NovelToon NovelToon
Permainan Terlarang

Permainan Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Pembantu / Pembaca Pikiran
Popularitas:15.6k
Nilai: 5
Nama Author: Alim farid

**Sinopsis:**

Luna selalu mengagumi hubungan sempurna kakaknya, Elise, dengan suaminya, Damon. Namun, ketika Luna tanpa sengaja menemukan bahwa mereka tidur di kamar terpisah, dia tak bisa lagi mengabaikan firasat buruknya. Saat mencoba mengungkap rahasia di balik senyum palsu mereka, Damon memergoki Luna dan memintanya mendengar kisah yang tak pernah ia bayangkan. Rahasia kelam yang terungkap mengancam untuk menghancurkan segalanya, dan Luna kini terjebak dalam dilema: Haruskah dia membuka kebenaran yang akan merusak keluarga mereka, atau membiarkan rahasia ini terkubur selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alim farid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

**Episode 12**

"Luna, fotokopi dokumen ini, ya."

"Luna, buatkan saya secangkir kopi."

"Luna, ambil paket yang baru datang."

Nama yang sama terus-menerus disebut, seperti mantra yang tak pernah berhenti. Luna merasa tertekan, seolah-olah dia adalah satu-satunya magang di kantor ini yang selalu terjebak dalam tugas-tugas sepele. Padahal, ada Rachel dan beberapa magang lainnya yang juga bekerja di sini, tapi seolah-olah hanya Luna yang diperlakukan seperti asisten pribadi. Karyawan lain tampak sibuk dengan pekerjaan mereka, namun di mata mereka, Luna hanyalah pembantu.

"Luna, antarkan berkas ini ke ruangan Pak Damon."

Belum sempat merasakan istirahat yang telah lama dinantikan, Luna harus berdiri lagi. Dengan napas berat, dia melirik Sandra, yang tampaknya tidak punya empati sama sekali. "Bisakah Anda meminta orang lain? Aku merasa sangat tidak enak badan," keluhnya, berusaha menunjukkan ekspresi yang memelas. Seharian dia bekerja tanpa henti, dan dia tahu bahwa banyak rekan kerja lainnya hanya berpura-pura sibuk untuk menghindari pekerjaan. Kenapa dia tidak bisa melakukan hal yang sama?

Sandra menatapnya dengan tatapan skeptis. "Kamu benar-benar merasa sakit, Luna?" tanyanya, ragu dengan kejujuran gadis itu.

"A... Aku harus ke toilet segera!" Luna berakting dengan memegangi perutnya, lalu berlari menjauh dari Sandra seolah-olah nyawanya terancam.

Sandra hanya menggelengkan kepala dengan sinis, merasa Luna berlebihan. "Rachel!" panggilnya pada Rachel yang kebetulan lewat di dekat meja Sandra.

"I... Iya, Bu?" Rachel menoleh. Semua orang memanggil Sandra dengan sebutan 'Bu', kecuali Luna. Mereka semua telah sepakat untuk menjaga jarak dan tidak saling mengenal di kantor.

"Kau mau ke mana?"

"Ambil paket saya yang ada di depan."

"Namun sebelum itu, antarkan dokumen ini ke ruangan Pak Damon. Kau tahu di mana ruangannya, kan?" Sandra menyerahkan dokumen kuning kepada Rachel dengan nada penuh harapan. Kesempatan untuk bertemu dengan bos mereka dari dekat jarang terjadi, jadi Rachel memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.

"Baik, Bu," jawab Rachel dengan antusias, lalu mengambil dokumen dari tangan Sandra dengan senyum lebar.

Rachel berhenti sejenak di depan pintu ruangan Damon dan memeriksa penampilannya. Dia menambah sedikit bedak dan memastikan rambutnya tertata rapi. Setelah merasa puas dengan penampilannya, dia mengetuk pintu dengan lembut.

"Masuk," terdengar suara dari dalam dengan nada rendah dan tegas. Rachel membuka pintu dengan hati-hati. "Pak Damon, saya disuruh mengantar dokumen ini," ujarnya dengan nada malu-malu. Dalam hatinya, Rachel terpesona oleh sosok Damon yang sangat tampan.

Damon menatap Rachel dengan tatapan datar. "Letakkan di meja," katanya sambil menunjuk dengan dagunya tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputernya.

Rachel meletakkan dokumen dengan hati-hati di atas meja, mencoba menahan rasa kecewa karena Damon tampaknya tidak menunjukkan minat lebih. "Ada yang bisa saya bantu lagi, Pak?" tanya Rachel, dengan harapan bahwa mungkin dia bisa mendapatkan perhatian yang lebih.

