"Kamu kenal dengan saya?" tanya Kapten Zayden Khaled kepada gadis itu seraya menatapnya tajam
"Iya,kamu sepupu satu kali saya,kamu anak dari Puang Dewi Anjani,adik Bapak saya,jadi kita bersepupu kan" jawab Ayra tanpa ragu
"Kalau sudah tahu sepupu,kenapa masih mau menikah? kamu memang cinta sama saya?" tanya Zayden Khaled lagi
"Tidak ji,saya tidak cinta sama kamu,tapi Puang Dewi Anjani yang mau,jadi saya menuruti saja" jawab Gadis itu lagi
Zayden Khaled hanya menarik nafas panjang dan mengusap wajahnya dengan kasar.
Ayra Mikayla gadis yang cantik itu fakta yang tidak bisa dipungkiri,tapi jika harus membayangkan menikahi adik sepupunya sendiri,membuat Zayden Khaled pusing. dia frustasi dengan keputusan sang Mama tercinta,tapi apa daya dia, apa yang menjadi keinginan Mamanya itulah yang akan terjadi.
"Bagaimana dengan Emiliana,apa yang harus kusampaikan kepadanya" gumam Zayden Khaled
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon snow white, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5
Ibu Dewi Anjani pun mengajak Ayra untuk menemaninya menikmati akhir pekan.
"Sekalian mi' juga jalan-jalan ki' Nak di',nanti kita beli barang-barang buat persiapan besok,rencana Puang mau kalau mengajar ki' di Sekolahan tempat Puang itu tugas,jadi enak ki' ada temannya Puang kan" ucap Ibu Dewi Anjani
"Iye' Puang,saya ikut saja apa kata Puang" ucap Ayra pelan
"Oke sayangku" ucap Ibu Dewi Anjani
Di Mall yang sama,nampak Zayden dan Emiliana juga sedang menikmati waktu akhir pekan mereka
"Sayang,jam berapa ki' kembali ke asrama ta'?" tanya Emiliana
"In shaa Allah malam,free sampai jam sepuluh malam kok,tenang mi' bisa ki' seharian kutemani jalan ini sayang" ucap Zayden seraya menggenggam tangan sang kekasih
Mereka pun masuk ke sebuah salon kecantikan yang sudah menjadi langganan Emiliana.
Sedangkan Ibu Dewi Anjani dan Ayra nampak memilih sepatu
"Pilih mi' sayang,yang mana kita suka,Puang juga mau pilih ini" ucap Ibu Dewi Anjani seraya mematut satu persatu sepatu itu
Ayra nampak malu-malu memilih sepatu.
"Ini Puang,tapi harganya mahal" ucap Ayra pelan
"Mana,coba sini Puang lihat dulu" ucap Ibu Dewi Anjani meminta sepatu itu lalu melihat harganya
"Hhhmmm... tidak mahal ini sayang,coba mi' dulu, kalo pas kita bayar sama-sama ini sepatunya Puang juga" ucap Ibu Dewi Anjani
Ayra hanya mengaguk.
Setelah membayar sepatu,Ibu Dewi Anjani pun mengajak Ayra menonton bioskop.
Zayden dengan setia menemani sang kekasih yang melakukan perawatan rambut dan tubuh.
Sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. sang Mama nampak mengirimkan foto bersama Ayra sedang berada didalam Bioskop.
Zayden terpaku sejenak menatap wajah manis Ayra yang tersenyum nampak natural sekali tanpa polesan make up yang berlebihan.
"Astaghfirullah Zayden... jangan khilaf" gumam Zayden
"Have Fun ki' Puang Dewi Anjani sayang" tulis Zayden
"Ihh... tidak serunya ini Zayden deh,cuma balas begitu saja,coba menyusul kesini" ucap Ibu Dewi Anjani
Ayra hanya tersenyum mendengar Puang Dewi Anjani nya itu mengomel,dan sepanjang durasi nonton,Ayra hanya mendengar suara bisikan Puang Dewi Anjani bercerita tentang Zayden dan kekasihnya itu.
