NovelToon NovelToon
THEY ARE GEMSTONES

THEY ARE GEMSTONES

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita
Popularitas:583
Nilai: 5
Nama Author: Putri Yais

Keluarga Haven bukanlah keluarga sembarangan. Haven merupakan suami dari perempuan bernama Amber. Mereka memiliki kemampuan supranatural yang sangat tinggi. Mereka memiliki tiga orang putra, dan dua orang putri. Mereka adalah pemilik mata dewa. Ambisi mereka sangat besar untuk menguasai dunia. Sebelum mata dewa itu terbuka, sampai kapanpun mereka tidak akan mencapai tujuan besarnya itu.

Mata dewa hanya bisa dibuka dengan lima batu permata yang memiliki kekuatan sangat dahsyat.

Tidak ada yang tahu jika kelima batu permata itu ternyata berubah menjadi lima gadis cantik dimana mereka akan menjalani aktivitas layaknya manusia biasa, hanya saja ketika dalam keadaan darurat maka kekuatan besar yang tersimpan dalam diri mereka akan muncul.

Kelima gadis cantik itu tinggal di sebuah tempat bernama "Home Blue" dimana pemilik tempat itu adalah seorang perempuan bernama Lin.

Yuk! ikuti perjalanan serunya dalam karya baruku ini. Jangan lupa mampir, like, dan komen. Terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Yais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENCARI SEKOLAH UNTUK KELIMA GADIS

Keesokan paginya, Arvind pergi ke hutan untuk memulihkan kekuatannya. Keadaan tubuhnya masih sedikit lemah karena luka tembak itu. Setelah selesai, ia masih penasaran dengan gadis itu. Arvind pergi ke dunia manusia untuk mencari mereka.

Di satu sisi, para gadis baru saja selesai sarapan. Seperti biasa mereka pergi beraktivitas. Sementara itu, Bunda Lin pergi mencari SMA terbaik untuk kelima anak gadisnya. Untuk mengisi waktu luang, Fe membawa mereka pergi ke hutan untuk latihan memanah. Saat sedang mencari gadis itu, dari jauh Arvind melihat bangsa manusia yang sedang melakukan aktivitas di dalam hutan. Arvind mengawasi mereka di antara semak-semak.

Di depan, Fe sudah menyiapkan sebuah roda besar dari kayu yang berputar.

"Apa kami harus memanah tepat di tengah roda yang berputar itu?" tanya Kyanite.

"Bukan hanya memanah, kalian juga harus bisa membelah roda besar itu," jawab Fe.

"Bagaimana bisa?" timbal Ruby.

"Di situlah tantangannya," jawab Fe. "Kalian bebas memanah ke arah mana saja, asalkan masih di sekitar roda yang berputar itu. Kalian memiliki tiga kali kesempatan. Satu kesempatan hanya bisa menggunakan satu anak panah saja."

"Hanya tiga anak panah saja?" timbal Emerald. "Tidak mungkin roda sebesar itu bisa terbelah hanya dengan tiga anak panah saja."

"Jika kalian saja tidak percaya dengan kemampuan kalian sendiri, lalu bagaimana dengan masalah-masalah yang akan kalian hadapi di masa depan nanti?" tanya Feride. "Apa kalian akan meminta orang lain untuk menyelesaikannya?"

"Baiklah, kami akan mencobanya." jawab Berlian.

"Tunggu sebentar! Dimana Shapire? Kenapa dia tidak ikut?" tanya Feride.

"Dia sedang menyelesaikan lukisannya. Nanti juga pasti akan datang untuk berlatih," jawab Ruby.

Keempat gadis itu mencoba untuk memecahkan tantangan dari Feride. Di satu sisi, Arvind terus mengawasi mereka.

"Dimana gadis cantik yang mengobati lukaku kemarin?" tanya Arvind.

Sudah tiga puluh menit mereka berlatih, belum juga ada yang berhasil memecahkan roda berputar itu dengan tiga anak panah. Keempat gadis itu sangat kelelahan. Keringat bercucuran dari keningnya.

"Aku sangat gerah," ucap Kyanite. "Kenapa tidak ada angin sedikit pun?"

Dia menatap Emerald dan memberikan kode padanya supaya menggunakan kekuatannya untuk mendatangkan angin. Emerald terlihat tersenyum. Saat dia akan menggunakan kekuatannya, Nyonya Fe lebih dulu mengetahui gerak gerik mereka.

