Rahasia Gadis Cupu
Namaku Claire Dwi Mahendra, dimana aku merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Usiaku di tahun ini menginjak 24 tahun, dengan menyandang beberapa gelar sarjana. Di antaranya S.Hum dan seorang dokter bedah, tapi semua gelar aku sembunyikan dan lebih memilih melamar pekerjaan di bagian mengurus arsip sebuah perusahaan cukup besar. Oh ya, panggil saja aku Dwi.
Sudah 10 tahun aku tidak pulang, pada akhirnya hari ini aku memilih untuk kembali menginjakkan kaki ke negara asal bundaku. Bersama dengan adikku, yang memiliki selisih usia 3 tahun.
Cassandra Pandhadha Mahendra, yang akrab di panggil Aca. Ia sendiri merupakan lulusan terbaik di bidang IT, di negara kelahiran ayah. Bahkan aku juga belajar mengenai dunia teknologi padanya, Aca merupakan ratu hacker. Dan itu hanya kakak dan aku yang tau, tak ada yang lain. Adikku merupakan anak yang ceria, meski ia home schooling sampai kuliah. Ia cukup banyak teman, karena saat melakukan zoom. Ia akan bertemu dengan teman-teman lainnya, yang juga sama-sama belajar di rumah. Tidak seperti aku dan kakakku yang introvert, kami lebih senang menyendiri.
Sedangkan kakak pertamaku bernama Chairil Putra Pratama Mahendra, yang berusia 31 tahun dan masih melajang sampai saat ini. Ia memilih untuk tetap tinggal di Brasil, karena harus menjalankan perusahaan mendiang kedua orang tua kami. Barangkali kalian ada yang mau mendaftar menjadi calon istri? Bilang saja pada othor, ok.
Ya... kami adalah anak yatim piatu, sejak 6 tahun yang lalu. Kedua orang tua kami meninggal di hari yang sama, namun berbeda beberapa jam. Cinta sejati bukan? Aku berharap, aku pun bisa mendapatkan pasangan hidup seperti kedua orang tuaku. Sehidup sesurga, aamiin.
Yang perlu kalian tau, aku memiliki warna mata yang berbeda satu sama lain, atau disebut dengan HETEROCHROMIA. Dan yang mengetahui hal ini, hanyalah anggota keluargaku saja. Karena bila keluar rumah, aku menyembunyikan warna mataku dengan menggunakan lensa mata berwarna coklat. Mata yang satu berwarna biru dan yang satunya, berwarna hijau.
Beruntung perbedaan mata ini, tidak mengganggu kesehatanku sama sekali. Hanya saja... aku bisa melihat MEREKA, bagaimana menurut kalian? Apa kalian mau sepertiku? Jujur saja, ini sangat mengganggu aktivitasku. Walau terkadang aku tak peduli dengan keberadaan mereka, karena selama aku berpura-pura tak melihat mereka. Maka aku pun bisa hidup normal, seperti orang lain pada umumnya.
.
.
Sudah dua bulan aku dan Aca, berada di negara kelahiran bunda. Sebenarnya tanpa harus bekerja, aku sudah mendapatkan penghasilan sendiri. Karena selain kakakku yang mengirim uang setiap bulannya, aku pun memiliki pendapatan dari bermain saham daaaannn lainnya. Begitu juga dengan adikku, ia sudah kaya hanya dari pekerjaannya sebagai hacker.
Tetapi, karena aku bosan. Akhirnya aku memilih untuk melamar ke perusahaan yang cukup besar, di bagian penyimpanan arsip. Tempat yang menyenangkan menurutku, karena aku bisa bekerja tanpa ada orang lain di sampingku. Sangat jarang, orang yang berminat bekerja di bagian ini.
Dan hari ini, merupakan hari pertama aku masuk kerja.
"Kak, kamu yakin akan bekerja dengan penampilan seperti ini?" tanya Aca heran, ia duduk di ujung ranjang sang kakak. Seraya memperhatikan Dwi, di pantulan cermin.
"Memang kenapa?" tanya Dwi balik, membuat Aca menghembuskan nafas pelan
Pasalnya penampilan kakaknya saat ini, seperti gadis culun. Rambut yang di ikat separo, dan menggunakan kacamata tebal. Tentunya kacamata biasa, tanpa menggunakan lensa. Hei.. mataku baik-baik saja.
"Kenapa kakak, harus menyembunyikan kecantikan dan identitas kakak? Bahkan kakak malah mengajukan lamaran di bagian arsip, dengan ijazah admin. Aneh" komentar sang adik
"Dan... kenapa kita tinggal di rumah sederhana seperti ini, bahkan tanpa ada ART satu pun." lanjutnya mengeluh
Bukan Aca manja, bahkan sejak usia 9 tahun. Ia sudah di ajarkan mandiri oleh sang ibu, bukan hanya Aca. Tapi kedua kakaknya juga, di tuntut untuk bisa mengerjakan segala hal sendiri. Bundanya pernah berkata..
