Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....
Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.
Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....
Happy reading....😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Ternyata Orang Itu Bram
"Mi?' panggil seseorang, membuat kedua perempuan dengan perbedaan usia cukup jauh menoleh ke sumber suara.
Mata Bram terbelalak lebar saat melihat Jo juga ada di sana. Begitupun dengan Joanna, dia tidak menyangka seseorang yang kata Rossa akan datang adalah Bram. Sejenak mereka sama-sama terdiam dalam keterkejutan.
"Pih, sini?" Rosa melambaikan tangannya ke arah sang suami.
Bram mendekat, lalu ikut duduk di samping sang istri.
"Jo, kamu belum kenal suami Tante kan? Belum kenal papanya Kevin?" cerocos Rossa, "Ini papanya Kevin. Suami Tante. Namanya Om Bram." katanya.
Bram tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya canggung.
Jo tersenyum kecut. Saking terkejutnya, dia sampai beberapa kali menenggak air minum saking gugupnya.
"Pih-- Ini loh Joanna," Rossa memperkenalkan Jo pada suaminya.
"Dia---mantan pacar Kevin," lanjut Rossa sambil tersenyum.
Mendengar kata mantan pacar Kevin, Bram sampai terbatuk-batuk menelan ludahnya sendiri saking terkejutnya.
"Mantan pacar?' gumamnya.
Sementara Joanna agak khawatir melihat reaksi Bram yang terkejut.
Bagaimana dia tak ketar-ketir, Jo hanya menjelaskan pada Bram kalau dirinya dan Karin bersaudara. Jo tidak menjelaskan soal dirinya adalah mantan kekasih Kevin.
"Iya. Mantan pacar. Sebelum dengan Karin, Jo ini pacarnya Kevin. Tapi mereka sudah putus. Mami juga kaget, kok mereka bisa putus?" Kata Rossa nampak terlihat heran.
"Kenapa kamu dan Kevin bisa sampai putus, Sayang?" matanya menatap ke arah Jo dengan tatapan intimidasi.
"Emm, anu... itu?' Jo menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung bagaimana harus menjelaskan. Lalu ia melirik ke arah Bram, yang ternyata sedang menatapnya tajam.
"Kami sudah tidak ada kecocokan, Tan. Makanya kami putus?" jawab Jo terbata, sambil menundukkan pandangan. Kini fokusnya pada makanan Jepang yang tersaji di atas meja.
"Oh, sayang sekali. Bukankah kamu dan Kevin berpacaran sudah 1 tahun lebih ya?" kata Rossa sambil menyuap irisan sushi-nya.
Jo tersenyum tipis, ia pun buru-buru menyuap makanannya ke mulut.
Mati aku....
Om Bram akhirnya tau,.gue mantan pacar anaknya....
"Saat Kevin membawa perempuan lain ke pesta perusahaan, makanya tante bingung," carocos perempuan itu mengulas senyum, "Bukan kamu yang dibawa Kevin. Tapi perempuan lain. Tante cukup sedih, karena kamu dan Kevin malah putus. Padahal Tante sangat berharap kamu jadi menantu Tante?" Rossa menekan kata menantu pada kalimatnya.
Uhuk...Uhuk....Uhuk....
Mendengar itu tentu saja Bram langsung tersedak saat menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Ih, papi.... kok bisa sampai tersedak? Hati-hati, Pih?" Rossa buru-buru menyodorkan air ke suaminya. Bram langsung menenggak minuman yang disodorkan sang istri hingga tandas.
"Nggak apa-apa kan, Pi?"
"Iya, Mih. Nggak apa-apa."
Jo pun ikut menegang, tapi dia bisa menguasai perasaan tegangnya di depan Rossa dan suaminya.
"Makasih, Mi," kata Bram mengucapkan terima kasih karena Rossa membantu mengusap punggungnya. Ia tersenyum manis sekali pada istrinya.
