Nadya melakukan banyak pekerjaan sampingan untuk melanjutkan kuliah. Semua pekerjaan dia lakukan asal itu halal.
Sampai suatu ketika Nadya diharuskan memberikan les tambahan pada seorang anak SMA yang menyebalkan.
"Jadi, bagian mana yang kamu belum bisa?" tanya Nadya.
"Semuanya," jawab Alex cuek.
"Jadi dari tadi kamu gak ngerti apa yang saya jelasin?"
"Enggak, kan aku cuma merhatiin wajah kamu sama bibir kamu yang komat-kamit."
"Alex!!!" berang Nadya.
"Apalagi tahi lalat kamu yang di pipi. Kok gemesin banget sih!" Alex tersenyum tengil membuat Nadya jengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Pesan-Antar
"Alex?!"
Pemuda itu menoleh dan mendapati seorang gadis disana. Febi. Sebenarnya Alex tidak begitu mengenalnya, tapi Alex tau jika Febi adalah kawan sebangku Erin disekolah.
Alex menghentikan langkah yang tadinya sudah berada di pelataran parkir outlet ayam goreng tempat Nadya bekerja. Dia tak jadi menuju letak motornya karena keburu dipanggil oleh Febi.
"Lo keterlaluan ya, Lex!" semprot Febi yang membuat Alex keheranan.
"Maksud lo?" tanya Alex tak paham arah perkataan Febi.
"Jadi lo selingkuh dari Erin, kan?"
Alex langsung memahami maksud Febi, dilihat dari arah kedatangan Febi sepertinya gadis itu juga baru saja keluar dari outlet, sama seperti Alex. Itu artinya Febi mungkin melihat bagaimana interaksi Alex bersama Nadya didalam restoran siap saji tersebut.
"Gue sama Erin udah putus," terang Alex singkat.
Febi langsung berdecih tidak suka dengan jawaban Alex. Dimata Febi pemuda itu seperti mencari pembelaan untuk tindakannya yang salah.
"Ya udah, gue balik." Alex tak mau meladeni Febi terlalu lama, baginya gadis itu bukan siapa-siapa yang mesti tau dan mendengar rinci penjelasannya.
"Lo mutusin Erin karena cewek itu, kan?" lontar Febi yang kembali membuat langkah Alex terhenti.
Alex diam saja diposisinya. Dia malas mendebat Febi.
"Lo jalin hubungan sama cewek lain, terus Lo ninggalin Erin gitu aja! Itu namanya selingkuh!"
Alex membalik badannya demi melihat wajah merah Febi yang tampak marah kepadanya.
"Gue jalin hubungan setelah gue udah putus dari Erin. Dan ya, gue emang ninggalin Erin karena cepat atau lambat itu tetap akan terjadi," jawab Alex yang langsung kembali melanjutkan langkahnya.
"Lo jahat, Alex!" jerit Febi yang kesal pada pemuda itu. Bagaimanapun, dia tau perasaan Erin yang cukup dalam terhadap Alex dan dia turut sedih ketika Erin mengatakan bahwa Alex menyudahi hubungan mereka.
Febi mengartikan jika Alex bersikap begini karena adanya pasangan baru, padahal sejatinya Alex memang tidak pernah memiliki rasa terhadap Erin sejak mereka menjalin hubungan. Itu makanya Alex berani mengatakan bahwa cepat atau lambat dia tetap akan meninggalkan Erin seperti keputusannya saat ini.
Ada atau tidaknya Nadya dalam hidup Alex, pemuda itu akan tetap meninggalkan Erin. Toh Alex juga sudah memikirkan bagaimana caranya agar dia tidak menyakiti Erin berlarut-larut karena perasaan sepihak gadis itu. Dan itu sudah sering Alex pikirkan jauh sebelum dia mengenal Nadya. Hanya saja, Alex sadar bahwa perasaannya terhadap Nadya lah yang mendorong kuat agar dia bertindak dan memutuskan Erin, sebab selama ini Alex tidak memiliki dorongan itu karena perasannya lebih didominasi oleh rasa tidak tega terhadap Erin.