"Tidak ada," jawab Damon singkat dan tanpa ekspresi. "Silakan keluar."

Rachel meninggalkan ruangan dengan rasa kecewa yang mendalam, merasa kesempatan untuk berinteraksi dengan bos tampannya telah berlalu begitu saja. Setelah Rachel pergi, Damon segera menghubungi Sandra.

"Ke mana Luna? Kenapa bukan dia yang mengantar dokumen ini?" Suara Damon terdengar kesal dan frustasi. Dia jelas menunggu kedatangan adik iparnya, tetapi yang muncul malah wanita yang tampaknya terlalu mencolok.

"Luna mengalami sakit perut, Pak. Saya meminta Rachel untuk menggantikan tugasnya," Sandra menjelaskan dengan nada tenang, mencoba menenangkan Damon.

"Sakit perut?" Nada Damon berubah lembut dan penuh perhatian. "Di mana dia sekarang?"

"Saya tidak tahu, mungkin masih di toilet."

"Lantai berapa?"

"Empat."

Telepon ditutup mendadak, membuat Sandra bingung. Kenapa bosnya tampak begitu terobsesi dengan Luna?

***

"Ah!" Luna menjerit kaget saat lengannya tiba-tiba ditarik seseorang begitu dia keluar dari toilet.

Ternyata, itu adalah Damon. Luna merasa frustasi dan cemas. Kenapa kakak iparnya tiba-tiba menariknya dengan cara seperti ini? Mereka berada di kantor, dan jika seseorang melihat mereka, pasti akan menimbulkan kecurigaan.

"Kak Damon, lepaskan aku," pintanya pelan, berusaha melepaskan diri dari cekalan Damon. Namun, Damon tetap menariknya dengan tegas, mengabaikan permintaannya.

"Kenapa Kak Damon?" gumam Luna, matanya melirik ke sekitar dengan cemas. Untungnya, lantai empat ini relatif sepi dibandingkan dengan lantai-lantai lainnya. Jam segini, sebagian besar karyawan masih sibuk bekerja di ruang kerja mereka.

Damon mengabaikan semua permintaan Luna dan menariknya menuju lantai enam, ke ruangannya. Begitu mereka tiba di depan pintu ruangannya, Damon segera mengunci pintu dengan kunci yang ada di sakunya. Luna terkejut dengan tindakan itu, jelas menunjukkan bahwa Damon sudah mengantisipasi kemungkinan Luna mencoba melarikan diri.

"Duduk di sofa dan jangan bergerak," perintah Damon dengan tegas saat dia melihat Luna berdiri kaku di depan sofa.

"Aku harus bekerja, Kak," kata Luna, berusaha mempertahankan sikap profesional meskipun situasi ini sangat tidak nyaman.

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Aku mendengar kau merasa tidak enak badan," Damon mendekat dan duduk di samping Luna. Dia memeriksa wajah Luna dengan cermat, tetapi Luna tidak menunjukkan tanda-tanda sakit yang sebenarnya.

Luna tahu dia harus berakting lebih meyakinkan. "Aku merasa sangat lemas. Bolehkah aku pulang?" tanyanya, berpura-pura lesu dan tidak berdaya.

Damon menyeringai, jelas menyadari bahwa Luna sedang berpura-pura. "Jadi, ini caramu menghindar dari pertemuan denganku? Rupanya kau sengaja menghindar?" bisiknya lembut sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Luna, suaranya mengandung nada yang tidak nyaman.

Luna merasakan ketegangan yang meningkat, tubuhnya secara refleks mundur hingga membentur dinding sofa. "Apa yang akan Kakak lakukan padaku?" tanyanya dengan nada cemas, suaranya hampir bergetar.

"Kau harus menghadapi konsekuensinya," bisik Damon dengan nada penuh pengertian yang mengancam. Tanpa izin, dia menggigit lembut daun telinga Luna. Sensasi itu membuat Luna merinding dan merasakan kecemasan yang mendalam, membayangkan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.

1
Endang Yusiani
mirip-mirip
Alim Farid: apanya mirip"kak
total 1 replies
Debby Tewu
lanjut ceritanya
Debby Tewu
lanjut dong veritanya
Divana Mareta
lanjut thor...
Subrianti Subrianti
Luar biasa
Alim Farid: makasih kakak 🙏🙏🙂
total 1 replies
bb_yang_yang
Yuk, thor, update secepatnya! Pembaca mu sudah tidak sabar lagi. 😍
Jock◯△□
Ganti tanggal jadi sekarang ya thor!
Asnisa Amallia
Gimana ceritanya bisa sehebat ini? 😮
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!