Gwen, seorang pembunuh bayaran kelas kakap, meregang nyawa di tangan sahabatnya sendiri. Takdir membawanya bertransmigrasi ke tubuh Melody, seorang istri yang dipandang rendah dan lemah oleh keluarga suaminya. Parahnya, Melody bukan meninggal biasa, melainkan korban pembunuhan di tangan salah satu anggota keluarga.
Bersemayam dalam tubuh barunya, Gwen bersumpah akan membalas semua derita Melody dan membuat suaminya tunduk padanya. Saat ia mulai menelusuri kebenaran di kediaman utama keluarga suaminya, satu per satu rahasia mengejutkan terbongkar. Dendam juga menyeret sahabat lamanya yang telah mengkhianati dirinya.
Ketika semua pembalasan tuntas, Gwen menemukan kebenaran yang mengguncang tentang suaminya. Marah, namun pada akhirnya ia harus mengakui, cinta telah mengalahkannya. Merasa suaminya tak mencintainya, Gwen memilih ingin menyerah, akankah dia benar-benar melepaskan segalanya? Apakah ia akan berakhir bahagia?
Penasaran?! Yuk baca👆👆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlebihan?
...selamat Membaca...
.......
.......
Kedatangan Malvin menambah keramaian di kediaman itu. Tidak lama setelah kepulangannya, Viona yang merupakan istrinya juga turut hadir di sana.
Saat ini mereka sedang makan siang. Seluruh anggota keluarga juga sudah berkumpul di sana.
Namun ada satu yang menarik perhatian Melody. Malvin–pria itu terlihat selalu tersenyum ketika menatap Damian.
Tidak sekali dua kali, namun berkali-kali. bahkan ketika Viona menyiapkan makanannya, Mata Malvin tetap tertuju pada Damian.
Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benaknya. Melody, menyiapkan makanan milik Damian. Sesekali tersenyum dan mengecup pipi suaminya itu. Diikuti dengan tawa si kembar dan Mama Audrey. Melody semakin menggencarkan aksinya. Memeluk manja lengan Damian.
Sembari melakukan hal itu, Melody melirik Malvin. Dia aneh. Tadi tersenyum? Dan sekarang? Kenapa malah terlihat kesal dan benci? Kenapa dia seolah tidak suka melihat kemesraan kami?
Tatapan Melody, beralih pada Viona. Wanita itu malah sibuk dengan makanannya sendiri, seolah tak menyadari reaksi suaminya. atau mungkin dia memang tak sadar?
Melody termenung. Semua orang di sini memang aneh. Apa dugaanku benar jika Malvin itu–
"Melody?"
Melody tersentak. "Hah?"
"Ada apa? Mengapa melamun begitu? ada yang mengganggu pikiranmu?"
"Tidak kakek, aku baik-baik saja." Melody tersenyum.
Acara makan siang berlanjut dengan damai. Meski sesekali Melody tetap mempertanyakan sikap Malvin yang menurutnya begitu aneh.
.......
.......
Matthew menatap Erick yang terlihat fokus dengan laptopnya. Ia berjalan menghampiri temannya itu sambil membawa sebuah map di tangannya.
"Kau terlihat sibuk."
Erick menoleh. "Damian memberikan tugas."
"Apa?" tanya Matthew.
Erick menunjukkan layar laptopnya. "Penculikan Melody kemarin. Melody bilang dia sempat menembak mereka dan salah satu nya terkena tembakan itu."
"Heh," Matthew menyeringai. "Bos mu memang gengsi. Kata nya tidak peduli, tapi lihat? Diam-diam dia menyelidiki siapa yang berani menyentuh istrinya. Padahal jika dingat, dulu Damian tidak akan mau repot melakukan hal ini." Matthew menyandarkan tubuhnya ke sofa. Meletakkan map itu di atas meja.
Erick tertawa pelan. "Sikap Melody yang sekarang perlahan berhasil meruntuhkan dinding pertahanannya."
"Ya, ku rasa juga begitu."
"Apa isi map itu?"
Matthew menoleh, "Hasil tes DNA pada rambut yang ku temukan di tempat Melody jatuh hari itu."