"Sudah Puang suruh menikah,tapi gak juga digubris,menunggu apalagi sih,kan sudah lulus dokter juga,kasian Zayden sudah tiga puluh satu tahun mi' umurnya Daeng ta' itu Nak" ucap Ibu Dewi Anjani
"Begitu memang Puang,biar wanita yang notabene akan jadi istri dan ibu tetap harus punya pendidikan tinggi itu juga penting kan,coba lihat ki' Puang,sukses di karir dan di keluarga" ucap Ayra berusaha tidak membuat Puang Dewi Anjani tersinggung
Karena faktanya,Ayra sendiri pun akan berpikir berulang kali jika disuruh buru-buru menikah hanya karena faktor usia.
Film berdurasi hampir dua jam itu pun selesai. Ibu Dewi Anjani dan Ayra pun melangkah keluar.
Tiba-tiba ponsel Ibu Dewi Anjani pun berbunyi, nama Ketua Dewan Direksi nampak menari dilayar ponselnya itu.
"Halo Assalamualaikum Pak Ketua,iye'?" jawab Ibu Dewi Anjani
Ayra yang lagi kebelet pun merasa tidak enak untuk menyela Ibu Dewi Anjani yang nampak sangat serius berbicara ditelpon itu untuk sekedar ijin ke kamar mandi dan akhirnya pergi tanpa ijin.
Semakin lama Ibu Dewi Anjani menelpon,semakin jauh pula melangkah hingga tak sadar sudah meninggalkan area bioskop tanpa Ayra disampingnya.
Ayra yang baru keluar dari kamar mandi pun bingung,akhirnya berjalan kearah yang berbeda.
Setelah menutup telponnya,akhirnya Ibu Dewi Anjani menyadari kalau Ayra tidak ikut berjalan dibelakangnya.
"Ayra... dimana kamu?" ucap Ibu Dewi Anjani berusaha menelpon Ayra,namun tidak ada jawaban
Pun sebaliknya Ayra pun berusaha menelpon Ibu Dewi Anjani namun tidak ada jawaban,karena jaringan ponsel Ibu Dewi Anjani sedang sibuk.
Setelah lima belas menit mencari,akhirnya Ibu Dewi Anjani menyerah dan menelpon putranya.
"Halo Assalamualaikum,ya kenapa ki' Puang Dewi Anjani,bagaimana filmnya,seru ji'?" tanya Zayden
"Waalaikumussalam anakku,tolong Mama dulu Nak,hilang ki' Ayra deh... aduh... Zayden kemana adikmu itu kodong?" rengek Ibu Dewi Anjani lagi
"Haaaa... hilang? Ma jangan becanda,Ayra itu bukan anak kecil lho,ya ditelpon lah suruh balik ketempat semula,ada-ada aja deh" ucap Zayden
"Kalau bisa Mama telpon ponselnya,sudah dari tadi Mama ketemu,tidak mesti telpon kita Nak, dehhh... ini tidak bisa dihubungi ponselnya" rengek Ibu Dewi Anjani lagi
"Sudah kita pastikan lagi kah? siapa tahu ada ji' disitu dekat ta'" ucap Zayden lagi
"Dehhh... pusingnya Mama,baru lagi Ayra di Makassar Nak,takut nya Mama ini Zayden" ucap Ibu Dewi Anjani
Mendengar sang Mama seperti akan menangis membuat Zayden tak tega lagi.
"Tunggu mi',saya kesitu cari ki'" ucap Zayden
Zayden pun kembali masuk ke salon.
"Sayang,saya ijin dulu sebentar nah,Mama menelpon minta tolong,di Mall ini juga Mama, saya datangi dulu sebentar ji',kita tunggu dulu nah maaf sayang nah" ucap Zayden seraya menggenggam tangan Emiliana
Dengan wajah sedikit cemberut,Emiliana pun mengaguk pelan.
Zayden pun berlari keluar dari salon menuju tempat sang Mama.
Ayra nampak kelelahan setelah berkeliling Mall, Mall Panakukang yang terbilang sangat luas itu memang dipadati orang-orang apalagi saat weekend begini,sangat susah menemukan orang jika tak tahu pasti lokasinya.
Ayra pun terduduk lesu didepan toko perhiasan, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundaknya.
