NovelToon NovelToon
"Rediscovering Love: A Tale Of Relationships"

"Rediscovering Love: A Tale Of Relationships"

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Selingkuh / Pelakor / Kehidupan di Kantor / Penyesalan Suami
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: mibrenebon

"Siapa sangka di balik tirai kehidupan rumah tangga yang tampak sempurna, ada kisah yang tak terduga?

Dalam "Rediscovering Love: A Tale of Relationships" Sebastian Dwiantara dan Luna Aurora adalah pasangan yang tampaknya memiliki segalanya.

Namun, apa yang terjadi ketika hubungan mereka diuji oleh tantangan besar?

Dari pertengkaran yang memanas hingga godaan dari luar, kisah ini memperlihatkan sisi lain dari pernikahan yang penuh lika-liku.

Jadi, siapakah yang akan bertahan, dan bagaimana mereka menghidupkan kembali cinta di antara semua rintangan?

Baca kisah yang penuh emosi ini dan temukan jawabannya!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mibrenebon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertengkar

...-Selamat membaca-...

Setelah menangis semalaman hingga tertidur, Luna bangun kesiangan. Ketika membuka matanya, sinar matahari sudah masuk melalui celah tirai kamarnya. Ia merasa tubuhnya lemas, namun ada sesuatu yang lebih berat di hatinya.

Luna bangkit dengan enggan dari tempat tidurnya dan melihat jam di dinding. Sudah lewat pukul delapan pagi. Dia bergegas ke dapur, berharap bisa menemukan Sebastian di sana, tetapi dapur itu kosong. Meja makan juga tidak ada tanda-tanda sarapan.

Dia memeriksa ponselnya, berharap ada pesan dari Sebastian, tapi tidak ada apa-apa. Hanya pemberitahuan dari aplikasi dan beberapa pesan dari teman-temannya yang bertanya kabar. Dengan perasaan yang semakin gelisah, Luna berjalan ke ruang kerja Sebastian. Pintu terbuka dan ruangan itu juga kosong.

"Dia sudah pergi bekerja lagi," bisik Luna pada dirinya sendiri. Dia duduk di kursi kerja Sebastian, memandang meja yang berantakan dengan berkas-berkas pekerjaan.

Luna menarik napas panjang dan mencoba menenangkan diri. "Aku harus bicara lagi dengan Sebastian malam ini," pikirnya. "Aku tidak bisa terus begini."

Hari itu berlalu dengan lambat bagi Luna. Dia mencoba menyibukkan dirinya dengan pekerjaan rumah dan hobi, tapi pikirannya terus melayang ke Sebastian. Setiap detik terasa seperti jam, dan setiap suara di luar membuatnya berharap bahwa itu adalah suara mobil Sebastian yang pulang.

Ketika akhirnya senja datang, Luna mulai merasa gugup. Dia mempersiapkan makan malam sederhana, berharap bisa mengajak Sebastian berbicara saat mereka makan bersama. Namun, jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan Sebastian belum juga pulang. Luna duduk di ruang tamu, memegang ponselnya erat-erat, berharap akan ada pesan atau telepon dari Sebastian yang mengatakan dia sedang dalam perjalanan pulang.

Pukul sebelas malam, pintu depan akhirnya terbuka. Sebastian masuk dengan wajah lelah, membawa tas kerjanya.

"Luna, maaf aku pulang terlambat. Ada rapat mendadak di kantor," katanya sambil menaruh tas di kursi dekat pintu.

Luna berdiri dan mendekati Sebastian. "Sebastian, kita perlu bicara," ujarnya dengan suara yang lemah namun tegas.

Sebastian mengangguk tanpa menatapnya. "Bisa nanti saja? Aku sangat lelah dan ingin langsung tidur."

"Tidak, Sebastian. Ini penting. Aku tidak bisa menunda lagi," kata Luna, suaranya bergetar.

Sebastian menghela napas dan akhirnya duduk di sofa. "Baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan?"

Luna duduk di sebelahnya, memandang wajah lelah suaminya. "Aku merasa kita semakin jauh. Aku merindukanmu, merindukan waktu kita bersama. Setiap kali aku mencoba berbicara denganmu, kamu selalu sibuk atau tidak tertarik. Aku butuh kamu, Sebastian. Aku butuh kita."

Sebastian menggosok wajahnya dengan tangan. "Luna, kamu tahu pekerjaan ini penting. Aku melakukan ini untuk kita, untuk masa depan kita."

