NovelToon NovelToon
Sensasi Duda Seksi

Sensasi Duda Seksi

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:54.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

Seorang wanita mandiri yang baru saja di selingkuhi oleh kekasihnya yang selama ini dia cintai dan satu-satunya orang yang dia andalkan sejak neneknya meninggal, namanya Jade.
Dia memutuskan untuk mencari pria kaya raya yang akan sudah siap untuk menikah, dia ingin mengakhiri hidupnya dengan tenang. Dan seorang teman nya di bar menjodohkan dia dengan seorang pria yang berusia delapan tahun lebih tua darinya. Tapi dia tidak menolak, dia akan mencoba.
Siapa sangka jika pria itu adalah kakak dari temannya, duda kaya raya tanpa anak. Namun ternyata pria itu bermasalah, dia impoten. Dan Jade harus bisa menyembuhkan nya jika dia ingin menjadi istri pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Malam ini cukup menegangkan, suasana di villa terasa kaku dan canggung. Aku meminum teh hangat yang diberikan Rhine, aku duduk di kursi sementara Rhine duduk di sandaran tangan kursi yang berseberangan denganku, dia menutup jendela untuk mencegah angin masuk.

Cahaya lampu yang menggantung langit-langit di ruangan itu memantulkan setiap detail wajah Rhine dengan jelas, membuat pria itu tampak lebih tampan dari malam sebelumnya.

Meskipun usia tak bisa menyembunyikan bekas waktu, ketampanannya masih bersinar. Malam ini, ia tampak lebih lembut dan lebih misterius. Ada sesuatu dalam tatapannya yang membuatku bertanya-tanya apakah ada suatu hal tersembunyi di balik sikap manisnya.

Aku terlalu sibuk merenungkan teka-teki ini hingga teh panas hampir tersedak di tenggorokanku. Rhine, yang kini duduk di tepi kursi tanpa menyentuh dudukannya, terus menatapku dengan tatapan yang membuatku tak nyaman.

Seolah-olah ia sedang mencoba mengurai benang kusut dari pikiranku, mencoba masuk dalam pikiranku.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanyaku. Aku meletakkan cangkir teh di meja, beralaskan piringan kecil di bawahnya.

"Tidak. Ini bukan tentang wajahmu," jawab Rhine. "Aku hanya bingung kenapa kau ingin membantu Ryan. Maksudku, kenapa kau ingin membantuku? Apa kita saling mengenal sebelumnya? Atau di mana kau mengenal Ryan?"

Aku merasa seolah ditelan oleh lautan pertanyaan tanpa akhir. Dia mengajukan banyak pertanyaan padaku sekaligus. Pikiranku berputar, bingung harus menjawab yang mana lebih dulu. Kenapa setiap pertanyaan terasa seperti benang-benang yang terjerat menjadi satu? Huh, ini membuatku kesal.

"Singkatnya, aku ingin menikah denganmu," jawabku tegas, membiarkan kata-kata itu menggantung di udara. Rhine terkejut sejenak sebelum senyum tipis muncul di wajahnya.

"Lalu?"

"Lalu? Apakah dia ingin aku menjawab semua pertanyaannya?," ucapku dalam hati. Kurasa jawabanku sudah cukup jelas. Tapi Rhine masih menatapku, menunggu penjelasan lebih lanjut.

"Aku baru bertemu denganmu kemarin. Itu adalah pertemuan pertama kita. Sedangkan aku mengenal Ryan sekitar setahun lalu di barnya," jawabku singkat dan padat. Aku merasa jawabanku bisa di mengerti, tetapi mengapa ekspresi Rhine tampak semakin kusut? Ada apa dengannya? Apakah dia akan terus menanyaiku sepanjang malam?

"Kalau begitu, aku yakin Ryan sudah memberitahukan keadaan aku padamu. Apakah kau tetap ingin menikah denganku?"

"Ya, tentu saja," jawabku, berusaha tersenyum walaupun mataku tak bisa membohongi kebingunganku. Aku bahkan akan sangat senang jika kau tidak menyentuhku.

