapan enak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!