"Aku tahu, tapi apa gunanya masa depan jika kita kehilangan momen-momen penting sekarang? Aku ingin kita bisa saling mendukung, saling berbagi, seperti dulu."

Sebastian terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Aku... aku tidak tahu harus bilang apa. Aku merasa terjebak antara pekerjaan dan kamu."

Luna menatapnya, mata mereka bertemu. "Kita bisa melewatinya bersama, Sebastian. Asal kamu mau meluangkan sedikit waktu untuk kita, untuk hubungan kita."

Sebastian tiba-tiba berdiri, wajahnya memerah dengan amarah. "Luna, aku sudah bilang aku sibuk! Kenapa kamu terus memaksaku? Kamu tidak mengerti betapa pentingnya pekerjaan ini? Kamu selalu saja mengeluh!"

Luna terkejut dengan reaksi Sebastian yang begitu tiba-tiba dan kasar. "Sebastian, aku hanya ingin kita punya waktu bersama. Apa salahnya jika kita saling mendukung?"

"Diam! Aku sudah muak dengan keluhanmu! Kamu cuma memikirkan dirimu sendiri!" teriak Sebastian dengan suara yang penuh kemarahan.

Mendengar penuturan dari suaminya itu, emosi Luna memuncak. Dengan kemarahan dan kekecewaan yang bercampur aduk, dia menampar wajah Sebastian. Suara tamparan itu menggema di ruangan yang sepi.

"Aku memikirkan diriku sendiri? Bagaimana bisa kamu mengatakan itu setelah semua yang kita lalui bersama? Aku hanya ingin kita punya waktu untuk satu sama lain! Apa salahnya aku meminta perhatianmu?" Luna berteriak dengan air mata mengalir deras di pipinya.

Sebastian terkejut, memegang pipinya yang memerah. "Luna, kamu..."

"Tidak, Sebastian. Cukup! Aku sudah cukup sabar dan mengerti semua kesibukanmu. Tapi aku juga punya batas! Aku juga butuh cinta dan perhatianmu, bukan hanya janji tentang masa depan!" Luna berkata dengan suara gemetar namun penuh ketegasan.

Sebastian terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Ia melihat kesedihan dan keputusasaan di mata Luna, sesuatu yang belum pernah ia sadari selama ini.

Luna menghela napas panjang, mencoba mengendalikan emosinya. " Aku butuh waktu untuk berpikir dan menenangkan diri. Aku harap kamu juga berpikir tentang apa yang sebenarnya penting dalam hidup kita."

Tanpa menunggu jawaban, Luna bergegas menuju kamar, mengambil beberapa pakaian dan barang-barang penting, lalu pergi meninggalkan rumah. Sebastian hanya bisa berdiri terpaku, merasakan beban berat di dadanya.

Luna pergi dengan perasaan campur aduk, namun ia tahu bahwa ini adalah langkah yang perlu diambil demi kebaikan dirinya dan hubungan mereka. Hanya waktu yang akan menjawab apakah mereka bisa menemukan jalan untuk memperbaiki hubungan mereka atau harus merelakan segalanya.

............................

...Sampai jumpa di part selanjutnya guys 😋...

1
selena d'flonce
rating dulu baru lanjut baca, mangats kak
selena d'flonce
novel sebagus ini sayang banget kaloo sepi😫 kata katanya bagus banget padahal, tertata rapi dan mengikuti pedoman baik, makin sukaa!! sukses selalu thor-nim
selena d'flonce
aaaa proud of you Luna! kamu ga sendiri, ada readers yang setia nemenin kamu!!/Determined/
selena d'flonce
sedih banget jadi Luna, wanita mana yang ga sakit hati digituin sama suaminya?🥹
Suzana Uzis
terlampau ringkas x tau apa kesudahan cerita macam tergantung
nurul hidayati
ceritanya kok gini ya... yang menang kayaknya pelakor ne... pelakor sllu menang hadeehh... nyesek lha
Agus Tina
Thor kenapa nggantung?
CER°: /Sleep/
total 1 replies
Nna_
emg sebastian g blg klo luna istrinya? mrka berdua gda perasaan mau ktmu, serumah lgi? kok bisa slma itu?
CER°: namanya jugaa lagi marahan kak wkwk
total 1 replies
Nna_
Jgn smpe tdk di lnjt novel ini aku udh suka bgt ceritanya bguss!! dpt pljrn dlm berumah tangga sukaa bgt pokoknya/Kiss/
CER°: wahh makasihh yaa. 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!