"Meskipun aku tidak akan meniduri mu?"

"Ya." Aku menjawab dengan kepastian. Tunggu, ini tidak benar. Apakah aku akan perawan seumur hidupku? Oh tidak, tidak. Tapi dengan pria ini? Aku menatapnya dari atas hingga bawah. Dia memang tampan dan menarik hati, tapi masalahnya ada di sana. Aku menatap ke arah celananya, lama.

"Kau! Apa kau wanita mesum? Kenapa kau terus melihat ke sana?" Rhine berbicara dengan nada hampir marah, sensitif sekali. Namun, kenapa di bawah sana tampak tidak seaktif dirinya? Dia berdiri tegak, menghindari tatapanku. "Kau mengasihani ku?" bentaknya lagi.

"Tidak. Aku tidak melihat apapun dan aku tidak mengasihani mu. Aku hanya akan menikah denganmu jika kau berniat meniduri ku. Lebih tepatnya jika kau sembuh" Aku tersenyum lebar dan berkedip beberapa kali.

"Bagaimana jika aku tak sembuh? Kau pergi?"

Aku tak menjawab tapi aku mengangguk.

"Sebulan?"

Aku mengangguk lagi, seakan dia sudah tahu segalanya tapi bertanya hanya untuk memastikan.

"Ck. Kau lebih aneh darinya," Rhine menggelengkan kepalanya dan berjalan pergi, meninggalkanku.

"Siapa yang dia maksud dengan 'nya'? Dia membandingkan ku dengan siapa?" gumamku. Aku merasa sedikit cemburu. Sebagai calon istri, bukankah aku harus cemburu? Bagaimana jika dia sedang membandingkan ku dengan wanita lain. Haha. Kurasa aku akan gila karena rencana ini. "Hei, kau mau kemana? Aku masih ingin bicara denganmu."

"Tidur," jawab Rhine dengan nada tegas. Ternyata dia belum jauh, dia berada di tangga. "Kau juga tidurlah," tambahnya dengan ekspresi mencurigakan. Aku yakin dia merencanakan sesuatu untukku besok.

**

Rhine makan makanannya dengan lahap, menyantap makanan yang aku buat dengan cepat. Aku menatapnya dari kursiku, aku melirik pada apa yang ku pakai. Aku merasa tidak nyaman dengan keadaanku yang seperti pelayan. Aku merasa sedikit marah dengan celemek yang aku kenakan.

Drrt. Drrtt.

Getaran ponsel di meja mengalihkan perhatian kami. Rhine menjawab panggilan singkat yang masuk, berbicara dengan nada serius sebelum meletakkan ponsel dan kembali makan. Aku merasa gelisah, bertanya-tanya apa dia akan pergi lagi.

"Apakah kau akan pergi lagi?" tanyaku memelas, berharap dia akan mengubah rencananya.

"Ya. Mungkin aku tidak pulang malam ini. Ada masalah serius di bar," Rhine menjawab tanpa rasa bersalah. Dia bahkan tidak bertanya tentang keadaanku. Bagaimana mungkin aku bisa menjalankan rencanaku jika dia terus menghilang?

Tiga hari telah berlalu dan aku merasa hanya seperti seorang penjaga Villa, bersih-bersih dan memasak. Rhine bahkan tidak memperhatikanku meskipun aku sudah bersikap baik. Mungkin aku perlu menjadi wanita nakal untuk merayunya, tapi itu jelas bukan gayaku. Aku tidak ingin dianggap seperti itu.

"Kau menghindar dariku, kan?" Aku tidak bisa menahan diri lagi. Pertanyaan itu keluar begitu saja, sarafku bekerja cepat hingga mulutku tidak bisa berhenti.

"Tidak, untuk apa aku menghindari wanita yang ingin menjadi istriku. Aku memang ada urusan yang harus ku tangani langsung. Terima kasih atas makanannya, aku suka masakanmu," Rhine tersenyum padaku sebelum kembali menyantap makanannya. Senyum itu membuatku semakin kesal.