"Jangan lakukan itu," ucapnya.

"Kenapa?" tanya Emerald.

"Di hutan ini banyak sekali mata-mata. Akan sangat berbahaya jika kalian menunjukkan kemampuan kalian itu," jawab Nyonya Fe pelan.

Sudah cukup lama mereka menunggu Shapire, akhirnya dia tiba.

"Maaf, aku datang terlambat." ucap Shapire setengah berlari.

Melihat kedatangan Shapire, Arvind terlihat sangat senang. Tampak sedikit senyum di bibirnya. "Dia gadis itu," ucapnya.

Feride memberitahu Shapire tantangan yang harus ia selesaikan di hari pertama latihan memanah. Dengan kepercayaan dirinya, Shapire mengambil satu anak panah, dan mulai memfokuskan pandangannya pada roda yang berputar itu. Tidak lama Shapire melepaskan anak panah itu dan tertancap tepat di tengah-tengah. Dalam hitungan sepuluh detik, roda berputar itu perlahan terbelah menjadi beberapa bagian. Semua orang terkejut melihatnya termasuk Nyonya Fe.

"Waw.... Kau mampu membelah roda itu hanya dengan satu anak panah saja?" ucap Berlian takjub. "Kau memang sangat hebat."

"Hanya Shapire yang bisa melakukan semua itu," sambung Emerald.

"Sangat hebat, Shapire." puji Nyonya Fe. "Dari semua gadis yang mengikuti latihan ini, hanya kau yang mampu membagi roda besar itu dengan satu anak panah saja."

"Terima kasih atas pujiannya, Nyonya Fe." jawab Shapire.

"Baiklah, latihan memanah untuk hari ini sudah selesai. Kita akan lanjutkan lagi besok," ucap Nyonya Fe.

"Baik," jawab kelima gadis bersamaan.

"Kalau begitu, ayo kita kembali!" ajak Nyonya Fe. "Oh iya,, jangan lupa untuk menyimpan kembali busur dan anak panahnya di tempat semula."

"Baik, Nyonya Fe."

Saat akan pergi, Shapire melihat sesuatu yang bergerak di antara semak-semak. Yang lain sudah berjalan lebih dulu. Shapire berjalan mendekati semak-semak itu. Saat dilihat ternyata seekor serigala. Shapire tidak merasa takut sedikit pun. Ia malah mendekati serigala itu dan mengelusnya lembut.

"Kau serigala yang terluka itu, bukan?" ucapnya. "Bagaimana dengan lukamu? Apa sudah membaik? Semoga kali ini kau tidak menggigitku lagi, yah."

Shapire segera kembali. Dia takut yang lain mencarinya. Setelah pergi, Arvind merubah wujudnya kembali menjadi manusia. "Siapa sebenarnya gadis itu? Aku harus mencaritahu tentang dia," ucapnya.

****

Siang itu, Lin baru saja kembali dari luar. Dia meminta kelima gadis dan Feride untuk datang ke ruangannya. Saat semua orang sudah tiba, Lin memberitahu mereka jika mulai besok Shapire dan keempat temannya akan mulai bersekolah.

"Benarkah Bunda Lin?" tanya Berlian terlihat senang.

"Tentu saja. Aku sudah bicara dengan kepala sekolahnya. Dia mau menerima kalian di sekolah itu," jawab Lin.

"Di sekolah mana mereka akan belajar?" tanya Fe.

"Key School."

"Nama sekolahnya terdengar sedikit aneh," ucap Kyanite.

"Benar, itu adalah sekolah kunci." jawab Lin.

Mereka yang sekolah di sana harus melewati beberapa tes. Tidak hanya gadis biasa, tetapi gadis yang memiliki kemampuan magic pun bisa masuk kesana. Gedung sekolah itu dibagi menjadi dua. Kelas pertama, diperuntukkan bagi mereka yang biasa-biasa saja. Sementara kelas kedua, diperuntukkan untuk mereka yang memiliki kemampuan magic dasar. Dengan pembelajaran guru-guru handal di sekolah itu, mereka mampu meningkatkan kemampuannya sampai level tertinggi di kelas magic.

