Demi pengobatan sang ibu, Bella rela menjadi simpanan Steven, CEO PT. Graha Sanatama. Namun, jodoh dan maut di tangan Tuhan. Sang ibu tetap tak dapat diselamatkan.
Setelah ibunya meninggal, Bella melepaskan diri dari Steven. Namun, takdir kembali mempertemukan mereka ketika Bella diperkenalkan kepada keluarga Axel, kekasih barunya. Tanpa di sangka ternyata pria itu adalah adiknya Steven.
Steven cemburu melihat kemesraan Axel dan Bella. Dia nekat merebut kembali Bella dari adiknya itu.
Apakah takdir tetap mempersatukan Bella dan Steven, sedangkan ada hati lain di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Lima
Setelah satu minggu berada di Singapura, akhirnya Steven dan Han kembali ke Indonesia. Dia meminta asistennya langsung menuju kediaman Bella. Sejak mereka berada di luar negeri, wanita itu sulit dihubungi.
Han keluar dari mobil dan langsung menuju pintu rumah Bella. Mengetuknya perlahan. Beberapa mengetuk, tak jua ada jawaban. Kebetulan ada tetangga yang lewat, pria itu lalu memanggil dan mendekatinya.
"Maaf, Pak. Apa Bapak tau Bella nya kemana?" tanya Han.
"Kalau tidak salah Nak Bella mah pindah. Kemarin dia mengembalikan kunci kontrakan dengan pemiliknya," jawab Bapak itu.
"Begitu, ya. Terima kasih, Pak," balas Han.
Bapak paruh baya itu mengangguk dan melanjutkan perjalanannya lagi. Sedangkan Han kembali ke mobil.
"Maaf, Tuan. Non Bella nya sudah pindah," ucap Han.
Tangan Steven terkepal mendengar ucapannya asistennya itu. Dia salah karena mempercayai wanita itu.
Steven tak pernah mengawasi Bella karena percaya gadis itu tak akan berani pergi darinya. Ternyata dugaannya salah, dia justru kabur.
"Apa kita harus mencarinya, Tuan?" tanya Han.
"Biarkan saja. Wanita seperti itu bisa aku dapatkan kapanpun aku mau!" ucap Steven.
Harga dirinya merasa terinjak jika dia mencari wanita itu. Anggap saja uang yang dia keluarkan untuk pengobatan ibunya Bella sebagai sedekah.
***
Empat bulan telah berlalu, Steven sudah melupakan mengenai pertemuannya dengan Bella. Dia kembali sibuk dengan pekerjaan dan sesekali pergi ke tempat hiburan. Namun, dia tak pernah minta dicarikan perempuan sebagai teman ranjang seperti saat itu.
Mengenai rumah tangganya, masih berjalan seperti kemarin. Steven masih saja acuh dan tak peduli dengan sang istri. Namun, dia masih saja tetap bertahan dengan pernikahan. Selain karena kedua orang tua mereka bersahabat. Hubungannya dengan Nicky juga telah terjalin lama, sejak sama-sama masih duduk di bangku sekolah menengah. Tak mudah melepaskan begitu saja.
"Steven, besok malam ulang tahun pernikahan Mami dan Papimu, kamu jangan sampai tak datang. Mereka pasti akan kecewa. Bulan kemarin saat pertemuan keluarga kamu absen," ucap Nicky.
"Aku tak janji ...," jawab Steven.
"Stev, ini anniversary orang tuamu. Aku harap kamu bisa luangkan waktu sedikit saja.
"Justru karena anniversary orang tuaku, aku bisa suka-suka. Mau datang atau pun tidak, itu terserah padaku!" jawab Steven dengan penuh penekanan.
"Apa kamu ingin semua orang tahu jika kamu dan Papi tidak akur? Dan apa kamu ingin semua keluarga tau juga jika kamu jarang di rumah?" tanya Nicky.
"Orang juga pasti sudah tau." Steven lalu berdiri setelah mengucapkan itu. Saat baru beberapa langkah, dia harus menghentikan karena mendengar ucapan istrinya.
"Kamu kemana lagi, Stev. Apa kamu akan terus menghindari aku? Kapan kita bisa memberikan orang tuamu cucu jika kita sudah tak berhubungan badan sejak beberapa bulan ini!" seru Nicky.
"Aku tak menginginkan anak darimu," ucap Steven.
Ucapan Steven itu seperti belati yang menusuk hatinya. Nicky mengakui jika dia salah dan telah selingkuh dari pria itu, tapi itu juga karena dia saat itu merasa kesepian. Steven berada di luar negeri untuk belajar bisnis selama dua tahun.
