Safa, gadis dari kalangan atas terpaksa menawarkan diri untuk menjadi istri dari Lingga, seorang CEO terkemuka demi menyelamatkan Perusahaan orang tua angkatnya.
"Ayo kita menikah. Aku akan melahirkan anak untukmu, asal kamu mau menolong Papaku"
"Kau yakin mau menikah dengan ku?"
"Aku yakin!"
Safa menjawabnya dengan tegas. Tanpa memikirkan suatu saat nanti hatinya bisa goyah dan mencintai Lingga.
Tapi sayangnya hati Lingga telah mati, dia hanya mencintai Asyifa tunangannya yang telah meninggal dunia. Lingga menikah hanya karena paksaan orang tua serta untuk melahirkan penerus keluarganya.
"Dia sangat mencintai anaknya, tapi tidak dengan wanita yang melahirkan anaknya" ~ Safa ~
Bagaimana nasib Safa saat Lingga pulang membawa wanita yang wajahnya begitu mirip dengan Asyifa? Apa yang akan Safa lakukan disaat dia sendiri sedang berjuang antara hidup dan mati?
Akankan Safa bertahan atau merelakan suaminya bahagia dengan wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin aneh
Setelah semuanya pulang, Safa kembali ke kamar bersama Kendra. Karena Kendra sudah tertidur pulas, jadi Safa meninggalkannya sendirian di atas ranjang kemudian dia pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih.
Sekarang juga sudah jam sepuluh, Lingga juga pasti tidak akan ke kamarnya lagi karena sudah malam.
Saat mengeringkan wajahnya yang basah,.Safa melihat pantulan dirinya di cermin. Sudah cukup lama dia tidak merawat dirinya lagi seperti dulu. Terakhir kali dia pergi ke salon itu saat dia hamil empat bulan bersama dengan Dila.
Meski dia tetap memakai skin care, tapi rasanya ingin sesekali pergi ke salon untuk merawat tubuhnya.
Entah mengapa, melihat sikap Lingga akhir-akhir ini yang mulai berubah, Safa ingin merawat tubuhnya lagi. Ada rasa dari dalam hatinya untuk menarik perhatian Lingga. Apalagi dia sudah melahirkan, pasti bentuk tubuhnya berubah. Di ingin kembali seperti gadis lagi meski tak sesempurna seorang gadis.
Safa menutupi tubuhnya dengan bathrobe yang panjangnya hanya sejengkal di atas lutut. Dadanya juga terbuka lebih rendah. Dia memakai itu karena lupa membawa baju tidurnya ke dalam kamar mandi, lagipula di dalam kamarnya juga tidak ada siapa-siapa, jadi tidak akan ada yang melihatnya.
Safa keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke lemarinya sambil bersenandung kecil. Dia memilih memakai dress satin berwarna hitam sebagai baju tidurnya malam ini. Dress dengan belahan dada rendah dan tali kecil di bahu itu tampak pas di tubuh Safa.
Dia langsung menuju ke meja rias untuk memakai skincare sebelum menyusul Kendra tidur. Safa mengambil spatula kecil untuk mengambil pelembab kemudian mengoleskannya pada wajah Safa yang cantik.
"Mass!!" Pekik Safa.
Betapa terkejutnya Safa ketika dia melihat bayangan orang lain di dalam cermin. Dia langsung berbalik dan menatap suaminya yang saat ini sudah berada di atas ranjang bersama Kendra.
Wajah Safa langsung memerah seperti kepiting rebus. Safa benar-benar malu setengah mati. Tadi dia keluar dari kamar mandi sambil bernyanyi tidak jelas, dan yang membuat Safa semakin malu, dia tadi mengganti baju di kamar tanpa menyadari keberadaan Lingga sama sekali. Lingga pasti kembali melihat tubuhnya yang polos tanpa tertutup sehelai benang pun.
"S-sejak kapan kamu di sini Mas?"
"Sejak tadi" Jawab Lingga yang duduk bersandar di atas ranjang.
Safa kembali berbalik, dia memejamkan matanya dengan erat sembari mengutuk dirinya sendiri. Kenapa dia tidak melihat keberadaan Lingga sama sekali. Sebenarnya dia yang bodoh atau Lingga yang seperti jin.
"Tidak usah malu, aku sudah melihat semuanya"
Ucapan Lingga justru membuat Safa semakin malu. Itu tandanya Lingga melihat tubuhnya yang rusak. Pinggang dan Safa yang kini memiliki stretchmark, belum lagi paha bagian atas yang tampak kendor dan tak lagi kencang.
Mereka juga sudah lama tidak berhubungan badan semenjak Safa hamil, jadi Safa kembali merasa malu kalau Lingga melihat tubuhnya.
"Mas ada apa ke sini? Nas butuh suatu?" Tanya Safa yang masih berdiri di depan cermin.
"Tidak, aku menang sengaja ke sini. Aku mau tidur di sini!" Ucap Lingga dengan santai.
"A-apa Mas, tidur di sini?" Keanehan macam apa lagi yang Lingga perlihatkan. Untuk Apa juga Lingga tidur di sana, padahal sudah biasa mereka tidur terpisah.