"Ini Pih, makan udonnya. Berkuah. Kesukaan papi,"
Bram hanya mengangguk pelan. Rasa lapar yang dibawa saat keluar dari kantor, tiba-tiba menguap begitu saja.
"Sekarang, kamu sibuk apa?" tanya Rossa lagi menatap lembut.
"Cuman sibuk kerja, Tan." Kata Jo, menyuap tempura udangnya besar-besar ke mulutnya.
"Oh," sahut Rossa membulatkan bibir, "Tapi tante suka dengan semangat kerja kamu?" katanya tersenyum hangat.
"Kamu masih kerja jadi pramugari kan?"
"Iya, masih, Tan. Dua hari yang lalu baru pulang dari Malaysia,"jawab Jo, mengulum senyum.
"Wow, keren. Jadi kayaknya enak banget ya jadi pramugari? Pengen ke luar negeri, gratis,"gelak Rossa, bercanda.
"Hehe, Tante bisa aja. Tapi.... banyak resikonya, Tan,"
"Oya? Apa tuh resikonya?"
"Nyawa, Tan," jawab Jo terkekeh.
"Ah, kamu ini. Do'anya ya yang bagus-bagus dong?"
Jo pun tertawa lepas.
"Oya, kalau Tante boleh tahu, pilotnya ganteng-ganteng nggak?" tanya Rossa kepo.
"Ganteng-ganteng sih," jawab Jo sambil melirik ke arah Bram. Pria itu nampak tidak perduli.
"Wah, pasti kamu senang ya? Bisa cuci mata setiap hari?"canda Rossa.
"Lumayanlah, Tan. Makanya aku senang dengan pekerjaanku," jawab Jo.
"Sayang, buka mulutnya.,...? Aaaaa?" Bram menyuruh istrinya membuka mulut, lalu ia menyuapi istrinya dengan penuh perhatian di depan Jo.
"Ih, papi, ada Jo. Malu tau, Pih?" kata Rossa malu-malu. Tapi mulutnya terbuka juga menerima suapan dari sang suami.
"Kamu dari tadi ngobrol terus, kapan makannya?"protes sang suami.
Rossa pun tertawa riang.
"Iya, ini ku makan," kata Rossa menyuap makanannya ke mulut.
Sorot mata Jo tertuju pada sepasang suami istri yang asyik berbagi suapan di depannya. Bibirnya mengerucut, jantungnya berdebar tak karuan. Dalam diam, rasa panas menjalar dari dada hingga ke ujung kepala, tanda cemburu yang membara tak tertahankan. Tangan yang dingin terkepal erat, mencoba meredam gejolak yang mengguncang sanubari.
Jo menggenggam erat-erat sumpitnya sambil memperhatikan mereka.
Drrttt ...
Sedang sibuk mengamati sepasang suami istri di depannya yang sedang romantis saling menyuapkan makanan. Tiba-tiba, ponselnya berdering keras memecah kesunyian. Keterkejutan seketika melonjak dalam dadanya, namun dengan cepat dia menenangkan diri dan mengangkat telepon itu dengan sedikit kerutan di keningnya.
"Bentar, Tan. Aku angkat telepon dulu?" katanya sambil meraih ponsel di atas meja.
"Iya, silakan!" Rossa mempersilahkan Jo mengangkat panggilan teleponnya.
"Ya, Hallo."
"Dimana?" Jo nampak celingukan mencari keberadaan seseorang. Begitu tatapan matanya melihat seseorang, ia pun langsung melambaikan tangan ke orang tersebut.
"Oya, gue udah lihat elo. Sama siapa?"
"Oke. Gue ke sana?" kata Jo buru-buru menutup panggilannya.
"Tante, Om, maaf sebelumnya. Itu ada teman aku. Sepertinya aku harus pergi," kata Jo dengan sopan.
"Dimana?"
