Seorang laki-laki yang berhasil mendapatkan pujaan hatinya dengan kelicikan yang dia lakukan
Di baca aja ya, silahkaaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tommy?
Airin tiba dirumah. Dengan cepat kakinya melangkah menghampiri sang Paman dan Bibi yang sedang asik menyeruput teh hangat di meja makan. Raut wajah Airin yang terlihat emosi, menimbulkan tanda tanya dari Susan, sang Bibi.
Sedangkan Paman nya, Pandu. Ia tampak panik, matanya melirik Susan dengan cemas, sepertinya yang ia takutkan akan terjadi, keponakan perempuannya itu sudah mengetahui alasan dibalik perjodohan Airin dengan pria Benny itu.
"Kamu kenapa?" Susan bertanya dengan tenang, ia sempatkan untuk menyeruput teh nya sekali lagi,
"Udah ketemu Pak Benny?."
"Udah cukup, Tante. Airin tau kenapa Om sama Tante ngotot minta Airin nikah sama Pak Benny."
"Karena kalian punya hutang kan? Iya, kan?."
Pertanyaan Airin membuat Paman dan Bibinya saling bertatapan. Mereka tidak bisa membantah, mereka pun menjelaskan semuanya pada Airin. Pandu menuntun Airin untuk duduk bersama mereka. Ia usap bahu Airin untuk membuatnya tenang,
Pandu membuka suara, ia menceritakan awal mula mereka berhutang pada Benny. Alasan kesulitan ekonomi, membuat mereka terpaksa melakukan itu. Sudah lama sekali, ya, mereka berurusan dengan Benny sejak lama, saat Airin masih kecil.
Mereka berdua melakukan itu, karena harta warisan peninggalan kedua orang tua Airin sudah habis tak tersisa. Hanya satu-satunya rumah yang mereka meliki. Demi menyambung hidup, demi menyekolahkan Airin, mereka membuat perjanjian tertulis dengan Benny.
Perjanjian apa itu? Tentu saja, Benny meminta Airin sebagai jaminannya. Jika mereka tidak bisa melunasi hutang dalam waktu yang sudah di tentukan, mereka harus menikahkan Airin dengan Benny. Perjanjian itu membuat Susan dan Pandu senang, mereka tidak perlu membayar hutang dan mereka akan mendapatkan keuntungan jika Airin menikahi duda kaya raya itu.
Urusan mereka adalah, mereka harus membuat Airin bersedia menikah dengan Benny. Tetapi, sepertinya niat mereka gagal, tidak disangka Airin sudah mengetahuinya.
Mendengar penjelasan sang Paman, rasanya tidak masuk akal untuk Airin. Mengapa mereka harus berhutang cukup banyak hanya untuk bertahan hidup? Sedangkan Airin tahu, sang Paman bekerja dan ia pun bekerja setelah menyelesaikan tugasnya sebagai pelajar.
Alasan yang tidak masuk akal, terlebih perjanjian yang sangat-sangat merugikan dirinya. Airin semakin marah, ia tidak terima dengan keputusan seenak jidat yang dilakukan Paman dan Bibinya.
Detik itu juga, Airin menolak keras hal sekonyol itu. Pandu menghela nafas panjang, dugaan pun benar. Berbeda dengan reaksi Pandu, sepertinya Susan tidak kalah marah dengan Airin. Ia melempar gelasnya sebelum berteriak memarahi Airin sekuat tenaga. Suara Susan begitu menggelegar, Pandu tampak bingung untuk menghentikan istrinya itu.
"Dasar anak tidak tahu terima kasih! Sudah bagus kami mau merawat kamu dari kecil sampai sekarang..."
"Minimal kamu tau arti balas budi."
•••
Pertengkaran Airin dengan Paman dan Bibinya semalam, membuat Airin sangat tidak bersemangat pergi kuliah. Ia merasa tertekan, seperti ada beban yang sangat berat di pundaknya.
Airin melirik Vina yang sedang duduk di sebelahnya, sepertinya, ia akan merasa lega jika menceritakan seluruh masalahnya pada Vina. Ya, tidak ada salahnya, sebelumnya ia pernah menceritakan awal mula Benny terus mendekatinya, kali ini Airin akan bercerita keseluruhannya.
"Apa, Rin? Jadi karena alasan itu?" Pertanyaan Vina dibalas anggukan Airin, ia menghela nafas berat, punggungnya terkulai lemas di sandaran kursi. Entah lah, Airin sudah bingung harus berbuat apa.