"Hmm" Angguk Lingga.
"Aku cuma takut kalau Kendra tidak ada yang menemani saat kamu ke kamar mandi sepeti tadi"
Safa melongo dengan alasan yang diberikan Lingga. Padahal setiap harinya Safa juga sendiri. Kendra juga tidak akan menangis hanya karena Safa ke kamar mandi untuk beberapa saat. Tapi apapun itu, dia juga tidak berani membantah Lingga.
"Tidurlah, sudah malam" Ucap Lingga kemudian oria itu berbaring lebih dulu di samping Kendra.
Safa sendiri masih berdiri. Dia tidak tau harus senang atau sedih. Dia senang karena perlahan Lingga mulai berubah. Tapi dia sedih kalau sikap Lingga yang aneh itu ada maunya.
"Kamu belum mengantuk?"
Safa terkejut karena Lingga kembali membuka matang. Dia masih berdiri dan sibuk dengan pikirannya sendiri.
"I-ini mau tidur Mas" Safa segera mendekat ke arah ranjang.
Kini dia bingung, apa dia akan tidur seranjang dengan Lingga atau dia harus menyingkirkan ke sofa.
"Tidurlah di sini, biar kalau Kendra nangis nggak usah pindah lagi" Lingga menatap Safa yang masih berdiri.
"Iya Mas"
Safa naik ke atas ranjang dengan perasaan tak karuan. Sekarang dia kembali seranjang dengan Lingga dan hanya dibatasi dengan tubuh kecil Kendra.
Safa tak kunjung merebahkan diri. Dia malah duduk diam dan melirik Lingga beberapa kali.
"Kenapa?" Tanya Lingga. Mungkin karena melihat Safa yang terlihat ingin menyampaikan sesuatu.
"Emm, Mas. Boleh nggak kalau aku pergi ke salon sebentar. Nanti aku ajak Suster juga biar bisa bawa Kendra Mas"
Safa ketar-ketir menunggu jawaban dari Lingga. Dia meremas kedua tangannya karena gugup. Dia tidak yakin kalau Lingga akan mengijinkan dia pergi ke salon. Tapi setidaknya dia sudah mencoba, entah diijinkan atau tidak Safa siap menerimanya.
"Kapan perginya?"
Meski belum mendapatkan jawaban dari Lingga, tapi dengan pertanyaan dari Lingga itu, sepertinya Lingga akan mengijinkannya.
"Besok Mas"
"Tidak usah sama Suster, sama aku saja. Tapi agak siang karena paginya aku ke kantor dulu!"
Safa terbengong, dia tidak menyangka jika jawaban Lingga akan seperti itu. Dia benar-benar di buat terheran-heran dengan sikap Lingga. Safa sampai memberi karena masih tak percaya sampai saat ini.
"Tapi Mas, kalau kamu sibuk biar sama Suster aja nggak papa kok. Atau biar aku sendiri saja, Kendra biar di rumah" Safa meminta ijin bukan untuk meminta Lingga menemaninya. Tapi hanya agar mendapatkan ijin dari suaminya itu.
"Sama aku atau tidak usah pergi sama sekali!" Ucap Lingga tak ingin dibantah.
"Iya Mas" Safa hanya bisa menurut.
Tapi dalam benaknya apakah benar Lingga akan menemaninya ke salon. Pria sekaku itu akan berada di salon dan menemaninya selama berjam-jam. Lalu apa yang akan dilakukan Lingga disana sana nantinya. Benar-benar semakin aneh saja.
Lingga kembali memejamkan mata. Kembali bersikap biasa saja walau ada Safa di sana, tak seperti Safa yang selalu saja di buat resah karena keberadaan Lingga di sana.
Saat Safa baru saja terlelap, Kendra justru terbangun, bayi kecil itu menangis meminta minum. Dengan mata yang sudah mulai berat karena baru saja masuk ke alam bawah sadar, Safa mengeluarkan begitu saja salah satu sumber kehidupan milik Kendra tanpa sadar kalau di depannya bukan hanya ada Kendra melainkan ada pria yang membuat Kendra bersamanya.
"Anak Papa haus ya?"
Duar...
Mata Safa langsung terbuka dengan sempurna.
*
*
*
Nanti sore lagi yaaa😘😘😘😘
kasihan baca pe nangis baca kaya gini lagi nagis lagi akuh
mending sekarang kamu jg jujur tentang sakitmu safa'agar bayi yg kamu kandung bisa selamat dan kamu jg bsa sembuh.
nyesek ini/Sob//Sob//Sob/
kalo nunggu Lingga jujur kayaknya sampe lebaran kucing gak akan ngomong 😌😌😌😌😌
di operasi dan selamat dan kabar baiknya semua ingatan tentang lingga lenyap
itu sudah menjadi harapan yg sangat, kak author
mengingat begitu tertatih2nya seorang istri mengemis cinta dr suami
otak kamu tinggal di masa lalu
makanya begitu 😤😤😤😤
itu feedback dari sikapmu
yg bisu ngga!