Rhine pergi setelah makanannya habis, meninggalkanku dengan rasa kesepian. Hari-hariku terasa tenang tapi membosankan, seakan aku hanya dibayar untuk tidak melakukan apa-apa. Aku merasa bersalah pada Ryan dan sangat ingin minum di barnya. Namun, jarak dan waktu membuatku mengurungkan niat untuk pergi.

Aku membereskan meja dan mencuci piring, diiringi gesekan piring dan aliran air menemani. Aku tidak marah atau sedih. Aku hanya berpikir tentang cara agar rencanaku berhasil. Namun, Rhine sangat jarang berada di villa.

"Hello..."

Prang.

Tanganku tergelincir, piring yang aku cuci jatuh ke dalam wastafel. Untung saja tidak pecah. "Oh Tuhan, jantungku." Seorang pria tiba-tiba muncul, mengejutkanku. Dia tersenyum padaku dengan senyuman yang sangat familiar.

"Ryan? Apa yang kau lakukan di sini?"

"Tara," Ryan mengeluarkan sebotol minuman dari kantong plastik yang di bawanya, wajahnya menunjukkan dengan gembira. Botol itu tidak bermerk, berarti isinya adalah minuman yang dia racik sendiri. Aku mengenalnya.

"Kau? Jangan bilang kau datang hanya untuk menyuruhku mencicipi minumanmu."

"Hehe, bar ku sangat sepi. Kau tahu, hanya kau yang akan minum di sana. Aku tidak tahu ingin berbagi minumanku dengan siapa." Ryan menunduk, senyumnya pudar perlahan.

"Baiklah, tunggulah. Aku ingin menyelesaikan ini," kataku sambil meraih piring yang jatuh tadi.

"Oke." Ryan pergi, meninggalkanku.

...----------------...

1
Isna mansur
ceritanya singkat...tapi keren..../Good//Good//Good/
Lina Yulianti
cerita yg cukup singkat thor. tetap semangat untuk berkarya
julia
Bagus
dita18
yahhh thoorrr kok udh END aja sih😭😭rasanya sebentar bngt cerita kisah cinta mereka thoorrr
gk rela sebenarnya klo hrus pisah sm mereka.. 😢😢
dita18: smngt trusss ya thoorrr,,, ditunggu karya2 othoorrr selanjutnya /Smile/
love: Kita akhiri dulu ya kisah mereka disini.. 🥰
Novel berikutnya akan rilis dengan kisah cinta yang tak kalah menarik hati, di tunggu yaa..
happy reading, thank you 😍❤️‍🔥🌹
total 2 replies
dita18
gk berasa udh gede aja anak nya Rhine&Jad😁
kira2 Ryan&Hana udh ada anak jg blm ya🙈😅
dita18
akhirnya Ryan&Hana sah jg selamat ya😊😊
dita18
kan bener dy ,,,,krn dy gak terima Rhine nikah lagi dg Jade & nolak dy berkali2
dita18
pasti Zarra pelaku nya atas kecelakaan yg di alami Rhine
dita18
penasaran Zarra ini ada hubungan apa dg Rhine & Hana ya?
dita18
ihhh thoorrr kok Rhine gtu sih sm Jade😕 jgn buat Jade sedih & patah hati thoorrr kasian
klo emg Rhine bkn jodoh nya,,, kasih Kade jodoh yg lebih baik lagi thoorrr
dita18
Jade pingsan krn Rhine abis minum alkohol kadar tinggi jd Jade kena efek nya
dita18
Luar biasa
dita18
akhirnya udh sah jg ya Jade😅
dita18
thoorrr knp msh bnyk bngt teka-teki nya🙈aku capek berpikir nya 😂😂
dita18
apakah Ryan pacaran sama Hana?
dita18
adik kakak kyk nya misterius bngt yah..
dita18
sbnrnya crta nya bagus thoorrr😊
dita18
ternyata bener Rhine impoten😅
dita18
ohh ternyata diluar dugaan mereka adik kakak
dita18
jgn bilang Rhine ini impoten ya thoorrr 🙈😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!