Sekolah itu dibangun sendiri oleh Haven Kenric. Dia memiliki istri bernama Amber. Mereka memiliki tiga orang putra, dan dua orang putri. Kelima anak mereka memiliki kekuatan supranatural yang diturunkan langsung oleh ayah dan ibunya. Kedua putri mereka bernama Maasah dan Maisie. Mereka belajar di Key School mengambil kelas magic. Sementara ketiga putra mereka sedang menyelesaikan pendidikan kuliahnya di luar negeri.

"Kira-kira kelas apa yang akan kalian ambil?" tanya Lin.

"Tentu saja kelas magic," jawab Ruby. "Lagi pula kita memiliki kemampuan seperti itu."

"Tidak bisa, sayang. Kemampuan magic kalian sangat tinggi. Jangan sampai orang tahu siapa identitas kalian yang sebenarnya," jawab Lin.

"Kalau begitu kita pilih jalan tengahnya saja, yaitu kelas yang pertama." sambung Berlian.

"Mereka yang memilih kelas pertama selalu dipandang sebelah mata. Tidak sedikit siswa yang memutuskan untuk keluar dari sekolah itu hanya karena bully-an dan cacian yang diterima mereka dari siswa kelas magic," jawab Lin.

"Mental siswa kelas pertama benar-benar sangat diuji," ucap Feride menambahkan.

"Lalu, kelas mana yang harus kita ambil?" tanya Kyanite.

"Kita akan tetap memilih kelas magic. Tapi sebisa mungkin kita harus menyembunyikan kekuatan yang kita miliki," ucap Shapire. "Dengan begitu kita akan belajar tentang magic lebih dalam lagi selain dari pada yang sudah kita dapatkan sekarang."

"Pemikiran yang sangat jenius," ucap Lin.

"Yang dikatakan Shapire benar, kalian bersikap saja seolah kalian itu siswa pemula yang tidak tau apapun tentang magic," tambah Fe. "Dengan begitu rahasia kalian akan tetap aman."

Sebelum memilih kelas, mereka akan di tes lebih dulu di dalam ruang kejujuran. Di sana mereka tidak bisa berbohong sedikit pun. Bahkan, kekuatan hebat mereka akan diketahui di tempat itu.

"Apa ada cara bagi kita untuk bisa masuk tanpa melakukan tes itu?" tanya Emerald.

"Sayangnya tidak ada," jawab Lin. "Mereka yang ingin bersekolah di sana harus melewati tes itu lebih dulu."

"Kenapa tidak mencari sekolah yang lain saja?" tanya Fe.

"Sekolah lain akan menerima siswa baru saat akhir tahun saja, sementara Key School terbuka untuk siapapun yang ingin masuk tanpa memiliki batas waktu," jawab Lin.

Siang itu, pembicaraan mereka cukup sampai di sana. Lin pergi ke dapur dan meminta pelayan membuat beberapa cemilan untuk menjamu tamu penting mereka yang akan datang nanti malam. Di satu sisi, Fe mengumpulkan semua gadis yang sedang duduk di jenjang kuliah. Mereka hanya berjumlah sepuluh orang saja. Kebanyakan anak gadis asuhan Lin masih duduk di bangku SMA. Di antara sepuluh orang itu, lima gadis diantaranya memundurkan diri. Mereka tidak ingin ikut dalam pemilihan calon menantu itu.

"Ada apa dengan kalian? Kenapa tidak ingin ikut sebelum melihat prianya terlebih dahulu?" tanya Fe ingin tahu. "Bisa saja pria itu baik, dan memilih satu di antara kalian."

"Maaf Nyonya Fe, tapi aku belum siap untuk menikah. Aku ingin menyelesaikan pendidikan kuliahku dulu, setelah itu bekerja. Keinginanku untuk menikah sangatlah jauh." jawab salah satu gadis.

"Baiklah, aku bisa menerima alasanmu itu. Lalu, bagaimana dengan empat gadis yang lainnya?"

Keempat gadis itu memiliki alasan yang tidak jauh berbeda. Mereka masih ingin fokus pada kuliahnya. Lebih-lebih mereka ingin tetap bersama Bunda Lin di Home Blue ini. Setelah mendengar alasan mereka, Fe tidak bisa memaksa mereka untuk ikut. Itu berarti tersisa lima orang gadis yang siap dipilih untuk menjadi menantu keluarga besar Maven.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!