"Itu, Tante, di sana," ujarnya sambil menunjuk ke arah pintu luar restoran Jepang. Rosa dan Bram pun menoleh. Di depan pintu, tampak seorang pria berpakaian rapi yang berdiri gagah. Bram mengalihkan pandangan, sesuatu di dalam hatinya terasa tidak nyaman, ada rasa tidak nyaman yang mulai mengusik.
"Eh, kenapa nggak diajak makan bareng aja?"
"Maaf banget, Tan. Kami ada urusan penting. Jadi.... nggak bisa." Kata Jo memberikan alasan.
"Oh gitu...?"
"Tante, terima kasih untuk traktirannya hari ini. Lain kali, aku yang akan traktir Tante. Sekali lagi terima kasih banyak ya, Tante. Aku pergi dulu! Bye?" kata Jo berpamitan dengan sopan.
Sementara Bram tidak memutus tatapan tajamnya ke arah pria itu.
"Jangan-jangan itu pacar barunya Jo?" celetuk Rosa membuyarkan lamunan suaminya.
Bram sedikit terperanjat, namun ia menunjukkan sikap acuh, pura-pura tidak peduli. Padahal di dalam hati ia begitu penasaran dengan pria yang membersamai istri keduanya itu.
Siapa pria yang bersama Joana? Apa pacar nya?
Ah, nggak mungkin. Joanna sudah ku peringatkan waktu itu untuk tidak dekat dengan laki-laki lain.
Lalu, pria itu siapa?
-
-
Di pojok gelap basemen Nagoya mall, dalam keremangan yang hanya disinari lampu dari dalam mobil, Jo terduduk di mobil tersebut yang di parkir terpisah dari keramaian. Tangannya yang gemetar mengetuk-ngetuk stir mobil dengan irama tidak teratur, mencerminkan kekacauan yang ia rasakan. Matanya yang sayu menatap lurus ke depan, seolah mencoba memahami setiap kata yang baru saja dilontarkan oleh teman seorang detektif swasta tersebut. Napasnya terdengar berat, seakan tiap tarikan napas membawa beban pikiran yang baru saja meluap.
"Jadi, kecelakaan nyokap gue itu karena memang disengaja?" tanyanya,, suaranya tercekat oleh keingintahuan yang besar.
"Iya, Jo. Itu dari informasi yang gue dapetin. Mobil yang dikendarai nyokap lo, sengaja dirusak pada bagian remnya. Membuat rem tidak berfungsi. Kecelakaan itu dibuat seolah-olah seperti kecelakaan murni, tapi faktanya kecelakaan itu memang disengaja," kata pria bernama Rey, salah satu teman Jo yang berprofesi sebagai detektif swasta.
"Jika memang itu kecelakaan yang disengaja, seharusnya pada saat polisi menemukan mobilnya, mereka bisa tahu kalau mobil itu memang sengaja dirusak remnya. Tapi kenapa sama sekali tidak ada laporan apapun?"
"Itulah yang sedang gue selidiki. Gue harus cari tahu surat kabar yang memberitakan berita itu. Dan gue mengalami kesulitan, kejadian ini sudah berlangsung lama, Jo. Jadi elo kudu sabar?"
Jo menarik napas dalam-dalam, "Please, Rey. Cari informasi sebanyak-banyaknya. Gue harus tahu siapa yang melakukan ini. Gue harus membuat mereka membayar untuk apa yang mereka lakukan pada nyokap gue. Elo bisa kan, Rey?""
Rey mengangguk, "Gue akan berusaha, Jo. Gue tidak akan berhenti sampai gue menemukan apa yang sebenarnya terjadi."
Joanna mengangguk, rahangnya masih mengeras, "Thanks, Rey. Elo emang temen gue. Gue percaya sama elo."
Rey meletakkan tangan di bahu Jo, "Gue ada di sini untuk membantu, Jo. Kita akan menemukan kebenaran bersama."
TBC....
Komen, komen, komen....