Steven menjalankan mobilnya menuju apartemen. Dia langsung masuk ke kamar. Entah mengapa tiba-tiba dia kembali teringat Bella. Sebenarnya dia bisa mendapatkan wanita mana pun sebagai teman ranjang, tapi dia tak ingin lakukan jika bukan dari hati. Kemarin dia mencoba ingin tidur dengan seorang wanita, tapi diurungkan dan meminta wanita itu pergi.
"Kemana pergi wanita itu? Apa aku minta Han mencarinya? Aku rasa tak begitu sulit mencari keberadaan wanita itu, tapi ... kenapa harus mencarinya?" Steven bermonolog sendiri.
Lama berpikir akhirnya dia tertidur. Steven memang lebih sering menyendiri di apartemen dari pada harus pulang ke rumah.
Di awal pernikahan, saat melakukan hubungan badan pertama kali dengan istrinya, Steven sudah tahu jika Nicky tak suci lagi. Dia berusaha menerimanya, tapi dia kecewa saat mengetahui wanita itu ternyata pernah mengkhianati dirinya.
Di tempat lain, Bella tampak sedang sibuk melayani pelanggan sebuah kafe. Semakin malam, semakin banyak yang datang. Menurut temannya, kafe itu makin ramai sejak dia bekerja. Tapi Bella tak pernah berpikir begitu.
Jam satu malam, akhirnya kafe tutup juga. Bella bersiap-siap untuk pulang. Dia mengambil tas tempat bekal makanannya. Walau dia kerja di salah satu kafe ternama di kota tempat tinggalnya, dia tetap membawa bekal makanan. Tak ingin mengambil makanan di sana.
Bella berjalan menuju halaman parkir, dia baru saja ingin memanggil salah seorang ojek langganan, seseorang memanggil namanya. Saat dia menoleh, wanita lalu tersenyum. Ternyata pemilik kafe yang memanggil namanya.
"Ada apa, Pak?" tanya Bella, saat pria muda pemilik kafe tempat dia bekerja mendekati dirinya.
"Aku antar kamu pulang," jawab Axel. Seorang pria muda yang berwajah tampan pemilik kafe tempatnya bekerja.
"Aku pulang dengan ojek aja, Pak. Tak enak jika dilihat yang lain," balas Bella.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Kita bicara sambil aku mengantar kamu pulang," ujar Axel lagi.
Dengan terpaksa Bella akhirnya masuk ke mobil pria itu. Sebenarnya dia segan, karena di kafe banyak yang menggosipkan mereka. Teman kerjanya banyak yang mengatakan jika Axel menyukai Bella. Itu terlihat dari semua perhatian yang dia berikan.
"Bella, aku ingin minta tolong denganmu," ucap Axel saat dalam perjalanan mengantar Bella pulang.
Kost Bella dan Kafe sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya butuh sepuluh menit perjalanan. Biasanya Bella pulang dengan seorang bapak-bapak tukang ojek langganannya. Bapak itu tetangga kostnya sehingga Bella tak takut jika pulang malam.
"Apa itu, Pak? Jika aku bisa, akan aku bantu," jawab Bella. Selama empat bulan bekerja dengan Axel, pria itu begitu baiknya. Bella ingin membalas dengan membantunya jika itu sanggup dia lakukan.
"Aku ingin kamu jadi pendamping pada pesta ulang tahun pernikahan kedua orang tuaku," jawab Axel
"Aku ...? Apa itu tak salah, Pak. Seharusnya Bapak bawa kekasih Bapak," balas Bella.
"Itulah masalahnya. Aku nggak ada pasangan, atau kekasih. Kamu mau bantu aku'kan?" tanya Axel.
"Pak, aku malu. Aku juga gak memiliki baju pesta yang pantas di pakai untuk pesta. Aku takut akan membuat Bapak malu. Masa pendampingnya aku," jawab Bella.
Bella tidak percaya diri untuk datang ke pesta keluarga Axel. Pastilah dia bukan dari keluarga biasa.
"Aku mohon, Bella. Jangan malu, aku akan membelikan kamu gaun pesta. Anggap saja ini pekerjaan dariku. Aku juga akan menambah gajimu," ucap Axel memohon.
Bella terdiam, berpikir sejenak. Dia merasa tak pantas menjadi pendamping Axel, tapi menolak permintaan pria itu juga dia tak tega.
"Bagaimana, Bella? Apa kamu bersedia menemaniku?" tanya Axel. Pertanyaan pria itu membuat lamunan Bella terhenti.