ILMU HITAM

Aksara gusar, ia berjalan mondar-mandir tanpa tujuan. Sedangkan Alya hanya bisa diam tanpa komentar.

Apa yang harus dilakukan sekarang ? Nama baik keluarga sedang dipertaruhkan. Dan tidak mungkin juga dia menghukum Lucy , Pasalnya untuk bisa memiliki anak, banyak tirakat yang dilakukan oleh Aksara dan istrinya.

Hingga akhirnya Doa mereka terkabul dan lahir lah si cantik Lucy .

Aksara dan Alya begitu mencintainya, Apapun akan dilakukan untuk kebahagiaan Lucy .

" Ga .... Gaaaa... "

Terdengar suara Lucy memanggil nama Ringga, suaranya lirih sekali. Aksara dan Alya reflek mendekati ranjang pasien.

Rupanya Lucy mengigau, keningnya berkeringat dingin.

" Pa, Lucy demam " ucap Alya setelah menyentuh dahi Lucy .

" Cepat panggil Dokter Ma"

Alya mengangguk setuju, setelah Alya pergi. Aksara duduk di samping ranjang sembari menggenggam tangan putri nya.

" Jangan takut sayang, Papa akan melakukan apapun untuk kamu" Janji Aksara mantap.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

" Sudah dua hari ini Lucy nggak datang ke kampus, gimana kabar dia ya?" Tanya Dian.

" Aku udah coba telpon, tapi nggak diangkat " Imbuh Loli.

" Apa jangan-jangan Lucy dikurung sama Papanya karena ketahuan hamil ?" Dian mencoba menerka-nerka.

Sedangkan Canaya seperti biasa, tidak banyak bicara.

" Kita coba datang ke rumahnya yuk" Loli memberi ide yang disambut dengan anggukan setuju oleh Dian.

Tapi karena Canaya diam, Loli terpaksa menyenggolnya. Canaya reflek mendongak, ia menggerakkan kepalanya sebagai kode bertanya.

" Kamu gimana ? Mau nggak nengokin Lucy ke rumah nya?" Gertak Loli.

" Kalau aku nggak mau, kalian kesana naik apa?" Canaya balik bertanya.

" Ih kau ni Nay, jadi anak pendiem banget " Loli kesal sendiri.

>>>

Setibanya di rumah Lucy , kedatangan mereka disambut oleh Alya. Mereka dipersilahkan untuk duduk. Kebetulan sekali saat itu Lucy baru saja pulang dari rumah sakit.

" Gimana keadaan Lucy Tante ? Apa dia baik-baik saja ?" Tanya Loli.

Alya tidak langsung menjelaskan, ia menghela nafas berat. Wajahnya kuyu sebab kurang istirahat.

" Tante nggak tahu harus gimana ? Keadaan Lucy semakin memburuk. Dia depresi sebab anak itu bukan anak Ringga "

Sontak ketiga teman Lucy kaget, mereka saling berpandangan satu sama lain.

" Kok bisa Tante ?" Dian tidak habis pikir, kalau bukan Ringga siapa?

" Tante nggak tahu, sedangkan Lucy terus berteriak jika itu adalah anak Ringga . Ini Sebenarnya Dokter memberi surat rujukan agar Lucy dibawa ke rumah sakit jiwa. Tapi kami tidak bisa melakukan nya, jadi kami bawa dia pulang. Itu Papanya masih berusaha mengikat nya ke ranjang"

HAH??

Canaya bangkit dari duduknya, tanpa permisi ia langsung berlari masuk ke dalam.

" Tante kita ijin masuk ya" Tapi Loli masih bisa meminta ijin terlebih dahulu.

Alya mengiyakan, lalu ia dan Dian berlari menyusul Canaya .

" Papa... Tolong lepasin Lucy ... Kenapa Papa ikat Lucy begini ?"

Aksara tidak menjawab, namun terlihat punggung nya bergetar sambil terus mengikat kaki putri nya.

Canaya terpaku di ambang pintu, ia tercekat menyaksikan keadaan Lucy yang cukup tragis.

" Nay... Kamu datang ? Nay.. Tolong aku.. Aku diikat sama Papa... Tolong bantu aku lepasin ikatan ini... Tolong Nay.. " Lucy terus memohon, namun Canaya hanya bisa menundukkan kepalanya.

