Nadya melakukan banyak pekerjaan sampingan untuk melanjutkan kuliah. Semua pekerjaan dia lakukan asal itu halal.
Sampai suatu ketika Nadya diharuskan memberikan les tambahan pada seorang anak SMA yang menyebalkan.
"Jadi, bagian mana yang kamu belum bisa?" tanya Nadya.
"Semuanya," jawab Alex cuek.
"Jadi dari tadi kamu gak ngerti apa yang saya jelasin?"
"Enggak, kan aku cuma merhatiin wajah kamu sama bibir kamu yang komat-kamit."
"Alex!!!" berang Nadya.
"Apalagi tahi lalat kamu yang di pipi. Kok gemesin banget sih!" Alex tersenyum tengil membuat Nadya jengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Tertawa
Mendengar pertanyaan Alex, rupanya memancing tawa kencang dari mulut Nadya.
"Hahaha!" Gadis itu benar-benar merasa lucu. Padahal menurut Alex tidak ada yang lucu dari pertanyaannya tadi.
Dilain sisi, Alex juga terpana dengan apa yang dilihatnya sekarang. Dia belum pernah melihat Nadya tertawa lepas seperti ini. Ini pertama kali baginya dan gadis itu tampak sangat manis dimatanya. Hal itu juga berkesinambungan dengan detak jantungnya sekarang yang mendadak berdetak lain daripada biasanya.
"Kamu ketawa? Kamu cantik kalo ketawa," ungkap Alex sejujurnya.
Pernyataan Alex itu sontak membuat Nadya terdiam seketika. Dia langsung mengalihkan pandangan ke luar jendela mobil dan membisu saat itu juga.
Alex menipiskan bibir sembari masih fokus mengendarai mobilnya.
"Kok diam?" tanya Alex kemudian, sebab hening kembali merajai diantara keduanya.
Nadya tak menjawab, bahkan tak menoleh sedikitpun pada Alex. Agaknya dia terlalu canggung sekarang, bukan karena dipuji cantik oleh pemuda itu, tetapi karena dia baru sadar bahwa dia bisa tertawa sekeras tadi didepan pemuda ini. Nadya sudah lama tidak begitu, tepatnya dia menjaga sikap agar orang lain tidak mengetahui dia yang sebenarnya. Nadya tak menjadi dirinya sendiri dalam berapa tahun belakangan ini. Dia cenderung tertutup padahal itu bukan sifat awalnya.
"Nad, kamu belum jawab pertanyaan aku tadi. Andra itu pacar kamu?" ulang Alex yang entah kenapa benar-benar ingin mendapatkan jawaban pasti akan hal ini.
"Bukan."
Satu kata yang diucapkan Nadya itu, berhasil membuat Alex mengembuskan nafas lega. Ah, kenapa juga dia harus lega mendengarnya?
Mobil yang dikendarai Alex akhirnya memasuki area kost tempat Nadya tinggal. Pemuda itu hendak mengambil payung di jok belakang mobil karena langit masih turun gerimis. Akan tetapi, Nadya sudah lebih dulu turun sebelum Alex membukakan pintu dan memberikan payungnya. Gadis itu tak berkata apapun lagi, sebab merasa sudah mengucapkan terimakasih saat di perjalanan tadi pada Alex.
"Nadya ..." Rupanya Alex ikut turun dari mobil dan memanggil gadis itu.
Nadya menoleh dan mendapati Alex yang sudah berada dibelakangnya.
"Aku pikir kamu butuh ini ..." Alex menyodorkan payung lipat yang ada dalam genggamannya pada gadis itu. "Ambil buat kamu, jangan hujan-hujanan," ujarnya kemudian disertai senyum manisnya.
Nadya menggeleng pelan, tapi Alex menarik tangannya dan meletakkan payungnya dalam genggaman gadis itu.
"Kapan-kapan aku pengen ngelihat kamu ketawa seperti tadi lagi, Nad."
Nadya menunduk, dia terlalu bingung mengartikan setiap kalimat Alex yang ambigu.
"Aku pulang ya. Tapi aku mau pastikan kamu masuk ke dalam dulu."
Nadya nyaris berbalik, tapi dia urung sebab pada akhirnya gadis itu kembali memanggil nama Alex.
"Alex?"
Alex cukup terkejut saat Nadya malah memanggilnya. "Emm?" responnya.
"Makasih." Nadya tersenyum lembut, sampai-sampai Alex ikut-ikutan sumringah.
Setelah itu, Nadya pun langsung berlalu menuju letak kamar kost nya, sementara Alex masih diposisinya, dia memperhatikan gadis itu sampai Nadya benar-benar membuka pintu dan masuk ke kamarnya.
Alex memegang dadanya sendiri. Kenapa jantungnya jadi begini sejak tadi? Sepertinya ada yang tidak beres. Dia geleng-geleng kepala karena pikiran-pikiran yang melintas dikepalanya.
"Sejak kapan kau menyukainya Alex?"
...***...