...***...
"Hallo, selamat siang dengan Happy Fried Chicken disini. Mau pesan paket apa?"
"Selamat siang, Mbak. Saya mau pesan ayam goreng."
"Oh boleh ... mau paket untuk berapa orang? Kita ada promo khusus untuk pesan antar."
"Iya, saya mau diantar. Paket ayam spicy 1, original 1. Ditambah nasi dan minumannya untuk 2 orang. Ehm sekalian kentang juga deh."
"Boleh. Atas nama siapa dan tolong alamatnya."
Sisil menerima panggilan dari seorang customer untuk pesan antar siang ini. Akan tetapi, anehnya pemesan itu minta pesanannya diantarkan oleh Nadya dan tidak mau digantikan oleh orang lain meski Sisil sudah bersikeras bahwa Nadya bukan pekerja bagian pengantaran.
"Ada apa, Sil?"
Sisil menoleh dan mendapati atasannya disana. Daripada dia bingung, lebih baik dia mengonfirmasi pesanan ini kepada Pak Adam.
"Ini, Pak. Ada yang pesan paket ayam tapi minta diantarkan sama Nadya."
"Kamu sudah jelaskan bahwa Nadya bukan tim pengantaran?" tanya Adam.
Sisil mengangguk. "Tapi dia bersikeras, Pak. Gimana ya, Pak?" ujarnya balik bertanya.
"Oh, ya udah kita tanya saja kesediaan Nadya."
Saat melihat Nadya, Adam dan Sisil langsung mengatakan mengenai hal ini kepada gadis itu. Nadya tentu saja heran. Baru kali ini ada orang yang meminta permintaan seperti ini kepadanya. Tapi dia tidak mau berpikiran aneh, hingga akhirnya dia menyetujui untuk mengantar pesanan itu ke alamat yang sudah diberikan Sisil.
Nadya tiba disebuah komplek perumahan elite beberapa menit setelahnya, dia menekan bel pintu yang ada disana. Rumah itu tidak terlalu besar ukurannya tapi tampak cukup asri dengan desain minimalis terbaru.
"Permisi ..."
"Mau anter ayam ya?" Seorang asisten rumah tangga menyambut kedatangan Nadya dikediaman tersebut.
Nadya mengangguk seraya memperlihatkan bungkusan makanan ditangannya.
"Oh silahkan masuk."
Nadya sebenarnya cukup heran, kenapa wanita itu memintanya masuk ke pekarangan rumah. Padahal sebenarnya bisa saja dia mengambil pesanan itu dari luar pagar tempat Nadya berdiri sebelumnya.
"Dateng juga akhirnya," ucap seorang yang baru muncul. Tampak baru keluar dari dalam rumah setelah asisten rumah tangga yang menyambut Nadya tadi masuk ke dalam.
Nadya pun menoleh kearah sumber suara tersebut, dia dapat melihat jika itu adalah seorang gadis muda. Hanya saja, senyum gadis itu saat menatap Nadya terlihat sekali jika dia kurang ramah atau justru itu tatapan tak suka? Entahlah.
"Si-apa ya?" tanya Nadya heran dan kaget tentunya. Perasaannya mulai tak enak, kenapa gadis ini menyapanya seperti itu? Apa mereka saling mengenal sebelumnya? Nadya takut gadis ini ada kaitannya dengan masa lalunya.
"Kamu gak perlu tau aku siapa! Yang jelas, aku tau kalau kamu kan yang namanya Nadya?" ujar gadis itu sinis.
Nadya mengangguk. Jadi dia diminta untuk mengantar ayam ke alamat ini karena ada maksud tertentu. Nadya benar-benar berharap gadis ini bukan seseorang dari masa lalunya.
"Kamu kenal aku?" tanya Nadya memberanikan diri.
"Gak penting juga kenal sama kamu," jawab gadis itu.