Airin mendengarkan ocehan Vina, tentu sahabatnya itu tidak terima. Bahkan, Vina mengatakan ia berani menemui Benny untuk menentang perjodohan konyol yang dihadapi Airin. Namun Airin melarang, ia tidak mau memperburuk suasana jika Vina ikut campur.
Keheningan tercipta diantara mereka, Vina mendadak sibuk dengan pikirannya, ia berusaha memikirkan jalan keluar agar sahabatnya itu terbebas dari masalahnya. Namun berbeda dengan Airin, ia terkesiap, matanya menatap seorang laki-laki yang baru turun dari mobilnya. Laki-laki itu adalah Tommy, mantan kekasihnya.
Melihat reaksi Airin, Vina menyikut lengannya, ia mengejek tatapan Airin saat melihat Tommy. Bahkan ia menyarankan Airin untuk kembali pada Tommy. Airin berdecih, meski ia masih menyayangi Tommy, ia tidak akan pernah mau kembali bersamanya.
Airin langsung alihkan pandangannya pada ponselnya. Cukup lama, sampai mereka tidak menyadari sosok Tommy sudah duduk pada kursi dihadapan mereka. Lebih tepatnya, di depan Airin yang seketika terkejut dengan kedatangan laki-laki itu.
"Tommy? Kamu ngapain?" Airin bertanya sambil bangun dari duduknya.
Sungguh, ia sudah malas berurusan lagi dengan laki-laki itu. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba datang menghampiri mereka,
"Rin? Duduk dulu" Vina menahan tangannya, namun Airin tetap melenggang meninggalkan kantin.
Tommy berlari, ia terus mengikuti Airin karena panggilannya tidak diindahkan oleh gadis itu. Tiba di keramaian, langkah Airin mulai mengendur, kesempatan untuk Tommy karena ia berhasil menarik Airin ke belakang gedung. Disana, ia meminta Airin untuk menahan emosinya, sebab niatnya bertemu bukan untuk membuat Airin marah.
Dengan hati-hati, Tommy jelaskan maksudnya untuk bertemu Airin, Tommy memberi tahu bahwa ia akan segera menikah dengan Bella. Bella? Siapa dia? Bella adalah perempuan yang baru saja melahirkan anak Tommy.
Hal menyakitkan untuk Airin, Tommy kembali membuatnya sakit hati. Sudah ketahuan selingkuh sampai Bella mengandung anaknya, kini Tommy berani mengundangnya ke acara pernikahannya itu. Ini adalah sebuah penghinaan untuk Airin.
Gadis itu berdecak, tidak habis fikir dengan apa yang dikatakan Tommy. Airin pun menolak hadir tanpa pikir panjang. Dan tanpa sepatah kata lagi, ia pergi meninggalkan Tommy. Ia kesal, sangat kesal.
Airin berlari kecil saat Tommy memanggilnya, ia hsrus menghindar, jangan sampai Tommy mengejarnya lagi.
BRUK
"Adrian?!" Airin panik seketika. Karena emosi yang meledak, ia berjalan tanpa memperdulikan sekitar. Ia tidak sengaja menabrak Adrian di tikungan koridor, membuat dahi laki-laki itu memar karena terbentur tembok.
"Ya Tuhan, ini gimana?" Airin bergumam, ia semakin panik, "Adrian? Maaf ya. Aku nggak sengaja..."
"Sakit, ya?."
"Nggak apa-apa. It's ok."
"It's ok? Ini merah, lho?."
"Maafin aku, ya" Ucap Airin penuh penyesalan. Karena dirinya lah Adrian terluka
Airin reflek berjinjit untuk meniup-niup luka di dahi Adrian. Hanya beberapa detik, karena posisi wajah mereka yang sangat dekat, membuat Airin terkesiap dan tertunduk malu,
"Maafin, aku nggak sengaja."
"Jangan minta maaf terus, cuma luka kecil..."
"Lo mau kemana buru-buru gitu?."
"Nggak kemana-mana, tapi- ke toilet, aku mau ke toilet, hehe" Ucap Airin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Alasan yang keluar dari mulutnya secara tiba-tiba, membuat Adrian menautkan kedua alisnya,
"Aku pergi dulu ya, Adrian."
"Sekali lagi aku minta maaf" Airin melesat pergi, ia menghilang dari pandangan Adrian,
"Entah siapa yang ketabrak lagi kalo lari-larian begitu" Adrian bergumam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya
...••••••...
Yuk yuk, seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak
Terimakasih dukungannya♥️
🧑 gak
👧aku cium y
🧑 ok
sumpah ini mereka knpa siihh 😭😭 mood bgt bacanya