'Kita sebagai anak perempuan, mau sesukses apapun. Tetap harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah, karena setelah menikah nanti. Suami kita harus bisa kita senangkan, dengan masakan kita sendiri. Harus kenyang di perut dan juga bawah perut, bukan berarti setelah menikah kita menjadi pembantu. Namun mengerjakan pekerjaan, merupakan salah satu jalan mendapatkan pahala.' Aca yang tadinya tak paham, maksud sang bunda. Sekarang ia paham, dengan maksud dari kata 'bawah perut' .
'Bunda berharap, kalian akan mendapatkan jodoh yang tepat. Pria seperti ayah kalian, dimana kalian akan di RATU kan oleg pasangannya. Kak Putra juga kan bisa segalanya, karena bunda juga tidak mau bila kakak kalian kelak menikah. Kakak kalian malah menjadikan pasangannya seorang pembantu, bukan pasangan. Ya.. meski bunda yakin, kakak kalian sanggup untuk menyewa asisten. tapi alangkah baiknya, bila pekerjaan rumah di kerjakan bersama pasangan.'
Begitulah sepenggal cerita dari bunda, saat beliau masih ada bersama kami. Kita kembali ke cerita...
Dwi yang melihat wajah cemberut sang adik, dari pantulan cermin pun tersenyum. Dwi menyudahi merias dirinya, yang hanya menggunakan pelembab di wajah dan lip balm di bibir merahnya.
"Bukankah lebih nyaman hidup sederhana seperti ini? Rumah ini juga tidak terlalu kecil, ada 3 kamar dengan masing-masing kamar mandi di dalamnya. Cukup untuk kita bertiga, bila seandainya nanti kak Putra berlibur ke sini. Ruang tamu dan ruang keluarga yang menjadi satu, agar kita tidak terlalu lelah merapikannya, dapur sudah lengkap. Ada taman cukup luas di depan, yang sudah kita isi dengan beberapa sayuran dan juga buah bukan? Kakak rasa, ini lebih dari cukup." ucap Dwi, seraya mendekati Aca dan duduk di sebelahnya.
Ya... rumah sederhana 1 lantai, namun cukup besar.
"Alasan kakak memilih hidup, menyembunyikan identitas dan juga tinggal di tempat sederhana ini. Adalah agar kita bisa melihat, mana orang yang benar-benar tulus dan tidaknya menerima kita. Karena tidak semua orang akan senang, dengan apa yang kita miliki." lanjut Dwi, ia menggenggam tangan Aca
Aca terdiam, benar apa yang dikatakan kakaknya.
"Lalu aku harus ngapain di rumah? Masa jadi pengacara? Membosankan kak" tanya Aca
"Wajahmu masih imut, tak terlihat bila usiamu 21 tahun. Bagaimana kalo kamu mengisi hari-harimu, dengan kembali menjadi siswi SMA? Bukankah kamu menginginkan hal itu, karena saat SMA kemarin kamu home schooling. Siapa tau nanti kamu mendapatkan teman di sana." Aca berbinar mendengar ide sang kakak, namun tak lama ia kembali murung
"Nanti temanku di bawah aku semua dong kak" ucapnya cemberut
"Memang kelakuanmu bagaimana? Apa kamu pantas di sebut dengan gadis berusia 21 tahun? Sifatmu masih kekanak-kanakan, asal jangan sampai berpacaran dengan salah satu murid di sekolah." ucap Dwi
"Kalo nanti ngegaet guru ga papa?" tanya Aca tersenyum lebar
"Selama ia seiman, baik, amanah, jujur, memegang komitmen. Kenapa ga? Kalo kamu mau, nanti kakak akan daftarkan. Kamu tentunya bisa menyembunyikan identitasmu kan? Pokonya rubah saja, usiamu menjadi anak SMA." Aca mengangguk antusias
...****************...
Semoga karya baru ini, menghibur hari-hari kalian yaaaa....
Jangan lupa di jadiin Favorit, Like, komen, gift and vote💓💓
...Happy Reading all🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Ceisya Mahiyah
cuma Dwi yg kerja biar gak bosen 🤭
2024-11-09
1
Shee
pertama baca karya kaka, kesan pertama baca penataan tulisan rapi, dan mudah di pahami
semangat kak
2024-11-17
1
Tasya Sabela
jadi dwi ini anak indehoy ya? ehh indigo mon maaf thor becanda
2024-11-16
1