"Terus kenapa kamu minta aku yang anterin pesanan kamu?" tanya Nadya kemudian.
Alih-alih menjawab pertanyaan Nadya, gadis itu justru mendekat padanya seraya mengambil bungkusan makanan ditangan Nadya. Pesanan itu sudah dibayar via transfer jadi Nadya tak perlu menerima uang tunai dari gadis tersebut.
"Makasih," ujar Nadya. Meski Nadya penasaran siapa gadis yang bisa mengenal namanya tersebut, tapi dia tak mau menanyakannya lebih lanjut. Dia menunduk sedikit dan langsung pamit undur diri.
Saat Nadya hendak beranjak, gadis tadi tiba-tiba berteriak memanggil seseorang.
"Erin! Rin ... sini deh cepetan!"
Tak lama seseorang muncul dari balik pintu, sepertinya memang sejak tadi dia berada disana, mengintip interaksi Nadya dengan gadis penerima makanan tadi.
Sekarang Nadya dapat melihat seorang gadis yang lainnya. Tak seperti gadis pertama yang terlihat sinis, yang ini tidak terlihat begitu. Dia terlihat cantik meski hanya mengenakan pakaian rumahan, kulitnya putih dengan tubuh semampai. Ekspresi wajahnya justru menunjukkan guratan sedih.
"Ini nih, selingkuhan Alex!" kata gadis pertama yang ternyata adalah Febi. Iya, Febi yang semalam melihat Alex bersama Nadya di outlet ayam goreng, hari ini dia memesan makanan itu lagi dan minta diantar ke rumahnya untuk mempertemukan Nadya dengan Erin secara langsung, padahal tadinya dia mau mengajak Erin menemui Nadya di outlet saja dan melabrak gadis itu tapi sayangnya Erin tak mau jadi dia memakai cara ini.
Mendengar pernyataan Febi justru membuat mata Nadya terbelalak. Apalagi dia mengatakan bahwa Nadya adalah selingkuhan Alex. Akan tetapi, ada perasaan lega dihati Nadya karena ternyata ini tak ada kaitannya dengan masa lalunya.
"Maksud kamu apa?" tanya Nadya akhirnya.
"Iya, kan? Kamu selingkuhan Alex. Gak usah ngeles lah!" sarkas Febi lagi.
Nadya menggeleng. Tentu saja dia tak terima dikatakan begitu oleh gadis yang tak dikenalnya. Tapi disini Nadya dapat menyimpulkan jika mereka berdua mengenal Alex karena menyebut-nyebut nama pemuda itu.
"Asal kamu tau ya. Ini Erin. Dia pacar Alex! Kamu itu ya, padahal cantik tapi gak tau diri!" cerocos Febi yang sejak awal memang sudah tampak sekali tak suka melihat wajah Nadya.
Erin disana hanya bisa diam, sebenarnya dia sama kesalnya dengan Febi saat melihat Nadya, tapi dia tidak se-ekspresif Febi dalam mengutarakan perasaannya didepan Nadya. Dia tampak lebih kalem, meski sebenarnya dia juga sangat ingin mencaci-maki Nadya yang telah membuat Alex nya berubah.
"Maaf tapi aku gak seperti yang kalian tuduhkan. Aku sama Alex memang pacaran tapi aku gak tau kalau sebelumnya dia udah punya pacar," kata Nadya yang wajahnya sudah berubah pias. Demi apapun dia malu, sekaligus merasa marah karena merasa dipermainkan oleh Alex.
"Alex jadi berubah gara-gara kamu," tukas Erin yang akhirnya bersuara. "Jangan gunain wajah cantik kamu untuk mengambil milik orang lain!" lanjutnya yang membuat Nadya sulit berkata-kata. Nada bicara Erin memang tidak seketus Febi saat bicara, tapi kalimatnya sangat menyakitkan hati Nadya.
...Bersambung ......
Mana vote nya guys? Sekalian bintang nya yah biar othor semangat nulisnya🙏🏻
💪💪💪💪💪
💖💖💖💖💖