"Siapa?"
.......
.......
"Ada apa? Kenapa wajah mu terlihat stress seperti itu?" Damian menggelengkan kepalanya melihat istrinya itu. Sejak tadi Melody hanya mondar-mandir di depannya tanpa mengatakan apa pun.
Melody berhenti. Menatap Damian lama. "Damian, kau ...tidak merasa aneh pada sepupu mu itu?"
"Siapa?"
Melody memutuskan duduk di sebelah Damian. "Malvin."
Melihat wajah Melody yang sangat serius, Damian mengubah posisinya menjadi sedikit miring agar menghadap ke arah Melody. "Malvin? Ada apa dengannya?"
"Emmh ...aku perhatikan, sejak dia datang ke kediaman ini, dia selalu melirik mu. Dia juga sangat perhatian pada mu."
Damian terkekeh, "Apa yang aneh? dia kakak ku Melody. Wajar jika dia perhatian padaku."
Melody berdecak. "Bukan begitu maksudku. Tapi–"
"Kau cemburu?"
"Apa?!" Melody menganga. "Kau bilang cemburu? Padamu? Tidak sama sekali." Melody memalingkan wajahnya. "Mana mungkin aku cemburu pada lelaki seperti kakakmu."
"Lalu?"
"Damian, menurutku dia sedikit aneh. Dia ...bahkan terlihat kesal saat aku memeluk mu. Atau ketika aku mengecup pipi mu seperti tadi."
"Maksudku, mengapa dia harus terlihat kesal? Bukankah itu sedikit berlebihan?"
Damian menghela nafas, "Kau benar. Tapi selagi dia tidak mengganggu kita, itu tidak masalah." Damian membawa Melody ke pelukannya.
"Kenapa kau memeluk ku?" tanya Melody bingung.
"Biarkan seperti ini sebentar."
"Tapi ini terlalu erat Damian." Melody mendongak sedikit memerhatikan wajah Damian. "Ada apa denganmu? Kau baik-baik saja?"
"Heem."
Tidak mau merusak suasana, Melody memilih diam. Membiarkan tubuhnya di peluk erat pleh sang suami.
Melody tak munafik. Jujur saja pelukan Damian terasa begitu hangat. Sebelumnya ia bahkan tak pernah merasakan kehangatan ini. Kehangatan yang sama seperti dulu.
Damian melepas pelukan mereka. Menatap wajah Melody.
"Ada apa? Kenapa melihatku begitu? Apa aku terlihat sangat cantik?" tanya Melody manja. wajahnya ia dekatkan dengan Damian. Sengaja ingin menggoda suaminya itu.
"Dasar ratu penggoda!" Damian menyentil pelan kening Melody. Rasanya ia jengah dengan kelakuan Melody yang seperti ini. "Terlalu percaya diri!"
Melody cemberut. Mengelus pelan keningnya. "Jahat sekali, ini namanya KDRT! Aku bisa melaporkanmu ke pihak yang berwajib."
"Terserah." Damian bangkit dari kasur. Memakai jas miliknya. "Aku ada urusan sebentar."
Melody ikut berdiri. "Mau kemana? Kau tega meninggalkanku di kediaman yang penuh dengan monster ini?!
Damian menghela nafas, " Aku sudah menyuruh seseorang untuk menjaga kalian. Dan lagi, ini juga demi kepentinganmu. Ada sesuatu yang harus aku lakukan agar cepat selesai."
Melody mendapat usapan hangat di kepalanya. Setelah itu Damian benar-benar pergi dari sana.
"Dasar pria aneh, terkadang baik tapi juga menyebalkan!" Melody kembali duduk di kasur. Ingatannya kembali berputar pada Malvin.
"Dia hanya tersenyum pada Damian. Bahkan dia sangat-sangat perhatian pada Damian. Dan perhatiannya ....terlihat seperti .... seorang pasangan ke pasangan lain."
"Dan anehnya, Viona terlihat biasa saja dengan hal itu. Ck sial! Mereka benar-benar mengganggu pikiranku. Sialan!"
Melody berbaring. Menatap langit-langit. "Aku harus cari tahu."
.......
.......