Loli dan Dian datang, mereka terkejut bukan main. Sampai menutup mulut sendiri.

" Dian... Loli.. Tolong..."

Dian dan Loli kompak menghampiri Lucy , mereka shock dengan keadaan Lucy yang seperti ini.

" Om... Kenapa Lucy diikat ?" Tanya Loli.

Aksara menggeleng lemah, wajahnya sembab dengan sisa-sisa air matanya.

Kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas hitam.

" Pa... Jangan Pa... Lucy nggak mau disuntik lagi, sakit Pa "

Lucy menggeleng ia berusaha melepaskan diri, tapi ikatan di tangan dan kakinya cukup kuat.

Loli dan Dian panik, apa yang akan dilakukan oleh Aksara ?

Ternyata itu adalah suntikan obat penenang, setelah disuntik, keadaan Lucy melemah. Perlahan matanya terpejam.

" Om terpaksa melakukan ini, karena jika dibiarkan Lucy akan menggila. Dia tidak bisa terima jika anak yang dikandungnya adalah bukan anak Ringga . Om tidak tahu lagi harus bagaimana ? Kenapa nasib dia jadi seperti ini ?"

Aksara mengeluh atas semua kejadian itu, ia tidak mampu mengemban penderitaan ini sendirian.

>>>

Dalam perjalanan pulang dari rumah Lucy , tidak ada yang berbicara sepatah kata pun. Semua diam disertai monolog dalam pikiran masing-masing.

Tiba-tiba Dian sadar jika jalan yang dilalui oleh Canaya bukan jalan pulang.

" Kita mau kemana Nay?"

" Ke rumah Ringga "

" Mau ngapain ?"

Canaya tidak menjawab, dia termasuk orang yang malas untuk menjelaskan panjang lebar jika akhirnya mereka akan tahu juga.

Baru saja mereka keluar dari dalam mobil, terdengar teriakan-teriakan minta tolong. Canaya dan kawan-kawan heran. Mereka kompak mempercepat untuk masuk ke rumah Ringga .

Anehnya pintu utama rumah itu terbuka, tapi tidak ada orang sama sekali disekitarnya.

Tanpa membuang waktu Canaya langsung masuk, Dian dan Loli tidak sempat mencegah. Mereka enggan tapi mau gimana lagi. Terserah deh, Dian dan Loli pun mengikuti Canaya .

" Lepaskan !!! Lepaskan !!!!"

Langkah kaki Canaya terhenti, dia baru saja menaiki tangga yang menuju kamar Ringga . Pintu kamar Ringga terbuka lebar, sehingga apa yang ada di dalam kamar nya terlihat dengan jelas.

Di sana Canaya melihat Ringga dibaringkan ke kasur secara paksa oleh dua laki-laki. Dan satu lagi laki-laki menahan kakinya.

" Kalian ??"

Ibunya Ringga terpana melihat kedatangan Canaya dan teman-temannya.

" Maaf Tante kami main masuk sembarangan. Kami berniat mengunjungi Ringga , tapi tidak ada orang dibawah. Ketika mendengar suara jeritan minta tolong, kami langsung kesini " Loli menjelaskan.

Ohhh...

Ibunya Ringga manggut-manggut tanda percaya.

" Itu Ringga kenapa Tante ?" Tanya Dian sambil menunjuk Ringga yang sudah mulai tenang. Dadanya naik turun, tenaganya terkuras habis sebab berontak.

" Tante nggak tahu, padahal sebelumnya baik-baik saja . Tapi setelah malam itu dia seperti orang ketakutan. Menjerit-jerit ingin kabur, pernah dia hampir melompat dari jendela rumah sakit. Untung masih sempat diselamatkan. Akhirnya kami memutuskan untuk dibawa pulang, di rumah sakit sudah tidak aman"

" Tante juga tidak bisa menjaganya selalu, kasian adik-adik Ringga ditinggal. Kalau di rawat di rumah, Tante bisa lebih memperhatikan nya"

Sangat membangongkan, antara Ringga dan Lucy sama-sama depresi. Apa yang terjadi sebenarnya ?

" Kok jadi ribet gini yah?" Loli berkomentar dalam perjalanan pulang.

" Apa ini ulah Intan? Tapi kok Ringga juga jadi nggak waras?"

Semua sepemikiran dengan Loli, entah apa yang terjadi sebenarnya ?