"Kau tau, kau tidak akan pernah lolos dariku! Aku akan menemukanmu dimanapun kau bersembunyi, Nadya!"
Nadya terhenyak dari tidurnya. Mimpi itu lagi-lagi datang menghampirinya. Kata-kata lelaki itu terus terngiang-ngiang, membuat Nadya sulit untuk tidur nyenyak bahkan menikmati hidupnya yang kini bahkan nyaris tidak sempurna.
Enggan larut terlalu lama karena efek mimpi buruknya, Nadya langsung bangkit dari posisinya, dia mengambil air diatas meja dan meneguknya dengan perlahan kemudian mengembuskan nafas panjang.
"Dia sudah mati. Dia tidak mungkin mencari ku lagi," gumam Nadya.
Nadya tau, masa lalunya akan terus menghantuinya terus menerus. Itu masa-masa yang sangat kelam dan tak mau diingatnya lagi tapi kenapa selalu mimpi yang sama membuatnya harus teringat kembali?
"Aku harus menjalani hidupku seperti hari kemarin. Dia sudah mati. Dia sudah mati.
Nadya mengatakan kalimat itu terus menerus didalam hatinya. Kadang gadis itu juga tampak seperti merapal mantra karena mengucapkan kata-kata yang sama secara berulang-ulang.
Nadya tak ingin melanjutkan tidurnya lagi, dia terlalu takut meski dia berlagak tidak ingin larut dalam mimpinya terus menerus. Dia berniat membaca novel sembari menunggu pagi. Akan tetapi, karena kantuk dia ketiduran lagi dan itu justru menyebabkannya kesiangan.
Selesai mandi, Nadya langsung buru-buru bersiap untuk kuliah. Dia tak sempat sarapan, tapi dia membawa selembar roti dan susu coklat kesukaannya. Selanjutnya, dia akan sibuk mencari angkutan umum agar segera tiba di kampusnya.
Saat Nadya sudah berada di pekarangan Universitas, dia nyaris terjatuh karena menabrak seseorang. Gadis itu memang sangat terburu-buru.
"Maaf," kata Nadya merasa bersalah.
"Apa yang kau lakukan? Dasar ceroboh!" jawab seorang yang tak sengaja ditabrak oleh Nadya.
Nadya mengangkat kepala dan mendapati seorang pemuda yang menatapnya dengan sangar. Nadya tau itu seniornya yang terkenal berandal. Matilah dia kali ini. Begitulah dalam hati Nadya.
"Maaf, Kak." Nadya membungkukkan badan. Dia tau dia yang salah menyebabkan baju pemuda itu basah karena susu cokelat yang dibawanya.
"Maaf katamu? Kau lihat bajuku kotor karenamu!"
"A--aku tidak sengaja." Nadya berkata-kata dengan terbata, jangankan untuk menatap mata kelam pemuda itu, mengangkat kepalanya sendiri saja Nadya tidak berani. Dia takut menghadapi pemuda kasar seperti ini. Bayangan-bayangan masa lalunya akan langsung berkelebat dikepala.
"Kau tau berapa harga bajuku? Kau bisa menggantinya, hah?" Pemuda itu menunjuk bajunya yang berwarna kecokelatan karena susu milik Nadya.
"A--aku tidak tau harganya, ta--tapi ... tapi itu pasti ma--hal." Lagi-lagi Nadya terbata.
"Ganti!"
"Hah?" Nadya melongo.
"Kau tidak dengar apa kataku? Aku bilang ganti!" Pemuda itu menyodorkan tangannya pada Nadya seperti meminta sesuatu, dia tampak tak main-main.
"Be-berapa?" tanya Nadya takut-takut.
"Dua."
"Dua ratus ribu?" Nadya bertanya sembari mencari-cari letak dompetnya, saat dia menemukan masih tersisa 2 lembar pecahan uang merah, dia merasa lega dan segera memberinya pada pemuda itu.
Pemuda itu terkekeh sinis. "Dua juta, bukan dua ratus ribu."
"Apa?" Nadya terkejut setengah mati. Dia mana punya uang segitu banyak dalam waktu mendadak. Gajinya di outlet baru akan dia dapatkan bulan depan, begitu pula gaji menjadi guru les privat Alex.
"Kau tidak punya uang cash? Kau bisa transfer uangnya ke rekeningku!"
Nadya tidak menyahut lagi. Bagaimana dia bisa keluar dari situasi ini? Siapapun, tolong selamatkan dia.
"A--aku ..."
"Jangan bilang kau miskin dan kau tidak punya uang!"
"Ehm ...." Nadya benar-benar bingung sekarang, sampai akhirnya dia mendapat celah untuk lari dari pemuda itu.
"Aku akan bertanggung jawab. Aku janji akan menggantinya. Izinkan aku mencicilnya pelan-pelan," jerit Nadya sambil berlari kocar-kacir meninggalkan kakak seniornya yang galak.
...Bersambung ......
💪💪💪💪💪
💖💖💖💖💖